MENAMBAH kerunyaman
isu seputar revsos adalah Konferensi Meja Bundar. Ini adalah konferensi
antara RI dan Belanda untuk menentukan perjalanan bangsa ke depan dan
berlangsung di Den Haag, 23 Agustus - 2 September 1949.
Intinya
KMB menghasilkan Republik Indonesia Serikat (RIS). Ini adalah republik
yang terjadi dari beberapa negara di Indonesia, salah satunya Negara
Sumatera Timur.
Saragih Ras
terkejut, berang dan kecewa bahkan seperti telah dipecundangi. Jika
memang RIS diterima dan jika sistem lama secara implisit hendak
diterima, lalu untuk apa revolusi sosial dilaksanakan? Untuk apa ada UUD
'45 jika itu harus diubah dengan UU yang baru?
Lebih jauh lagi, untuk apa ada revolusi sosial, yang sudah menghancurkan tatanan masyarakat di Simalungun. "Simalungun adalah salah satu yang paling hancur dan adalah saudara-saudara saya yang paling banyak menjadi korban," demikian Iluh Saragih meringkas bagian dari catatan harian AE Saragih Ras seputar kejadian ini.
Saragih Ras tidak bisa menerima KMB dan berkembang menjadi tidak bisa menerima keputusan KMB yang disetujui Soekarno dan berlanjut menjadi hubungan frontal dan kontradiktif secara langsung antara Saragih Ras dan Soekarno. "Berarti Anda telah menjual negara, Anda telah menggadaikan negara," demikian Saragih Ras terhadap Soekarno.
Saragih Ras perih di hati. Kepalanya seperti berputar-putar merenungi keadaan dan perkembangan terbaru, khususnya KMB itu, bercampur baur dengan kenyataan bahwa para ningrat yang juga bagian dari keluarganya telah menjadi korban.
Sejak itu putuslah total hubungannya dengan Soekarno. Dia menjadi antagonis dengan soekarno karena Saragih Ras tak bisa menerima hasil KMB sampai akhir hidupnya. Ini adalah keputusan blunder dalam pemikirannya.
Soekarno menyadari kekecewaan Saragih Ras. Soekarno pun mengutus Kawilarang untuk mengundang Saragih Ras ke Jakarta. Saragih Ras menolak.
Hal yang terjadi kemudian adalah Saragih diburu. Dia sempat melarikan diri ke Sipirok, Padang Sidempuan, lalu berbelok ke Rantau Parapat, kemudian ke Lima Puluh. Di kota Lima Puluh lah Saragih Ras ditangkap. Dari Lima Puluh dia dibawa ke Medan dan dikarantina di kantor Gubernur yang kini menjadi Hotel Danau Toba Internasional.
Saragih Ras dikarantina dan kemudian diadili. Ini lebih terkait dengan pertentangannya dengan Soekarno. Saragih Ras kemudian diputus bebas murni oleh Mahkamah yang mengadilinya beberapa tahun kemudian, atau sebelum meninggal pada 1953.
Sebelum meninggal, Saragih Ras rajin menulis dan meninggalkan diari soal perjalanan hidupnya. Dari catatan inilah putranya, Iluh Saragih, melakukan pendalaman sejarah bapaknya dan isu-isu yang mengitarinya.(Simon Saragih)
Lebih jauh lagi, untuk apa ada revolusi sosial, yang sudah menghancurkan tatanan masyarakat di Simalungun. "Simalungun adalah salah satu yang paling hancur dan adalah saudara-saudara saya yang paling banyak menjadi korban," demikian Iluh Saragih meringkas bagian dari catatan harian AE Saragih Ras seputar kejadian ini.
Saragih Ras tidak bisa menerima KMB dan berkembang menjadi tidak bisa menerima keputusan KMB yang disetujui Soekarno dan berlanjut menjadi hubungan frontal dan kontradiktif secara langsung antara Saragih Ras dan Soekarno. "Berarti Anda telah menjual negara, Anda telah menggadaikan negara," demikian Saragih Ras terhadap Soekarno.
Saragih Ras perih di hati. Kepalanya seperti berputar-putar merenungi keadaan dan perkembangan terbaru, khususnya KMB itu, bercampur baur dengan kenyataan bahwa para ningrat yang juga bagian dari keluarganya telah menjadi korban.
Sejak itu putuslah total hubungannya dengan Soekarno. Dia menjadi antagonis dengan soekarno karena Saragih Ras tak bisa menerima hasil KMB sampai akhir hidupnya. Ini adalah keputusan blunder dalam pemikirannya.
Soekarno menyadari kekecewaan Saragih Ras. Soekarno pun mengutus Kawilarang untuk mengundang Saragih Ras ke Jakarta. Saragih Ras menolak.
Hal yang terjadi kemudian adalah Saragih diburu. Dia sempat melarikan diri ke Sipirok, Padang Sidempuan, lalu berbelok ke Rantau Parapat, kemudian ke Lima Puluh. Di kota Lima Puluh lah Saragih Ras ditangkap. Dari Lima Puluh dia dibawa ke Medan dan dikarantina di kantor Gubernur yang kini menjadi Hotel Danau Toba Internasional.
Saragih Ras dikarantina dan kemudian diadili. Ini lebih terkait dengan pertentangannya dengan Soekarno. Saragih Ras kemudian diputus bebas murni oleh Mahkamah yang mengadilinya beberapa tahun kemudian, atau sebelum meninggal pada 1953.
Sebelum meninggal, Saragih Ras rajin menulis dan meninggalkan diari soal perjalanan hidupnya. Dari catatan inilah putranya, Iluh Saragih, melakukan pendalaman sejarah bapaknya dan isu-isu yang mengitarinya.(Simon Saragih)
0 Comments