Info Terkini

10/recent/ticker-posts

PESERTA RPL PGKPS 2012 AKAN BERWISATA KE SITUS CANDI MUAROJAMBI


JAMBI.BLOGNEWS

Keunikan serta keajaiban situs purbakala di Komplek Candi Muarojambi di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi sekitar 40 kilo meter (KM) dari Kota Jambi mulai dilirik dunia. Pemerintah Provinsi Jambi kini memimpikan Situs Candi Muarojambi yang mencapai luas lebih 12 KM persegi  menjadi asset serta warisan budaya dunia.

Situs Candi Muaro Jambi yang terletak ditepi Sungai Batanghari Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi itu merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari barat ke timur 7,5 kilometer di tepian Sungai Batanghari, dengan luas kurang lebih 12 KM persegi.

Secara Geografis Wilayah Muaro Jambi sebagian besar berada di daerah aliran Sungai Batanghari. Beberapa abad silam daerah ini sudah dikenal menjadi jalur perdagangan baik antara suku bangsa di nusantara maupun asing seperti China, India, Persia, Arab, Eropa serta negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara.

Keberadaan situs Muaro Jambi diketahui untuk pertama kalinya dalam literatur barat dari laporan seorang perwira angkatan laut kerajaan Inggris bernama SC. Crooke pada tahun 1883.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kamis (22/9/11) akan meninjau komplek Percandian Muarojambi dan melakukan pencenangan Candi Muarojambi sebagai situs purbakala serta bagian dari warisan budaya dunia.

Sementara dengan ditemukan makara di Candi Kadaton oleh Tim pemugaran Candi Kedaton menemukan makara pada Rabu (10/8/11) silam banyak mengundang keingin tahuan dari berbagai negara termasuk para Bhiksu.

Makara tersebut saat ditemukan berada dalam timbunan tanah yang biasa disebut menapo. Kondisi dua makara yang ditemukan relatif utuh dan masih berada pada konteks bangunan yang berupa reruntuhan bata.

Secara tidak sengaja para pekerja pemugaran di Candi Kedaton, Selasa (16/8/11) kembali menemukan sebuah makara di menapo kompleks Candi Kedaton. Arca tersebut ditemukan dalam posisi miring ke kiri diantara tumpukan bebatuan menapo.

Penemuan makara di Candi Kadaton, membuat nama komplek Percandian Muarojambi semakin banyak dikunjungi orang, bahkan banyak dikunjungi para Bhiksu dan jurnalis luar negeri.

Bhiksu Sasana Bodhi dari Gunung Kidul, Yogyakarta (Jateng) serta pengurus Vihara Sakyakirti Jambi, Rabu (31/8/11) mengunjungi Candi Kadaton untuk melihat langsung penemuan tiga makara itu. Dugaan Bhiksu Sasana Bodhi, manapo tersebut terdapat empat penjuru. Manapo ini ada empat penjuru, pintu gerbangnya berada di timur.

Selain mengunjungi Candi Kadaton, Bhiksu Sasana Bodhi juga menyempatkan diri mengunjungi Candi Tinggi I, Candi Tinggi II dan Candi Gumpung. Di beberapa Candi itu Bhiksu Sasana Bodhi berhenti. Menerawang disusul kemudian tangannya menengadah rendah, pada kesempatan itu Bhiksu Sasana Bodhi melakukan meditasi.

Makara di gapura Candi Kedaton, merupakan temuan yang tidak lazim, karena makara pada umumnya ditemukan pada tangga-tangga masuk menuju bangunan induk candi.

“Temuan seperti ini terjadi ada Candi Gumpung. Salah satu makara masih menempel pada tangga masuk candi hingga kini. Temuan kali ini tidak lazim, karena makaranya menempel di gapura, bukan di tangga masuk,”katanya.

Sementara menurut analisa dari ahli arkeologi, Bambang Budi Utomo dan Ir. Hudaya Kandahjaya, bahwa dugaan yang tertulis disalah satu makara nama Mpu Kusuma. Sedangkan ungkapan di depan nama ini, bisa dibaca Pamurwitanira, artinya: tempat sirnanya sesepuh.

Dengan kata lain ini rupanya tempat memperingati kepergian sesepuh bernama Mpu Kusuma. Untuk waktunya sekitar tahun 1017 (tahun Saka), atau kira-kira tahun (1017 + 78 =) 1095 Masehi.

Jurnalis Luar Negeri

Situs Candi Muarojambi juga sudah mulai diliput oleh media Luar Negeri seperti Jurnalis dari CCTV (China), Taiwan Macroview TV (Taiwan) dan Metro TV (Indonesia) Selasa (6/9-2011) lalu.

Rombongan rombongan mengunjungi Candi Muarojambi dan menyempatkan diri bertandang ke Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Jurnalis luar negeri tersebut menelusuri komplek percadian yang dinyakini sebagai pusat Agama Budha di Sumatera.

Sebelumnya juga situs purbakala kebanggaan masyarakat Provinsi Jambi, yakni situs Candi Muarojambi juga dikunjungi oleh Bhikkhu asal Bhutan, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup beserta rombongan, Sabtu (3/9-2011) lalu. Candi Muarojambi merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang cukup terkenal bahkan terbesar di asia tenggara.

Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup mengaku sangat tertarik untuk melihat situs tersebut secara dekat, yang berada di areal Candi Muarojambi luasnya lebih besar dari Candi Borobudur.

“Saya pernah ke sini, makanya keinginan kembali melihat penemuan Makara di Candi Kadaton. Saya sudah keliling candid an ingin melihat makara yang ditemukan tim Ekskavasi (Pemugaran) Candi Kedaton,”katanya.

Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup menjelaskan bahwa keberadaan Candi Muaro Jambi ini merupakan salah satu bukti bahwa, banyak sekali benda peninggalan sejarah yang terdapat di Provinsi Jambi.

Selain melihat makara di Candi Kadaton, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup juga melakukan ritual sembahyang, Gelar Pradaksina. Ritual ini dilakukannya sebagai salah bentuk penghormatan kepada candi yang dianggap sebagai salah satu benda suci.

Rinpoche juga meninjau Gedung Museum Candi Muarojambi, serta melepaskan ratusan ekor burung yang dikenal fang shen.  

Bhiksu Thailand, Bante Sujid juga membuat penasaran terkait dengan penemuan dua makara atau arca batu yang ditemukan pekerja pemugaran Candi Kedaton di kompleks Situs Candi Muaro Jambi.

Dirinya benar-benar mampu menggugah rasa ingin tahu masyarakat terhadap sejarah benda kuno. Masyarakat juga antusias melihat dari dekat dua makara yang berdiri tegak di antara anak tangga di candi tersebut. Bahkan Gubernur H Hasan Basri Agus dan seorang biksu asal Thailand yang akrab disapa Bante Sujid juga meninjau makara tersebut.

Menurut Bante Sujid, bentuk makara menyerupai ular besar dan kepala kambing. Dengan seksama, Bante Sujid menjelaskan alasan ‘menangkap’ makara menyerupai kepala kambing di mulut ular.

Di bawah ada tonjolan batu kecil menyerupai kepala kambing, kemudian ada kesan mulut menganga ular besar berikut gigi ular.

Struktur tangga andesit, Bante Sujid memperkirakan di atas ada hamparan yang bisa saja untuk beribadah atau singgasana. Bante Sujid bercerita bahwa begitu mengetahui ada penemuan makara, langsung mengontak para Bhiksu di Thailand.

Saat itu Bante Sujid menjalani masa wasa ini di Vihara Maha Citiya Oenang Hermawan Jambi. Respon Bhiksu di Thailand senang mendengar kabar atas penemuan makara tersebut. Bhiksu dari Thailand akan datang sekitar November atau Desember 2011 ke Candi Kedaton untuk melihat langsung semuanya.

Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengatakan, dirinya menyaksikan langsung makara itu dan meminta informasi ini disebarkan luas bahwa kita mempunyai potensi budaya yang cukup besar pada saat ini.

Disebutkan, dengan adanya beberapa temuan yang dua di antaranya adalah makara bisa menjadi petunjuk sejarah di perkembangan agama di Jambi, khususnya Budha. Terlebih kaitannya dengan kian giatnya Pemerintah Provinsi Jambi untuk mendaftarkan Situs Candi Muaro Jambi sebagai salah satu warisan budaya dunia.

“Hal ini semakin membuktikan bahwa lokasi Candi Muaro Jambi merupakan lokasi yang cukup strategis bagi perkembangan agama Budha saat itu. Kompleks Candi Muaro Jambi sebagai sebuat lembaga pendidikan atau kampus. Hal itu didasarkan atas beberapa penelitian terdahulu dan berdasarkan dokumen yang ada,”katanya.

Dengan adanya temuan-temuan dari pemugaran ini, maka semakin memperkaya kepemilikan candi di Situs Candi Muaro Jambi. “Jika selama ini bagian kompleks Candi Gumpung dan Candi Tinggi sebagai Candi Induk, maka dengan temuan ini bisa jadi menjadi yang lebih besar,”katanya.

Disebutkan, pemugaran kompleks Candi Muaro Jambi, khususnya Candi Kedaton ini dibiayai dari dana APBN. Kendati demikian, Pemerintah Provinsi Jambi berkewajiban untuk mengamankan proses tersebut. Terlebih dengan adanya temuan bersejarah yang diperkirakan merupakan tinggalan Abad VII-XIII sesuai catatan diketemukan Situs Candi Muaro Jambi.

“Untuk memajukan sektor wisata di Jambi, perlu dilakukan renovasi peninggalan sejarah itu. Situs Muarojambi diperkirakan berasal dari Abad 9-14, rentan waktu masa kejayaan Raja Sriwijaya dan Melayu Kuno,”katanya.

Saat ini telah ditemukan 83 candi termasuk benteng dan sungai yang mengelilinginya. Selain itu ada juga gundukan tanah (menapo), patung Prajnaparamita. Para ahli menduga bahwa situs itu adalah komplek peribadatan agama Buddha yang terluas di Nusantara.

Obyek Wisata Etnis Tionghoa

Sementara itu ribuan warga etnis Tionghoa di Jambi yang menganut agama Buddha menjadikan Candi Muarojambi sebagai lambang sejarah dan bukti adanya penyebaran agama Buddha di Provinsi Jambi. Candi Muarojambi punya arti penting bagi Etnis Tionghoa Jambi.

Tokoh masyarakat etnis Tionghoa Jambi, Darman Wijaya mengatakan, Candi Muarojambi menjadi salah satu peninggalan sejarah kebanggaan masyarakat Jambi, khussnya etnis Tionghoa.

Bahkan situs purbakala dijadikan tempat perayaan Hari Suci Waisak 2551 Buddhis Era (BE) tahun 2007 secara nasional. Sekitar 5000 umat Buddha dan 60 orang Bhiku Sangha dari berbagai daerah di Indonesia hadir saat itu.

Dipilihnya Candi Muarojambi sebagai pusat pelaksanaan Waisak, menjadi kebanggaan tersendiri bagi etnis Tinghoa Jambi.

Kemah Budaya Dan Wisata Keluarga

Komplek Candi Muarojambi juga pernah dipusatkan menjadi tempat kemah budaya ribuan pemuda dan pelajar se Provinsi Jambi. Kegiatan itu dilakukan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Candi Muarojambi.

Acara itu merupakan program rutin Disbudpar Provinsi Jambi setiap tahun sebagai agenda wisata di Muarojambi. Penyelenggaraan juga diupayakan sejalan dengan kegiatan vestifal Candi Muarojambi setiap tahunnya.

Bahkan kini untuk menikmati keindahan alam disekitar candi, bias mengelilingi komplek percandian seluas 12 kilometer dengan bersepeda. Pengunjung tidak usah membawa sepeda dari rumah, karena semua telah tersedia di komplek percandian dengan biaya sewa Rp 5.000 per orang. Jasa lainnya juga ada tukang ojek setempat.

Saat memasuki pintu gerbang candi, sekitar 200 meter ada sebuah pos satpam dan telah terjejer puluhan sepeda, tingal anda memilih sepeda untuk dinaiki dua orang atau untuk tiga orang.

Pengunjung bisa keliling Candi Gumpung, Candi Tinggi, Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan II, Candi Kedaton, Candi Koto Mahligai dan candi-candi lainya.

Kawasan Candi Muaro Jambi cukup eksotik. Hamparan rumput, pepohonan besar dan bangunan candi dari bata, baik yag utuh ataupun reruntuhan. Tak heran, lokasi ini cocok untuk tempat wisata keluarga. (ASENK LEE SARAGIH)

FOTO-FOTO SITUASI DI KOMPLEKS CANDI MUAROJAMBI SEPTEMBER 2011 OLEH ASENK LEE SARAGIH
Add caption




DIABADIKAN OLEH ROSENMAN MANIHURUK SEPTEMBER 2011




Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments