Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Rikanson Jutamardi Purba Angkat Derajat "Bagot" (Tuak) Lewat “Bius Cantik”

Minum Bagot (Tuak) Lebih Elegan Ala Pub




Pelanggan

Pengelola Rikanson Jutamardi Purba

Bius Cantik ala Bagot

Lokasi Simpang 4 P Siantar

Tuak atau bagot adalah jenis minuman yang berasal dari air nira sebagai bahan pokok pembuatannya. Minuman  dulunya adalah minuman yang dihidangkan hanya untuk jamuan-jamuan di acara adat. Minuman hasil fermentasi yang memabukkan ini dihidangkan bagi kaum aristokrat (tokoh) Batak dan tetua adat dalam pertemuan adat serta rapat penting.

Agak unik memang, karena, bagi pemikiran kita, sekalipun minuman memabukkan ini akan membuat seseorang jujur dan lebih terbuka tanpa menutup-nutupi atau sungkan dan segan, bagaimana mungkin minuman ini bisa membantu berjalannya pengambilan keputusan? Bayangkan saja, orang-orang yang sedang berada di bawah pengaruh kemabukan, berkumpul demi pengambilan keputusan.

Batak tempo dulu punya keahlian untuk mengatasi hal ini. Namun, saat ini, tuak tak lebih dari minuman yang berujung pada keonaran. Minuman ini kini telah menjadi minuman wajib di kalangan preman.

Tuak Positif

Kini tuak ternyata positif, semua dikalangan.  Bahkan tuak seringkali menjadi hidangan wajib, bertemankan tambul, dan sudah menjadi minuman rakyat, bukan lagi semata-mata bagi golongan khusus seperti dahulu. Siapa kira, minuman ini ternyata memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan?

Nah, sekedar informasi,  asal muasal minuman tuak –air nira, sebelum fermentasi- baik untuk kesehatan, dapat mengikis batuan kalsium yang ada di saluran kencing dan ginjal bila dikonsumsi denga teratur, dan dalam porsi tepat selama sebulan.

Tuak, memiliki banyak manfaat. Jadi, berhenti berpikir negatif tentang tuak. Selain sebagai bahan baku pembuatan gula aren, tuak juga merupakan bahan baku pembuatan cuka makanan. Tuak juga bermanfaat melancarkan ASI yang tumpat bila diminum secara teratur sehabis bersalin oleh si ibu yang menyusui.

Bahkan tuak menjadi minuman  tampil di pesta-pesta adat

Saking melekatnya, ada sebutan tuak na tonggi (tuak yang nikmat) dan pasi tuak (uang sekadar pembeli tuak). Atau lihat saja: ketika petang menjelang, sudah banyak orang yang nongkrong di kedai tuak untuk minum tusor (tuak sore).

Banyak yang menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan tuak menjadi mata pencaharian. Sebutlah maragat (menyadap nira), manggalas (mengumpulkan tuak untuk dijual kembali), margula (gula   nira), atau membuka kedai tuak.

Tapi bagi orang sekreatif Rikanson Jutamardi Purba, hal biasa seperti ini bisa dijadikan produktif atau lebih ditingkatkan produktivitasnya. Jutamardi membuka kedai tuak yang lain daripada yang lain. Dengan mengambil lokasi di Jalan Gereja no. 21A, Simpang Empat, Pematangsiantar,

Jutamardi menghadirkan kedai tuak yang unik bernama “Bagod & Tambuls”.

Di sana bisa dinikmati tuak higienis yang dituang dari dispenser kaca, ibarat menuang air dari dispenser air mineral galonan. Tersedia pula tambul, penganan kawan minum tuak.

Yang lebih unik lagi, gelasnya bukan terbuat dari kaca, melainkan bambu. Inilah yang disebut garung. Dalam penerapan CRM (customer relationship management) untuk membangun loyalitas pelanggan, pada garung diukir nama pelanggan premium.

Dari Tuak ke “Bius Cantik”

Tapi ketika kata ‘tuak’ atau ‘bagod’ disebut, mungkin yang ada dalam pikiran adalah hal-hal negatif seperti KDRT (kejahatan dalam rumah tangga), perkelahian, kecelakaan lalu-lintas, penyakit, dan pemborosan uang atau waktu.

Padahal, seperti telah disebutkan terdahulu, banyak yang menjadikannya menjadi sumber mata pencaharian. Muncul tantangan: bagaimana mengubah persepsi yang terlanjur negatif tadi menjadi positif, karena ternyata minum tuak adalah menyehatkan.

Penelitian Gunawan Trisandi Pasaribu dalam rangka penyusunan tesis S2-nya di IPB Bogor, mengkonfirmasi secara ilmiah bahwa minum tuak dapat menurunkan kadar gula darah, sehingga baik bagi orang penderita sakit gula (diabetes mellitus). Selama ini, hal tersebut baru sekadar mitos yang ninna tu ninna (konon katanya).

Umum diketahui, tuak baik pula bagi ibu yang baru melahirkan untuk “membersihkan darah kotor” dan meningkatkan produksi ASI. Adalah tugas para peneliti untuk mengkonfirmasi kedua hal terakhir ini secara ilmiah.

Apa pun yang sifatnya berlebihan sebenarnya akan merusak. Obat yang melebihi dosis bukannya menyembuhkan penyakit, melainkan bisa menjadi racun atau berefek samping membahayakan. Semuanya tergantung pengendalian atau pemanfaatan. Ibarat pisau, bisa digunakan untuk membedah guna mengangkat tumor ganas dari tubuh seorang sakit atau sebaliknya menikam/membunuh orang.

Dalam rangka branding (penamaan produk), Jutamardi menghindarkan penggunaan kata ‘tuak’ dan menggantikannya dengan ‘bagod’ atau lebih spesifik lagi: “Bius Cantik”. Bagi para peminum, kata ‘bius’ dipakai untuk menyebut ‘tuak’ dan kata ‘cantik’ dipakai untuk menyatakan bahwa peminumnya telah mulai merasakan efek minuman itu.

Oleh karenanya, di “Bagod & Tambuls”, dilakukan pembatasan. Bagi pelanggan, disarankan minum tidak lebih daripada dua garung (sekitar 640 ml). Jika ingin lebih, pelanggan disarankan membawanya pulang ke rumah (take away), agar dalam perjalanan pulang, peminum tidak mabuk yang bisa mengakibatkan kecelakaan lalu-lintas.

Selain itu, di “Bagod & Tambuls”, istilah yang digunakan bukan “minum”, melainkan “menikmati” bagod atau “Bius Cantik”.

Bagod Minta Tambul dan Tambul Minta Bagod
TUAK – Dengan mengukir nama konsumen pada garung (gelas bambu), timbul ikatan emosional untuk datang dan datang lagi.

Sudah menjadi patokan pula bahwa pelanggan yang hendak menikmati bagod disarankan untuk tidak menikmatinya dalam keadaan perut kosong. Kalau belum isi perut, disediakan tambul berupa tahu-tempe goreng, lele goreng sambal tinuktuk atau tuktuk (rempah/jamu Batak), ikan mas arsik goreng, ayam goreng, dan soto. Atau kalau ingin makan berat, ada nasi dengan iga sop tinuktuk. Kesemuanya dengan harga yang pantas dan terjangkau (affordable).

Kalau sudah isi perut, bagod sudah bisa masuk dan ketika sudah menikmati bagod, mulut ini rasanya minta tambul. “Inilah strategi kita mendampingkan bagod dengan tambul, sehingga bisnis kuliner ini mudah-mudahan berkembang pesat, jika ada hal yang penting silakan kontak  0821 6122 7172,” pungkas mantan bankir lulusan Universitas Padjadjaran Bandung ini. (MSC)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments