Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Mencari Jejak Partuanon Dolok Malela


Tim Komunitas Jejak Simalungun bertemu dengan Bapa Amir Husin Saragih Silampuyang, cucu dari Sipukah huta Dolok Malela Tuan Djibang Damanik. Tuan Djibang Damanik hidup semasa pemerintahan Raja Sang Naualuh dan pemangku berikutnya Tuan Sawadim Damanik. Seperti kita ketahui, Partuanon Dolok Malela adalah bagian dari wilayah dari Harajaon Siattar yang turun temurun bermarga Damanik.

Pamatang Dolok Malela tampak landai dengan pembatas jurang sebuah sungai, yaitu Bah Pamujian. Sungai ini sebagai tanda batas wilayah dengan partuanon sebelah nya, yaitu Bandar Malela (Si Pukah Huta Tuan Radjuan Damanik Tomok – 1750). Partuaon berikutnya yang mengitari adalah Silou Bayu, juga ada beberapa partuanon yang belum sempat di catat.

Pertama kali, Komunitas Jejak Simalungun di antar menuju makam Tuan Djibang Damanik. Sayang, makam kuno telah direnovasi dengan semen keramik sehingga menghilangkan bentuk lama kuburan kuno. 

Bapa Amir Saragih memperlihatkan tanah di seberang, dulu nya adalah Rumah Bolon Tuan Dolok Malela tapi kini telah berganti menjadi sawah. Kemudian kami menuruni lereng dan mendaki bukit kecil, sungguh mengharukan, di sini lah tempat sinumbahan dari partuaon Dolok Malela. 

Empat patung pangulu balang terhimpit oleh kelapa sawit dengan posisi yang sudah tidak terawat. Bahkan, tim Komunitas Jejak Simalungun menemukan kepala patung Pangulu Balang terpisah dan tertanam beberapa meter dari patung badan. 

Sesuai dengan kebiasaan leluhur simalungun, tentu nya patung Pangulu Balang berjumlah tujuh. Di sisi yang dekat dengan tepi jurang, terdapat Guci Sibiangsa. Konon, dahulu leluhur selalu memberikan sesembahan (sipanganon) sebagai bagian dari ritual sinumbahan. “Benda apa saja yang dimasukkan ke dalam guci akan lebur seperti bunyi air mendidih dan suara gemeratak,” kata Bapa Amir Saragih.

Satu Patung Pangulu Balang yang bernama Sibaso telah dipindahkan karena lahan tersebut dijadikan sawah. Menurut turi turian, Pangulu Balang Sibaso ditebas kepala dan lengan kiri nya oleh musuh karena memberitahukan kedatangan mereka. Sebuah batu yang bisa berbicara sebagai alarm dan penjaga huta.

Ada beberapa peristiwa yang tidak dapat di ungkap Tim Komunitas Jejak Simalungun kepada khalayak atas permintaan Bapa Amir Saragih. Pada masa kini, batu batu ini mungkin tidak berguna secara ekonomi. Tapi dari sisi sejarah dan budaya, kita dapat mengetahui bagaimana leluhur simalungun hidup dan menata kearifan lokal. 

Jika longsor dan hujan tiba, benda benda peninggalan Tuan Dolok Malela yang berada di atas bukit dengan tepi jurang akan lenyap juga. Batu batu yang tidak akan lagi menjadi “sesuatu” yang penting dalam ingatan generasi muda.

Dalam waktu dekat, Tim Komunitas Jejak Simalungun akan menyerahkan kumpulan data situs situs simalungun yang terabaikan kepada Pemkab Simalungun, kita akan memberikan waktu dan tenaga untuk membuat plank nama, atap pelindung dan pagar, sekali lagi kita berdoa, semoga. Amin.

Tim Survei :
Pewawancara : Hendry Damanik
Pencatat : Sultan Saragih II
Fotografer : Franswell Fabo Sumbayak

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments