Keramba ikan nila dan ikan mas di Desa Haranggaol Danau Toba, Simalungun. Foto Asenk Lee Saragih
GUNUNG MALELA– Sejumlah petani ikan mas di Nagori Marihat Bukit, Kecamatan Gunung Malela Simalungun mengeluh. Ratusan ekor ikan mas milik mereka mati akibat terserang penyakit KHV (koi harvest virus), hingga sejumlah petani ini terancam merugi. Sugiman (42), warga Huta 1, Nagori Marihat Bukit, Kecamatan Gunung Malela Simalungun ditemui METRO, Minggu (15/4) mengaku dirinya bersama sejumlah petani ikan mas lainnnya resah.
”Saya dan petani ikan mas liannya ini
sangat resah atas banyaknya ikan mas kita yang mati akibat terserang
virus,” katanya. Masih kata Sugiman, dalam seminggu terakhir ini dirinya
telah kehilangan sekitar lima puluh ekor ikan mas miliknya akibat mati
diserang Virus ikan mas tersebut.
”Sejak seminggu ini ikan mas saya
sudah mati sekitar lima puluh ekor dan itu terus bertambah setiap
harinya,” katanya.
Ironisnya, hingga kini sejumlah petani ikan mas
tersebut masih belum menemukan obat untuk mengatasi penyakit menular
tersebut.
”Yang kami kesalkan kenapa hingga kini
belum ada obat yang bisa mengatasi masalah ikan mas tersebut,” keluhnya.
Sementara, petani ikan mas ini khawatir jika populasi virus tersebut
akan semakin meluas hingga menyerang seluruh ikan mas milik petani.
”Kita takutnya virus ini akan mematikan semua ikan mas kita,” katanya.
Terpisah Riswan, petani ikan mas di kawasan Marihat Bukit, ketika
ditemui METRO, mengaku dirinya juga mengalami kejadian yang sama. Sejak
seminggu terakhir sembilan puluh ekor ikan mas miliknya sudah mati dalam
usia dua bulan.
”Ikan mas milik saya juga mati akibat diserang virus
itu sampai seminggu ini sudah ada sembilan puluh ekor yang mati. Padahal
usia ikan itu sudah mencapai dua bulan dan sebentar lagi akan panen,”
ujarnya.
Melihat puluhan ikan mas milik mereka
mengambang, sejumlah petani ini mengaku langsung membuangnya ketepi
kolam agar penyakit tersebut tidak terkontaminasi dengan ikan mas
lainnya. ”Selama ini kami lihat ikan mas kami mati langsung saja kami
buang ke tepi kolam supaya tidak berimbas dengan ikan mas lainnya,”
ujarnya lagi.
Sebelumnya, Pemkab Simalungun melalui Dinas Perikanan dan
Peternakan sempat mendatangi kawasan perkolaman ikan mas di Nagori
Marihat Bukit untuk mengambil sampel ikan mas yang mati untuk diteliti.
Namun hingga kini hasil penelitian yang dijanjikan masih belum
diketahui. ”Sebelumnya Dinas Perikanan Pemkab Simalungun pernah datang
ke lokasi ini. Mereka ingin meneliti penyebab matinya ikan mas ini dan
menentukan obat ikan tersebut, tetapi hingga saat ini belum ada
hasilnya. Padahal sudah dua tahun lamanya kami tunggu,” katanya.
Masih kata Riswan, ciri khusus ikan mas
yang terserang penyakit koi hervest virus ini meliputi pada bibir ikan
terdapat luka, dan sisik ikan mas tersebut juga terlihat terkelupas dan
tubuhnya juga luka. ”Jika ikan mas tersebut diserang penyakit KHV
tanda–tandanya bibirnya luka, sisiknya terkelupas dan badannya luka lalu
mati,” katanya.
Namun, para petani ikan mas ini berharap agar Pemkab
Simalungun segera meninjau kembali penyakit KHV yang telah mematikan
ratusan ekor ikan mas milik mereka dan dapat ditemukan obat untuk
mengatasi penyakit tersebut. (mag–02)(metrosiantar.com)
0 Comments