Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Menggiatkan Minat Baca-Gagas-Tulis

Oleh Stevan Manihuruk

Raden Ajeng Kartini. Foto Google Wikipia.

Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang ditulis R.A. Kartini diyakini memberi pengaruh yang besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi buku tersebut telah menjadi sumber motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari. R.A. Kartini merupakan salah satu pahlawan kemerdekaan nasional yang lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah dan meninggal pada usia muda, 25 tahun yakni tanggal 17 September 1904 namun telah memberi sumbangsih yang sangat besar terutama dalam perjuangan kaum wanita untuk mendapatkan kembali hak-haknya serta melepaskan diri dari segala bentuk diskriminasi.

Sebagaimana dicatat dalam sejarah, di era akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita di Indonesia belum memperoleh kebebasan dalam banyak hal. Mereka belum diizinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria dan bahkan yang lebih ironis, mereka juga belum diizinkan untuk menentukan jodoh/suami sendiri. Kartini sendiri yang terlahir sebagai kaum perempuan juga mengalami hal yang sama.

Walaupun terlahir sebagai anak bupati, ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja dan pada akhirnya juga harus menuruti keinginan keluarga yang memaksanya untuk menikah dengan bupati Rembang yang notabene telah memiliki tiga orang istri. 

Kartini yang juga mengalami sendiri sulitnya bagi kaum perempuan untuk memperoleh kebebasan dalam berbagai hal kemudian bertekad untuk memperjuangkan dan memajukan kaum perempuan sebangsanya Indonesia. Ia juga semakin menyadari betapa tertinggalnya kaum perempuan di Indonesia dibandingkan dengan di negara eropa khususnya Belanda, dimana ia memiliki banyak sahabat dan sering
berkorespondensi.   

Satu hal menarik dan dapat dipelajari dari sosok Kartini adalah tentang tekad kuatnya untuk melakukan pembaharuan dengan dibarengi aksi nyatanya. Kartini tidak berhenti pada gagasan dan harapan idealnya yang dituangkan di atas kertas, namun ia juga melakukan langkah konkret demi mewujudkan harapannya tersebut.

Menyadari arti pentingnya pendidikan untuk mewujudkan perubahan, Kartini mendirikan sekolah-sekolah untuk anak gadis di Jepara. Di sekolah tersebut, diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak dan
sebagainya. Semuanya itu diberikan tanpa memungut biaya atau gratis.

Upaya ini pun pada akhirnya berhasil menjadi inspirasi sekaligus mendorong berdirinya “sekolah kartini” lainnya di berbagai daerah.Kini, buah perjuangan Kartini telah dapat dirasakan bersama terutama
oleh kaum perempuan di negeri ini. Sekarang, sudah tidak aneh lagi mendengar perempuan yang berhasil menempuh pendidikan tinggi yang sejajar dan bahkan lebih dari kaum pria. Beberapa jabatan strategis
dan penting di negara ini termasuk menjadi orang nomor satu sekali pun juga sudah pernah dinikmati kaum perempuan. 

Satu hal yang perlu untuk diingat dan digarisbawahi adalah pemikiran Kartini ternyata tidak hanya semata-mata berbicara soal masalah emansipasi wanita, tetapi juga terkait masalah sosial secara umum. Kartini memiliki pandangan yang luas tentang banyak hal.

Sebagai contoh, dia gencar mempertanyakan adat/budaya saat itu yang acapkali melakukan praktik diskriminasi terhadap segelintir orang. Bahkan dalam surat-suratnya, ia juga menyampaikan kritik terhadap
agamanya sendiri. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia juga sangat mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi
kaum laki-laki untuk berpoligami. Selain hal-hal tersebut, Kartini juga kerap menuangkan gagasan-gagasan kemajuan untuk bangsa dalam surat-surat yang ditulisnya. 

Minat Baca-Gagas-Tulis    

Pelajaran lainnya yang dapat kita renungkan dari perjuangan sosok RA Kartini adalah pentingnya mengembangkan minat baca-gagas-tulis demi melakukan perubahan-perubahan ke arah yang
lebih baik. Jika kita mengikuti sejarah hidup Kartini, kita akan menemukan bahwa dia benar-benar tekun dalam menerapkan ketiga hal tersebut. 

Dalam hal minat baca misalnya, dari berbagai literatur yang ada kita akan menemukan fakta bahwa sejak berusia remaja pun, Kartini sudah sangat gemar membaca buku-buku pengetahuan termasuk mengenai kemajuan wanita di Eropa. Tidak dapat dimungkiri, hal tersebut pula yang semakin menyadarkannya betapa tertinggalnya kaum wanita pribumi dibandingkan dengan wanita di Eropa khususnya Belanda.

Kartini muda memang memiliki minat baca yang sangat besar. Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat beberapa catatan. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berusia 20 tahun,
terdapat judul Max Havelaar karya Multatuli yang pada November 1901 sudah dibacanya sebanyak dua kali. Selanjutnya adalah buku-buku bermutu lainnya misalnya karya Van Eeden, Augusta de Witt dan
pengarang terkenal lainnya.

 Dalam hal gagas-tulis tercatat juga bahwa Kartini cukup aktif dalam menuangkan gagasan-gagasannya melalui media tulisan. Kartini yang memang memiliki hobi berkorespondensi dengan para sahabatnya di Belanda senantiasa menyampaikan pemikiran dan gagasannya melalui surat yang ditulisnya. Selain itu, ia juga
beberapa kali mengirimkan tulisannya ke media massa dan berhasil dimuat. Tercatat, majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie telah beberapa kali memuat tulisan yang dikirimkan oleh Kartini.  

Demikian lah, Kartini memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan harapan dan cita-cita mulia nya terhadap bangsa ini yaitu melalui ketiga hal tersebut. Bagi kita saat ini, hal tersebut pastinya masih sangat relevan untuk diteladani. Acapkali kita bingung dan bertanya bagaimana cara nya untuk memberi kontribusi/sumbangsih
bagi kemajuan bangsa ini dengan status dan keadaan kita sekarang.

Akhirnya karena jawaban tersebut tidak kita temukan, kita menjadi menyerah dan memilih untuk menjadi golongan “penonton setia”.

Merefleksikan perjalanan hidup seorang RA Kartini, kita sama-sama diajarkan tentang salah satu cara untuk ikut memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa ini. Cara yang dimaksud tidak lain dan tak bukan
adalah dengan meningkatkan kemampuan sekaligus minat baca-gagas-tulis kita masing-masing. Tentu saja, banyak buku yang dapat kita baca sesuai dengan bidang dan minat yang kita geluti, selanjutnya adalah
serap gagasannya dan kemudian menuangkan gagasan-gagasan tersebut dalam tulisan untuk meresponi masalah yang ada.

Saat ini bangsa kita masih bergelut dalam berbagai permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan. Maka, menjadi tugas dan tanggungjawab setiap elemen bangsa untuk secara bersama-sama memikirkan sekaligus mengupayakan solusi konkret nya. Kita adalah harapan untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar bagi kemajuan bangsa ini. Sebagaimana keberhasilan perjuangan Kartini yang telah mengubah nasib kaum perempuan pribumi, saat ini bumi pertiwi juga sedang menantikan lebih banyak lagi orang yang membawa “terang” perubahan bagi bangsa yang sedang diliputi “gelap” permasalahan yang terjadi.   (Tulisan Ini Telah Dimuat di kolom Opini harian Jambi Independent Sabtu 21 April 2012)
==========================================
SELAMAT HARI KARTINI 21 APRIL 2012. MENGINGAT PERJUANGAN KARTINI PADA DIRI (ALM) INANG DAN IBUNDA TERCINTA YG GIGIH DALAM MELAWAN KEMISKINAN HIDUP, NAMUN SELALU MEMBERIKAN MOTIVASI AGAR TETAP GIGIH DAN BERSYUKUR DALAM MELAWAN KEBODOHAN DAN KEMISKINAN. DUA SOSOK KARTINI DARI DESA HUTAIMBARU MENGINPIRASI HIDUP INI UNTUK LEBIH BAIK DAN TETAP DEKAT KEPADA SANG PENCIPTA.  

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments