Info Terkini

10/recent/ticker-posts

(DRAF FINAL) RINGKASAN BIOGRAFI TARALAMSYAH

Taralamsyah Saragih
BERITASIMALUNGUN.COM, Jakarta-Niat Simon Saragih dan rekan untuk menulis Buku Biografi Taralamsyah Saragih sebentar lagi bakal terwujud. Sejumlah Draf Tulisan sudah final seperti dipublis di Group Facebook (Penyusunan Buku Tentang Taralamsyah). DRAF FINAL

Nama: Taralamsyah Saragih
Lahir/Tempat: 18 Agustus 1918, di rumah bolon Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara
Pendidikan: Sekolah Dasar a. 1929 – Tiga tahun
b. 1935 – Lima tahun di Pematang Raya


Pengalaman di bidang seni musik Simalungun dan lain-lain
1926 – 1930: Sebagai seorang anak raja di Raya (anak ke-40), diharuskan menguasai permainan musik Simalungun. Ini didikan berdasarkan kebiasaan di Istana tentang seni musik Simalungun

1930 – 1933: Belajar biola, membaca not pada guru musik Jan Kaduk Saragih. Berusaha menotasi lagu-lagu Simalungun, baik lagu-lagu tradisional dan untuk tujuan hiburan
1934 – 1936: Membentuk kumpulan seni musik modern dan sandiwara di Pematang Raya untuk menambah pengalaman

1937 – 1941: Membina seni musik Simalungun di Pematang Siantar dengan hasil:
A. Membentuk perkumpulan Siantar Hawaian Band
B. Membentuk koor rumah sakit di Pematang Siantar
C. Merekam lagu-lagu Simalungun pada piringan hitam ODEON di Medan (dua piringan hitam) yakni di tahun 1938. Pada tahun 1940 merekam lagi lagu-lagu Simalungun pada empat piringan hitam dengan iringan orkes moderen


1942 – 1947: Membentuk kumpulan seni musik (termasuk keroncong) dan kegiatan sandiwara di zaman Jepang bernama “Siantar Gekidan”
1947 – 1951: Dalam pengungsian ke Bukit Tinggi dan ke Kutaraja, Aceh. Ini adalah masa revolusi sosial, agresi militer Belanda yang memunculkan kekacauan sosial politik dengan risiko nyawa di Simalungun.
1949 – 1951: Membantu pelatihan musik untuk para tentara di Kutaraja selama dua tahun terakhir pengungsiannya. Ini setelah Taralamsyah dan keluarga kembali dari Bukit Tinggi dengan mengarungi Samudera India lewat Padang menuju Kutaraja. Dia terancam sebagai ningrat Simalungun di era revolusi sosial dan juga terancam oleh kedatangan kembali Belanda dalam statusnya sebagai pegawai pemerintah.

1952: Setelah aman dia berangkat dari Kutaraja, Aceh ke Medan dan membina kesenian Simalungun di Medan (musik dan tari) yang berlangsung sampai 1970. Sambil membina kesenian Simalungun, dia membantu M. Sauti menyusun tari-tarian Melayu seperti “Kuala Deli”, “Mainang”, “Tanjung Katung” dan lainnya sampai 1953.

1954: Mengikuti misi tur kesenian dalam rangka pertukaran Budaya dan Kesenian Indonesia ke Beijing, Tiongkok. Rombongan mempersembahkan tarian “Sitalasari” dan “Pamuhunan”. Setahun setelah mengikuti misi kesenian RI pertama ke Tiongkok ini, dia juga melanjutkan peran sebagai pelatih tari Melayu dan tari-tarian dari daerah lain di Sumatera Utara dengan lokasi di Medan. 

Masih dalam rangka perannya di bidang seni Simalungun, Taralamsyah mengadakan siaran berkala khusus untuk lagu-lagu daerah Simalungun di RRI Medan


1959: Merekam lagi lagu-lagu Simalungun di empat piringan hitam di studio RRI Medan untuk keperluan LOKANANTA, perusahaan di bidang rekaman milik Departemen Penerangan yang bermarkas di Solo. Rekaman ini merupakan kelanjutan dan hasil kinerja buah dari pendirian Orkes Nalaingan bersama Djawalim Saragih dan Saridin Purba pada tahun 1959. Orkes ini khusus untuk musik Simalungun walau sesekali mereka memainkan juga lagu-lagu non-Simalungun.

Pendirian Orkes Nalaingan ini merupakan sambutan atas reaksi pemirsa RRI yang menikmati siaran-siaran lagu Simalungun. Masa kejayaan Nalaingan berlangsung hingga 1965 yang membuat para personel sering bepergian ke luar kota karena diminta tampil untuk menghibur.

1963: Memimpin rombongan Sabang-Merauke untuk menampilkan tarian “Haroan Bolon” pada pembukaan Ganefo (Game of New Emerging Forces) di Jakarta. 

Dia juga menjadi koreografer untuk tarian “Tembakau” khusus bagi siswa kebidanan di Rumah Sakit PPN Tembakau, Medan.

1968 – 1970: Dosen Sastra Sejarah di Universitas Sumatera Utara
1969: Turut membidani pendirian Sekolah Menengah Musik yang berdiri pada 25 November 1969 dan kini menjadi SMK Negeri 11 Medan

1970: Membawa misi kesenian ke Johor Malaysia (Mahasiswa USU Medan) dengan menampilkan tarian “Makkail” dan “Haroan Bolon”

1971: Berangkat untuk berkarya dan menetap di Jambi

1973: Dua kali membawa rombongan kesenian Jambi ke Jakarta untuk mengikuti Festival Kesenian Mahasiswa se-Indonesia dan meramaikan pameran Visuil Pembangunan Indonesia
1974: Membawa rombongan kesenian Jambi ke Singapura

1975: Membawa rombongan kesenian Jambi ke Jakarta untuk pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
1978: Gubernur Jambi Jamaluddin Tambunan menginstruksikan penelitian dan pencatatan seni musik dan tari daerah Jambi. Instruksi langsung kepada Taralamsyah Saragih sebagai ketua tim dengan anggota Surya Dharma, Tamjid Widjaya, OK. Hundrick, Marzuki Llazim dan M. Syafei Ade. Hasilnya adalah sebuah buku berjudul “Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Jambi”.

Di Jambi dia tidak melupakan Simalungun dan tetap mendalami seni musik dan budaya Simalungun. Dari Jambi dia melayani korespondensi dengan Arlen Dietrich Jansen untuk mendapatkan gelar doktor (PhD) di State University of Washington (1980) dengan tema disertasi musik gonrang Simalungun.

Di Jambi dia juga melakukan penyusunan “Kamus Bahasa Simalungun” dan “Sejarah Garingging”
1993: Wafat dan dimakamkan di Jambi. (Simon Saragih)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments