JAMBI.BLOGNEWS
Keunikan serta keajaiban situs
purbakala di Komplek Candi Muarojambi di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marasebo
Kabupaten Muaro Jambi sekitar 40 kilo meter (KM) dari Kota Jambi mulai dilirik
dunia. Pemerintah Provinsi Jambi kini memimpikan Situs Candi Muarojambi yang
mencapai luas lebih 12 KM persegi
menjadi asset serta warisan budaya dunia.
Situs Candi Muaro Jambi yang
terletak ditepi Sungai Batanghari Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi itu
merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari
barat ke timur 7,5 kilometer di tepian Sungai Batanghari, dengan luas kurang
lebih 12 KM persegi.
Secara Geografis Wilayah Muaro Jambi
sebagian besar berada di daerah aliran Sungai Batanghari. Beberapa abad silam
daerah ini sudah dikenal menjadi jalur perdagangan baik antara suku bangsa di
nusantara maupun asing seperti China,
India, Persia, Arab, Eropa serta
negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara.
Keberadaan situs Muaro Jambi
diketahui untuk pertama kalinya dalam literatur barat dari laporan seorang
perwira angkatan laut kerajaan Inggris bernama SC. Crooke pada tahun 1883.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY), Kamis (22/9/11) akan meninjau komplek Percandian Muarojambi dan
melakukan pencenangan Candi Muarojambi sebagai situs purbakala serta bagian
dari warisan budaya dunia.
Sementara dengan ditemukan makara
di Candi Kadaton oleh Tim pemugaran Candi Kedaton menemukan makara pada Rabu
(10/8/11) silam banyak mengundang keingin tahuan dari berbagai negara termasuk
para Bhiksu.
Makara tersebut saat ditemukan
berada dalam timbunan tanah yang biasa disebut menapo. Kondisi dua makara yang
ditemukan relatif utuh dan masih berada pada konteks bangunan yang berupa
reruntuhan bata.
Secara tidak sengaja para pekerja
pemugaran di Candi Kedaton, Selasa (16/8/11) kembali menemukan sebuah makara di
menapo kompleks Candi Kedaton. Arca tersebut ditemukan dalam posisi miring ke
kiri diantara tumpukan bebatuan menapo.
Penemuan makara di Candi Kadaton,
membuat nama komplek Percandian Muarojambi semakin banyak dikunjungi orang,
bahkan banyak dikunjungi para Bhiksu dan jurnalis luar negeri.
Bhiksu Sasana Bodhi dari Gunung
Kidul, Yogyakarta (Jateng) serta pengurus
Vihara Sakyakirti Jambi, Rabu (31/8/11) mengunjungi Candi Kadaton untuk melihat
langsung penemuan tiga makara itu. Dugaan Bhiksu Sasana Bodhi, manapo tersebut
terdapat empat penjuru. Manapo ini ada empat penjuru, pintu gerbangnya berada
di timur.
Selain mengunjungi Candi Kadaton,
Bhiksu Sasana Bodhi juga menyempatkan diri mengunjungi Candi Tinggi I, Candi
Tinggi II dan Candi Gumpung. Di beberapa Candi itu Bhiksu Sasana Bodhi
berhenti. Menerawang disusul kemudian tangannya menengadah rendah, pada
kesempatan itu Bhiksu Sasana Bodhi melakukan meditasi.
Makara di gapura Candi Kedaton,
merupakan temuan yang tidak lazim, karena makara pada umumnya ditemukan pada
tangga-tangga masuk menuju bangunan induk candi.
“Temuan seperti ini terjadi ada
Candi Gumpung. Salah satu makara masih menempel pada tangga masuk candi hingga
kini. Temuan kali ini tidak lazim, karena makaranya menempel di gapura, bukan
di tangga masuk,”katanya.
Sementara menurut analisa dari
ahli arkeologi, Bambang Budi Utomo dan Ir. Hudaya
Kandahjaya, bahwa dugaan yang tertulis disalah satu makara nama Mpu
Kusuma. Sedangkan ungkapan di depan nama ini, bisa dibaca Pamurwitanira,
artinya: tempat sirnanya sesepuh.
Dengan kata lain ini rupanya
tempat memperingati kepergian sesepuh bernama Mpu Kusuma. Untuk waktunya
sekitar tahun 1017 (tahun Saka), atau kira-kira tahun (1017 + 78 =) 1095
Masehi.
Situs Candi Muarojambi juga sudah
mulai diliput oleh media Luar Negeri seperti Jurnalis dari CCTV (China), Taiwan Macroview TV (Taiwan) dan Metro TV (Indonesia) Selasa (6/9-2011) lalu.
Rombongan rombongan mengunjungi
Candi Muarojambi dan menyempatkan diri bertandang ke Kantor Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Jurnalis luar negeri tersebut menelusuri
komplek percadian yang dinyakini sebagai pusat Agama Budha di Sumatera.
Sebelumnya juga situs purbakala
kebanggaan masyarakat Provinsi Jambi, yakni situs Candi Muarojambi juga dikunjungi
oleh Bhikkhu asal Bhutan,
Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup beserta rombongan, Sabtu (3/9-2011) lalu. Candi
Muarojambi merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang cukup terkenal
bahkan terbesar di asia tenggara.
Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup
mengaku sangat tertarik untuk melihat situs tersebut secara dekat, yang berada
di areal Candi Muarojambi luasnya lebih besar dari Candi Borobudur.
“Saya pernah ke sini, makanya
keinginan kembali melihat penemuan Makara di Candi Kadaton. Saya sudah keliling
candid an ingin melihat makara yang ditemukan tim Ekskavasi (Pemugaran) Candi
Kedaton,”katanya.
Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup
menjelaskan bahwa keberadaan Candi Muaro Jambi ini merupakan salah satu bukti
bahwa, banyak sekali benda peninggalan sejarah yang terdapat di Provinsi Jambi.
Selain melihat makara di Candi
Kadaton, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup juga melakukan ritual sembahyang,
Gelar Pradaksina. Ritual ini dilakukannya sebagai salah bentuk penghormatan
kepada candi yang dianggap sebagai salah satu benda suci.
Rinpoche juga meninjau Gedung
Museum Candi Muarojambi, serta melepaskan ratusan ekor burung yang dikenal fang
shen.
Bhiksu Thailand, Bante Sujid juga membuat
penasaran terkait dengan penemuan dua makara atau arca batu yang ditemukan
pekerja pemugaran Candi Kedaton di kompleks Situs Candi Muaro Jambi.
Dirinya benar-benar mampu
menggugah rasa ingin tahu masyarakat terhadap sejarah benda kuno. Masyarakat juga
antusias melihat dari dekat dua makara yang berdiri tegak di antara anak tangga
di candi tersebut. Bahkan Gubernur H Hasan Basri Agus dan seorang biksu asal Thailand
yang akrab disapa Bante Sujid juga meninjau makara tersebut.
Menurut Bante Sujid, bentuk
makara menyerupai ular besar dan kepala kambing. Dengan seksama, Bante Sujid
menjelaskan alasan ‘menangkap’ makara menyerupai kepala kambing di mulut ular.
Di bawah ada tonjolan batu kecil
menyerupai kepala kambing, kemudian ada kesan mulut menganga ular besar berikut
gigi ular.
Struktur tangga andesit, Bante
Sujid memperkirakan di atas ada hamparan yang bisa saja untuk beribadah atau
singgasana. Bante Sujid bercerita bahwa begitu mengetahui ada penemuan makara,
langsung mengontak para Bhiksu di Thailand.
Saat itu Bante Sujid menjalani
masa wasa ini di Vihara Maha Citiya Oenang Hermawan Jambi. Respon Bhiksu di
Thailand senang mendengar kabar atas penemuan makara tersebut. Bhiksu dari Thailand
akan datang sekitar November atau Desember 2011 ke Candi Kedaton untuk melihat
langsung semuanya.
Gubernur Jambi Hasan Basri Agus
mengatakan, dirinya menyaksikan langsung makara itu dan meminta informasi ini
disebarkan luas bahwa kita mempunyai potensi budaya yang cukup besar pada saat ini.
Disebutkan, dengan adanya
beberapa temuan yang dua di antaranya adalah makara bisa menjadi petunjuk
sejarah di perkembangan agama di Jambi, khususnya Budha. Terlebih kaitannya
dengan kian giatnya Pemerintah Provinsi Jambi untuk mendaftarkan Situs Candi
Muaro Jambi sebagai salah satu warisan budaya dunia.
“Hal ini semakin membuktikan bahwa
lokasi Candi Muaro Jambi merupakan lokasi yang cukup strategis bagi
perkembangan agama Budha saat itu. Kompleks Candi Muaro Jambi sebagai sebuat
lembaga pendidikan atau kampus. Hal itu didasarkan atas beberapa penelitian
terdahulu dan berdasarkan dokumen yang ada,”katanya.
Dengan adanya temuan-temuan dari
pemugaran ini, maka semakin memperkaya kepemilikan candi di Situs Candi Muaro
Jambi. “Jika selama ini bagian kompleks Candi Gumpung dan Candi Tinggi sebagai
Candi Induk, maka dengan temuan ini bisa jadi menjadi yang lebih besar,”katanya.
Disebutkan, pemugaran kompleks
Candi Muaro Jambi, khususnya Candi Kedaton ini dibiayai dari dana APBN. Kendati
demikian, Pemerintah Provinsi Jambi berkewajiban untuk mengamankan proses
tersebut. Terlebih dengan adanya temuan bersejarah yang diperkirakan merupakan
tinggalan Abad VII-XIII sesuai catatan diketemukan Situs Candi Muaro Jambi.
“Untuk memajukan sektor wisata di
Jambi, perlu dilakukan renovasi peninggalan sejarah itu. Situs Muarojambi
diperkirakan berasal dari Abad 9-14, rentan waktu masa kejayaan Raja Sriwijaya
dan Melayu Kuno,”katanya.
Saat ini telah ditemukan 83 candi
termasuk benteng dan sungai yang mengelilinginya. Selain itu ada juga gundukan
tanah (menapo), patung Prajnaparamita. Para
ahli menduga bahwa situs itu adalah komplek peribadatan agama Buddha yang
terluas di Nusantara.
Obyek Wisata
Etnis Tionghoa
Sementara itu ribuan warga etnis
Tionghoa di Jambi yang menganut agama Buddha menjadikan Candi Muarojambi
sebagai lambang sejarah dan bukti adanya penyebaran agama Buddha di Provinsi
Jambi. Candi Muarojambi punya arti penting bagi Etnis Tionghoa Jambi.
Tokoh masyarakat etnis Tionghoa Jambi,
Darman Wijaya mengatakan, Candi Muarojambi menjadi salah satu peninggalan
sejarah kebanggaan masyarakat Jambi, khussnya etnis Tionghoa.
Bahkan situs purbakala dijadikan
tempat perayaan Hari Suci Waisak 2551 Buddhis Era (BE) tahun 2007 secara
nasional. Sekitar 5000 umat Buddha dan 60 orang Bhiku Sangha dari berbagai
daerah di Indonesia
hadir saat itu.
Dipilihnya Candi Muarojambi
sebagai pusat pelaksanaan Waisak, menjadi kebanggaan tersendiri bagi etnis
Tinghoa Jambi.
Kemah Budaya Dan Wisata Keluarga
Komplek Candi Muarojambi juga
pernah dipusatkan menjadi tempat kemah budaya ribuan pemuda dan pelajar se
Provinsi Jambi. Kegiatan itu dilakukan untuk menarik minat wisatawan berkunjung
ke Candi Muarojambi.
Acara itu merupakan program rutin
Disbudpar Provinsi Jambi setiap tahun sebagai agenda wisata di Muarojambi.
Penyelenggaraan juga diupayakan sejalan dengan kegiatan vestifal Candi
Muarojambi setiap tahunnya.
Bahkan kini untuk menikmati
keindahan alam disekitar candi, bias mengelilingi komplek percandian seluas 12
kilometer dengan bersepeda. Pengunjung tidak usah membawa sepeda dari rumah, karena
semua telah tersedia di komplek percandian dengan biaya sewa Rp 5.000 per
orang. Jasa lainnya juga ada tukang ojek setempat.
Saat memasuki pintu gerbang
candi, sekitar 200 meter ada sebuah pos satpam dan telah terjejer puluhan
sepeda, tingal anda memilih sepeda untuk dinaiki dua orang atau untuk tiga
orang.
Pengunjung bisa keliling Candi
Gumpung, Candi Tinggi, Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan II, Candi
Kedaton, Candi Koto Mahligai dan candi-candi lainya.
Kawasan Candi Muaro Jambi cukup
eksotik. Hamparan rumput, pepohonan besar dan bangunan candi dari bata, baik
yag utuh ataupun reruntuhan. Tak heran, lokasi ini cocok untuk tempat wisata
keluarga. (ASENK LEE SARAGIH)
FOTO-FOTO SITUASI DI KOMPLEKS CANDI MUAROJAMBI SEPTEMBER 2011 OLEH ASENK LEE SARAGIH
Add caption |
DIABADIKAN OLEH ROSENMAN MANIHURUK SEPTEMBER 2011
0 Comments