Foto Sultan Saragih |
“Dreams may be come true”
Penulis : Sultan Saragih, bekerja di kajian Budaya Rayantara
Rayantara Club Jakarta selalu memberikan visi ke depan tentang bagaimana memajukan budaya simalungun seturut dengan pengalaman dan perhitungan mereka. David Ezsar Purba dan Julvanal Sinaga, dua pilar yang selalu bekerja di balik layar tetap menyarankan aku selalu “fight”, meskipun sebelumnya aku pernah menyatakan ingin undur diri atau “pensiun dini” dari dunia kerja budaya yang serba melelahkan sebab terbatas baik dari fasilitas dan dukungan dana.
Hari Minggu yang lalu, bersama Opung Raminah Garingging (80 tahun, Boru Ni Tuan Ikan Sorbadolok) kami ziarah kepada salah satu pendiri Rayantara, Alm Risma Roharta Damanik yang sering dipanggil Bunda. Ia bukan hanya pasangan hidup bagiku tapi guru karena karena kekuatannya untuk tidak pernah menyerah dalam memajukan budaya simalungun, sebuah dunia aral melintang, melelahkan dan serba terbatas, dilihat dari kemampuan kami tentunya. Opung Raminah menangis diam diam ketika memberikan demban, dalam batinnya ia berkata bahwa Bunda tetap memberi semangat dari dunianya, ia tidak ingin apa yang telah dibangun dan susun bersama, ditinggalkan begitu saja hanya karena kesedihan semata. “Sayang seribu kali sayang” tambahnya
Tiga pilar Rayantara di Bali, yaitu Batarayani Damanik, Roni Sumbayak dan Dori Alam Girsang telah mengadakan pertemuan bersama. Mereka berusaha mencari lahan seluas 1 Ha, sebuah kampung budaya yang seluruhnya bernuansa original simalungun dengan perlengkapan dan fasilitas sanggar untuk menjawab tantangan zaman. Ide yang semula dituangkan Rayantara Jakarta telah bersambung di Bali. Semula lahan di Tengkoh, Pamatang Siantar, tapi masih belum ada realisasi. Alternatif lain, ada juga lahan di Tanjung Pinggir berdekatan dengan lahan milik Opung Raminah Garingging, dengan harga 25 juta. Uang sebesar itu dari mana ? pikirku.
Hari berikutnya aku berjalan jalan ke rumah saudara bernama Julisar Damanik di Sarimatondang. Ia adalah sahabat terbaikku, kami sama hidup satu atap satu nasib berpetualang sebagai wartawan di Bandung selama dua tahun. Ia baru saja mengambil keputusan pulang kampung, karena ayahnya sudah berusia senja dan lahan di sarimatondang banyak yang terlantar dan tidak dirawat tanam.
Menimang gagasanku tentang Huta Bona Simalungun, ia sangat setuju karena memang keluarga mereka masih keturunan dari Opung Naihorsik, pendiri Harajaon Sidamanik. Silsilahnya sbb :
1.Tuan Riahkata Damanik
2.Tuan Ramahadim Damanik
3.Tuan Djorhatim Damanik (1916 – 1971) dari Puang br Nainggolan
4.Tuan Sorimala Damanik (lahir 1940)
5.Sariaman Damanik – Jackhoven Damanik – Julisar Damanik
Tak jauh dari lokasi lahan tersebut terdapat situs makam Op. Naihorsik, Parsinumbahan dan Bah Damanik yang sangat layak dijadikan sebagai wisata sejarah. Bagaimana kita dapat menyusun alur edukasi budaya bersama ?
Target pertama adalah pendirian Sopou khas simalungun dengan halaman latihan sanggar, bengkel kerja pisou simalungun dan tanaman obat simalungun. Tiga elemen dasar ini mudah mudahan dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.
Bapa Jutamardi Purba dalam sebuah tulisannya menyatakan kalau bukan karena semangat “marmalu” (seperti “bushido” Jepang) – kreativitasnya marsimalungun bakalan mangkrak. Aku pun siap memulai hidup kembali, bekerja dengan keterbatasan dan kekuatan yang ada.
NB : Jika ada saran dan pesan untuk mengisi Huta Bona Simalungun, hasusuran Tuan Djorhatim Damanik seluas 1 Ha di Sarimatondang, SIdamanik, kami Rayantara siap bertemu dan ambil alih tugas.
Horas…!!
Penulis : Sultan Saragih, bekerja di kajian Budaya Rayantara
Rayantara Club Jakarta selalu memberikan visi ke depan tentang bagaimana memajukan budaya simalungun seturut dengan pengalaman dan perhitungan mereka. David Ezsar Purba dan Julvanal Sinaga, dua pilar yang selalu bekerja di balik layar tetap menyarankan aku selalu “fight”, meskipun sebelumnya aku pernah menyatakan ingin undur diri atau “pensiun dini” dari dunia kerja budaya yang serba melelahkan sebab terbatas baik dari fasilitas dan dukungan dana.
Hari Minggu yang lalu, bersama Opung Raminah Garingging (80 tahun, Boru Ni Tuan Ikan Sorbadolok) kami ziarah kepada salah satu pendiri Rayantara, Alm Risma Roharta Damanik yang sering dipanggil Bunda. Ia bukan hanya pasangan hidup bagiku tapi guru karena karena kekuatannya untuk tidak pernah menyerah dalam memajukan budaya simalungun, sebuah dunia aral melintang, melelahkan dan serba terbatas, dilihat dari kemampuan kami tentunya. Opung Raminah menangis diam diam ketika memberikan demban, dalam batinnya ia berkata bahwa Bunda tetap memberi semangat dari dunianya, ia tidak ingin apa yang telah dibangun dan susun bersama, ditinggalkan begitu saja hanya karena kesedihan semata. “Sayang seribu kali sayang” tambahnya
Tiga pilar Rayantara di Bali, yaitu Batarayani Damanik, Roni Sumbayak dan Dori Alam Girsang telah mengadakan pertemuan bersama. Mereka berusaha mencari lahan seluas 1 Ha, sebuah kampung budaya yang seluruhnya bernuansa original simalungun dengan perlengkapan dan fasilitas sanggar untuk menjawab tantangan zaman. Ide yang semula dituangkan Rayantara Jakarta telah bersambung di Bali. Semula lahan di Tengkoh, Pamatang Siantar, tapi masih belum ada realisasi. Alternatif lain, ada juga lahan di Tanjung Pinggir berdekatan dengan lahan milik Opung Raminah Garingging, dengan harga 25 juta. Uang sebesar itu dari mana ? pikirku.
Hari berikutnya aku berjalan jalan ke rumah saudara bernama Julisar Damanik di Sarimatondang. Ia adalah sahabat terbaikku, kami sama hidup satu atap satu nasib berpetualang sebagai wartawan di Bandung selama dua tahun. Ia baru saja mengambil keputusan pulang kampung, karena ayahnya sudah berusia senja dan lahan di sarimatondang banyak yang terlantar dan tidak dirawat tanam.
Menimang gagasanku tentang Huta Bona Simalungun, ia sangat setuju karena memang keluarga mereka masih keturunan dari Opung Naihorsik, pendiri Harajaon Sidamanik. Silsilahnya sbb :
1.Tuan Riahkata Damanik
2.Tuan Ramahadim Damanik
3.Tuan Djorhatim Damanik (1916 – 1971) dari Puang br Nainggolan
4.Tuan Sorimala Damanik (lahir 1940)
5.Sariaman Damanik – Jackhoven Damanik – Julisar Damanik
Tak jauh dari lokasi lahan tersebut terdapat situs makam Op. Naihorsik, Parsinumbahan dan Bah Damanik yang sangat layak dijadikan sebagai wisata sejarah. Bagaimana kita dapat menyusun alur edukasi budaya bersama ?
Target pertama adalah pendirian Sopou khas simalungun dengan halaman latihan sanggar, bengkel kerja pisou simalungun dan tanaman obat simalungun. Tiga elemen dasar ini mudah mudahan dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.
Bapa Jutamardi Purba dalam sebuah tulisannya menyatakan kalau bukan karena semangat “marmalu” (seperti “bushido” Jepang) – kreativitasnya marsimalungun bakalan mangkrak. Aku pun siap memulai hidup kembali, bekerja dengan keterbatasan dan kekuatan yang ada.
NB : Jika ada saran dan pesan untuk mengisi Huta Bona Simalungun, hasusuran Tuan Djorhatim Damanik seluas 1 Ha di Sarimatondang, SIdamanik, kami Rayantara siap bertemu dan ambil alih tugas.
Horas…!!
- Roni Sumbayak Jenges tempatnii tene. Anggo tanoh ni kak Tara na isekitar makamni Bunda ai naha gatni Sanina? Kemudahan akses.
Tp ham do i lapangan, mambotoh sidearan - Dori Alam Girsang Entah kenapa heran juga aku, Bou ku itu di Jawa sekarang padahal mengingat usianya yg sudah 95 tahun.
Pasti itu akan kita capai, makin banyak tempat maka makin baik... - Dori Alam Girsang Kalau tanah kita ini gratis, bayar balasting aja ke Tuan Dologmariah satampuk demban...hahahahaha
- Citra Damanik Tempat ini dari cerita masih sakral sekali Tulang. Kami dari SaLing sudah pernah mendatangi tempat ini Bah Matta namanya. Kami disana Membersihkan tempat sekalian kami juga sudah menanam Pohon.. Saya pikir tempat ini memang masih belum terjamah oleh apa-apapun sma dgn masih alamiah. Horas.. !
- Roni Sumbayak Anggo ompung Santampuk Demban, raja Raya sebelum Garingging do ai gan nini tuan Janriaman Garingging hehe
- Sultan Saragih II 3 titik lokasi Huta Bona masih bs kita usahakan n kembangkan, konfigurasi V yaitu Huta Bona siantar - sidamanik - pamatang raya masing2 tidak berjauhan, waktu tempuh kurang lebih satu jam. Nanti tinggal menyusun manajemen bersama setelah kepulangan Tim Rayantara Bali ke bona, tanoh hasusuran simalungun...2015 kan ? Tak usah lama lama laaah..
- David Ezsar Purba Hita Simalungun butuh 1 Model "Huta Bona simalungun" yg merupakan "turunan yg kesekian" dari konsep "huta adat Simalungun"... Dalam hal ini Seniman Simalungun memiliki peran signifikan... Inilah visi kita...dimulai dari sebuah model...
- Jaya Silangit Purba Anggo lang hita,ai ise nari
Anggolang sonari on do,yach attigan nari
Semangat bg
Jika perlu bantuan tenaga,mudah" an siap ngebantu..
Bravo - Roni Sumbayak Kalau memang tempat itu bisa dipakai sebagai Lahan Huta Bona Simalungun, sebaiknya pengelolaannya dibicarakan sejak awal. Kalau bisa hitam diatas putih. Suupaya kita tidak mengulangi kesalahan yaang sama pada saat pengelolaan warung museum. Santabi anggo salah pandapot hu on
0 Comments