Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Sumber Air Warga di Kecamatan Gunung Malela Tercemar Limbah PKS

seorang warga menunjukan sampel air sungai, sumur dan bak penampungan yang tercemar limbah pabrik kelapa sawit. (Foto: Sawal)
Seorang warga menunjukan sampel air sungai, sumur dan bak penampungan yang tercemar limbah pabrik kelapa sawit. (Foto: Sawal)
SIMALUNGUN - Masyarakat di Huta III, Nagori Pematang Asilom Kecamatan Gunung Malela, mengeluhkan limbah dan suara bising mesin Pabrik Kelapa Sawit (PKS) CV Rapi Tehnik.

Suparmi (57), warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi pabrik mengaku setiap malam tidak bisa istirahat tenang karena suara bising mesin yang beroperasi. Selain itu warga mengalami batuk, kulit gatal-gatal dan flu karena serbuk kawol dari pabrik beterbangan mencemari udara.

“Semenjak pabrik beroperasi aku sudah beberapa kali sakit. Sekarang saja masih menjalani perawatan dari dokter. Kata dokter aku stress. Kalau malam tidak bisa tidur dan harus minum obat tidur,” kata Suparmi kepada wartawan koran ini, Selasa (11/3). Dia menyebutkan, serbuk kawol yang menimbulkan penyakit juga membuat pakaian warga yang dijemur kotor.

Hal senada dikatakan Sobirin (42). Dia menuturkan, beberapa warga sudah mengumpulkan sempel air yang diambil dari air sungai Bah Bolon tempat pembuangan limbah PKS. Selain itu juga diambil sampel air sumur yang tercemar sebagai bukti keberadaan pabrik itu benar-benar merugikan masyarakat.

“Kami tidak meminta pabrik itu ditutup. Tapi direlokasi ke lokasi yang tidak mengganggu masyarakat. Dulunya pabrik ini bukan pabrik pengolahan tapi hanya gudang penyimpanan sawit.

Tapi karena kebutuhan petani sawit maka Sobirin menerangkan, limbah cair pabrik ditampung di kolam dan diketahui dibuang pada saat malam hari atau siang hari saat masyarakat lengah.

“Saluran pembuangan tersembunyi hingga ke sungai. Selama ini kati tidak tahu kalau limbah itu yang menyebkan badan kami gatal-gatal dan bercak merah seperti cacar,” ujarnya.

Rusdayati (36) juga warga Pematang Asilom mengaku, mendengar informasi pabrik mendatangankan mesin dengan kapasitas lebih besar. “Sekarang saja sudah mengganggu, bagaimanalah nanti? Bisalah rusak pendengaran kami,” keluhnya.

Pantauan wartawan koran ini di lokasi, terlihat limbah ketel jatuh dari mesin pengolahan ke tempat pengumpulan. Tapi limbah yang meyerupai serbuk itu tidak ada pengamanannya. Di sisi lain ada pembuangan limbah cair mengalir dari atas pabrik melintasi saluran terbuka langsung menuju sungai. Terlihat perubahan warna air limbah dengan air sungai serta aroma busuk.

Saat wartawan hendak masuk ke lokasi pabrik untuk konfirmasi. Salah seorang pria dari dalam lokasi mengaku tidak ada orang yang berkompeten memberikan keterangan “Nggak ada pimpinan di dalam Bang. Mereka jarang datang. Paling hanya kepala bagian saja. Itupun mereka tidak tahu apa-apa,” ucap pria tersebut.

Dia mengakui, pihaknya memasang mesin baru dengan kapasitas lebih besar. “Memang dulu kapasitasnya kecil, tapi sekarang sudah bekerja sampai 24 jam. Itupun masih tergantung buah kelapa sawit yang ada, karena pabrik tidak punya perkebunan sendiri,” ucap pria yang menolak menyebutkan identitasnya.

Dia mengungkapkan, pimpinan mereka pengusaha yang tinggal di Tebing Tinggi. Sedangkan manejer pabrik bernama Toni. “Kalau Humasnya Pak Suhadi Bang. Bagusan tanya sama dia,” ucapnya. Sementara Camat Gunung Malela Riando Purba saat ditemui, mengaku belum ada menerima surat keluhan dari masyarakat mengenai keberadaan PKS milik CV Rapi Teknik. Tetapi pihaknya akan langsung melakukan pengecekan. (Metro.siantar.com)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments