Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Menyimak PESPARAWI SEKSI BAPA GKPS SE DUNIA

GKPS SALEMBA DISTRIK VII

BERITASIMALUNGUN.COM, Pematangsiantar-Pesta Padua Suara Gerejawi (Pesparawi) Seksi Bapa GKPS Se Indonesia yang dilaksanakan Sabtu-Minggu 22-23 November 2014 usai sudah. Banyak yang memuji suksesnya terlaksana kegiatan yang diikuti 40 kontingen se Indonesia tersebut. Baik Paduan Suara (Koor), Vokal Group dan Katekhisasi). Namun tak sedikit pula yang mengkritisi pelaksanaan kegiatan itu secara mendalam. Berikut tulisan Agust Juvenly Purba, Pelatih sekaligus Konduktor Paduan Suara GKPS Cililitan yang dikutip dari FBnya.



Agust Juvenly Purba

INILAH HASIL PESPARAWI SEKSI BAPA GKPS SE INDONESIA 

PEMBUKAAN PESPARAWI

KLIK INILAH PENAMPILAN GKPS CILILITAN

5 MENIT TERBAIK (CATATAN PRIBADI MENGIKUTI PESPARAWI SEKSI BAPA SEDUNIA)

Sebagai pelatih dan sekaligus Dirijen, saya selalu katakan dan dengung-dengungkan kepada anggota Tim Paduan Suara Seksi Bapa GKPS Cililitan sebelum bertanding dalam Pesparawi Seksi Bapa GKPS kali ini: "Berikan 5 Menit Terbaik yang bisa kita berikan". Mulai dari pesparawi Tingkat Resort, Pra Distrik (pemanasan menjelang Pesparawi Distrik dengan beberapa Jemaat yang lain), Tingkat Distrik VII, dan lebih-lebih yang terakhir Tingkat GKPS Sedunia. Betapa tidak, kesempatan tidak selalu ada, dan ketika kesempatan itu ada, sebaiknya dipakai dengan sebaik-baiknya. 

Kali ini kesempatan itu datang, inilah kesempatan pertama yang Tuhan berikan untuk memimpin Paduan Suara untuk mengikuti Pesparawi se-GKPS (kebetulan untuk kategori Male Choir atau dalam GKPS khusus untuk seksi Bapa). Mengapa 5 Menit? Karena lagu yang dibawakan berdurasi lima menit. Proses latihan kurang lebih 5 bulan (terhitung mulai dari pesparawi tingkat resort sampai tingkat GKPS Sedunia) jika saya hitung-hitung sekitar 40 kali pertemuan latihan yang berdurasi 3 jam setiap latihan. Hati saya mengatakan "sudah luar biasa persiapan ini". 

Mungkin tim lain juga saya percaya melakukan hal yang kurang lebih sama bahkan mungkin lebih. Hidup di Jakarta dengan  tempat tinggal anggota yang kebanyakan jauh dari lokasi Gereja sebagai tempat latihan, proses latihan ini tidaklah gampang, butuh energi ekstra untuk sampai di tempat latihan dengan segala tantangannya (macet, letih, kesibukan keluarga, pekerjaan, dll). 

Ternyata tidak cukup sampai di situ, kemampuan bernyanyi (membaca notasi, membunyikan choral sound /suara paduan suara, interpretasi, dinamika, pitching atau ketepatan nada) sangat membutuhkan waktu dan perhatian khusus berhubung tidak semua memiliki kemampuan yang memadai bahkan kebanyakan anggota tim tidak memiliki kemampuan dasar untuk ber"paduan suara". Singkatnya, demi menghasilkan yang terbaik, semua proses latihan harus dilalui demi memberikan yang terbaik, dengan segala tantangannya (ketidakdisiplinan anggota untuk hadir, hadir tepat waktu, dll), dan semuanya itu ditampilkan hanya dalam waktu kurang lebih 5 MENIT. 

Sungguh bagi saya prosesnya luar biasa. Dan lebih luar biasa ketika saya membayangkan ratusan tim dari jemaat (mungkin resort) di seluruh GKPS melakukan hal yang sama dalam kurun waktu yang sama pula,meskipun pada akhirnya hanya 40 tim yang berhak (setelah proses seleksi di tingkat resort atau distrik) untuk tampil pada acara puncak se GKPS. 

Kata-kata "luar biasa" terus terucap ketika saya membayangkan tim-tim yang lain khususnya di daerah-daerah yang bukan perkotaan (setidaknya bukanlah kota besar), dalam pikiran saya muncul nama nama tim dari  daerah seperti Haranggaol, Raya, Raya Kahean, Tiga Runggu,  Batam, Bulu Raya, Raya Huluan, dan sangat banyak lagi GKPS yang tersebar di daerah khususnya Simalungun. 

Mungkin dari anggota paduan suara mereka ada yang pulang dari ladang, habis mengajar, habis berjualan, dan lain-lain untuk berbondong-bondong untuk untuk berlatih di tempat masing-masing untuk 1 lagu yang dipertandingkan dalam pesparawi kali ini. Sekali Lagi LUAR BIASA. Gaung dan demam atau spirit  Pesparawi Bapa ini sungguh terasa, setidaknya dirasakan setiap pribadi yang terlibat di dalamnya baik sebagai peserta maupun sebagai pelatih. 

Perasaan ini tentunya tidak sama dengan orang di luar seksi Bapa atau Seksi Bapa tetapi tidak ikut ambil bagian. Akhirnya semua berkumpul di BALAI BOLON GKPS PEMATANG SIANTAR TANGGAL 22-23 NOPEMBER 2014 sebanyak 40 tim. Setidaknya yang hadir ke lokasi sekitar 2000 orang dengan hitungan sederhana saya, 40 x 40 orang setiap tim ditambah penonton sekitar 400 orang.

APA YANG TERJADI????

Sungguh di luar dugaan saya. Sungguh di luar ekspektasi saya. Sungguh jauh dari apa yang saya bayangkan. 

1. Juri

Ada 5 Dewan Juri, hanya 1 yang termemori di benak saya TARIDA HUTAURUK, yang meskipun seorang penyanyi tetapi setidaknya beliau juga punya basic atau latar belakang dalam urusan Paduan Suara, legitimasinya sudah lebih dari cukup sebagai juri Paduan Suara karena saya pernah membaca CV nya. Beliau sudah sering juri di berbagai ajang Festival Paduan Suara di Indonesia ini. Empat yang lain, saya bahkan tidak pernah mendengar namanya (entah saya yang kurang wawasan atau pengetahuan). 

Peserta juga tidak diinfokan dengan baik dan jelas CV mereka ketika mereka disebut sebagai juri. Point-nya peserta tidak "well informed" dengan juri yang menilai mereka dalam Festival ini. Harapan saya, meskipun juri tidak saya kenal, setidaknya saya (sebagai pelatih dan peserta) tau apa saja kontribusi mereka sehingga mereka "layak" menilai suatu perlombaan paduan suara"

2. Panggung

Bernyanyi dengan mic untuk paduan suara baru kali inilah saya mengalaminya dari puluhan festival paduan suara yang pernah saya ikuti sepanjang hidup saya baik standard lokal maupun internasional. Terlepas dari bagus tidaknya sound sistem atau mic balancing, atau ketidak acoustic nya gedung yang digunakan,  yang jelas dalam pengetahuan saya dalam  lomba paduan suara, hal ini tidaklah dibenarkan. Kenapa kali ini ada? Bukannya saya khawatir dengan tim saya akan "jelek" dengan menggunakan mic, tetapi hal ini tidaklah dibenarkan karena memang mic bisa saya membuat suara alami bernyanyi menjadi tidak "murni" menjadi choral sound sebagai produksi suara yang dinilai dalam lomba paduan suara.

3. MC

Setahu saya MC fungsinya membawakan acara dari awal hingga akhir dengan konsep acara yang sudah matang bisa 1 atau lebih. Yang terjadi terdapat MC-MC tambahan yang tidak jelas keberadaannya yang sangat mengganggu dan annoying. Kadang tampil kadang ga, ga jelas konsepnya. Informasi dari MC juga tidak konsisten. Seperti contoh: MC (yang ditunjuk) mengatakan bahwa "break" akan diadakan setelah 8 peserta tampil. 

Si MC dadakan katakan bahwa  "break" diadakan tepat pukul 13.10. Yang terjadi break pada jam 13.20 dan setelah nomor undi 10. Hahahahahaha.....saya lagi-lagi geleng-geleng......Tim saya (GKPS) Cililitan adalah nomor 16, dan informasi ini sangat mengganggu saya ketika hendak memimpin tim, ketika informasi seperti ini berubah-berubah, ini tentunya akan mempengaruhi mood dan konsentrasi peserta yang akan bersiap-siap. Memberikan pujian terbaik??? sudah pasti hal ini membuyarkan tujuan itu. Bagi yang pernah menjadi Dirijen dalam festival atau peserta, tentunya hal ini sangat mengganggu, bagi yang tidak pernah jadi Dirijen atau peserta, hal ini tentunya dianggap "no big deal".

4. LO/Usher/Flower

Tidak ada panitia yang menginformasikan kepada peserta untuk bersiap-siap di Siaga 2 dan Siaga 3. Panitia kurang banyak??? Hellloooowwww......ini ajang se GKPS, maaf......festival di resort saya aja ga seperti ini. Kalau saya analisa hal ini bukanlah karena panitia tidak ada....tapi panitia "meremehkan" keberadaan usher pada posisi ini. Hal ini juga setidaknya mengganggu untuk konsep "memberikan yang terbaik". 

Bagaimana memberikan yang terbaik kalau peserta tidak diakomodasi dengan baik untuk hal-hal menjelang penampilan "5 menit" setelah latihan selama 5 bulan??? Peserta sudah latihan keras dengan cara masing-masing selama 5 bulan tetapi tidak diakomodasi dengan baik oleh panitia di menit-menit terakhir yang mana kegugupan mulai muncul, adrenalin meningkat, para dirijen mulai tegang. 

Meskipun ini, terus terang,  tidak lagi mempengaruhi saya karena sudah terbiasa memimpin paduan suara di festival, tapi saya membayangkan peserta atau dirijen yang mungkin ini penampilan perdananya yang akan bisa merusak penampilan (sekali lagi sudah latihan berbulan-bulan) entah salah  menarik nada saking groginya atau lupa hormat dulu atau tarik nada dulu...hahahahaha..... Karena saya juga pernah mengalaminya ketika belum terbiasa memimpin paduan suara, saya juga pernah gugup dan grogi. Kondisi ini sebaiknya tidak diperparah oleh panitia dengan menambah beban pada peserta karena informasi  dari usher tidak ada.

5. Penentuan Kejuaraan

Hal ini tidak pernah disampaikan kepada peserta lomba. Kejuaraannya seperti apa, baru disampaikan pada hari H...hellowwwww ? Saya menganggap pesparawi ini bukanlah pesparawi abal-abal tetapi Pesparawi se-GKPS yang "marwahnya" lebih besar dan gengsinya lebih tinggi dengan tingkat resort dan Distrik, akan tetapi sistem kejuaraannya membuat saya geleng-geleng kepala. 

4 kategori emas, 4 kategori perak, 4 kategori perunggu. Alasannya "kesetiakawanan" dan kebersamaan. Haahhhhhh ???? sistem dari mana ini? Saya cukup mengerti ketika panitia memiliki otoritas terhadap segala sesuatunya, tetapi poinnya harus jelas dan belajar dari sistem yang sedang berkembang di ajang lokal maupun internasional. Setahu saya penilaian GOLD ketika peserta mampu mencapai nilai tertentu, misalnya nilai 80 ke atas, Peserta yang mampu mencapainya, mereka meraih GOLD, tak perduli berapa banyak peserta yang bisa mencapainya, begitu juga dengan perak dan perunggu, ada range nilainya. 

Nah dari medali GOLD siapa yang paling tinggi itulah Championnya atau bisa juga diurut sampai juara 3 atau harapan 3...terserah panitia.Semua nilainya diumumkan. Konsep tidak mengumumkan nilainya berapa, merupakan sistem yang menurut saya mengada-ada dan absurd....suka-suka...dan ngarang-ngarang.....sialnya lagi disampaikan pada hari H. Siapa yang ga BETE.......???? Sekali lagi latihan 5 bulan hanya disuguhi sistem ga jelas ini...wahhhhhh TERLALU

6. Technical Meeting?

EMANG ADA YA..........??????????? KOK SAYA GA TAU?????????? OK, mungkin karena se GKPS susah mengadakan pertemuan......bukankah panitia sudah mengumumkan bakalan ada TM sebelum perlombaan....sialnya saya tunggu-tunggu tidak ada.....atau pas saya MANDI kali di MESS PELPEM ya????Hahahahaha


7. BERNYANYI BUKAN UNTUK KEJUARAAN TAPI MEMUJI TUHAN..........Ahhhhhhh

Kata-kata ini sangat populer dan terdengar ditelinga saya sepanjang Pesparawi berlangsung. SAYA SETUJU ONE MILLION PERCENT. Tapi COME ON!!!!!! Don't be so naive dan munafik. Saya pikir tidak ada peserta yang tidak mengharapkan juara. Kalaupun tidak mengharapkan juara, saya pikir itu hanya bahasa halus "tidak dapat bersaing" atau sudah menyerah dalam kompetisi sehingga muncul kata-kata "yang penting berpartisipasi dan memuji Tuhan". Menurut saya tidak, kita belum berusaha maksimal. TITIK.

 Tuhan itu bertahta di atas puji-pujian dengan standard TUHAN. Menjadi juara 1 pun belum tentu memenuhi standard Tuhan, atau sebaliknya, karena STANDARD TUHAN sangat tinggi, tapi setidaknya berusaha menjadi juara itulah usaha kita "memberikan dan mengejar yang terbaik" menurut akal budi dan pengetahuan yang Tuhan berikan pada kita dan melalui juri-juri yang menilai. 

Kata-kata "asal kita memuji dengan hati" juga sering kali bias, bagaimana kita memuji dengan hati ketika kita bernyanyi dengan not yang salah, atau interpretasi yang sembarangan melalui tuntutan Pencipta lagu yang Tuhan pakai untuk memuji Dia. Sekali lagi Nonsense. Kita belum bekerja keras dan belum memberikan yang terbaik yang kita punya. Ketika Tim GKPS Cililitan mengikuti pesparawi  Distrik VII saya sudah merasa itu sudah yang terbaik yang sudah kami persembahkan, setelah bernyanyi di Pesparawi se GKPS kemarin, saya merasa bahwa kali ini kami tampil lebih baik lagi dari Pesparawi Distrik VII sebelumnya.  

Poin yang saya rasakan, terbaik adalah ketika kita sudah merasa memberikan seluruh yang kita punya sebisa kita (waktu, pengetahuan, tenaga dan lain-lain) di waktu yang Tuhan ijinkan.......

8. PENGUMUMAN PEMENANG

Baru kali ini Pesparawi Pemenangnya diumumkan yang bukan Dewan Juri. Saya bisa maklum kalau Jurinya karena sesuatu hal, tidak dapat mengumumkan hasil keputusan juri karena harus pulang sebelum acara pemumuman karena alasan tertentu yang sangat mendesak dengan hasil keputusan juri yang disegel dalam map atau amplop. 

Saya tidak habis pikir saja.....Juri masih berada di tempat tetapi yang mengumumkan orang lain. Maksudnya apa? Tujuannya Apa? Katakanlah yang diumumkan itu benar adanya seperti hasil keputusan juri tapi apakah kita tiba-tiba menjadi "bukan orang Simalungun yang baik" ketika kita menuntut harus juri yang mengumumkan? Apakah dalam pertanggungjawaban keuangaan Jemaat kita hanya mengangguk setuju saja dengan  tanpa adanya verifikasi mengenai keuangan tersebut hanya karena Pimpinan Majelis semua bergelar Sintua yang didampingi oleh seorang Pendeta. tentu tidak bukan? Kita juga mengharapkan tuntutan legalitas yang sewajarnya. Pengumuman oleh Dewan Juri menurut saya Legalitas dari penilaian itu sendiri, di luar itu mengada-ada dan absurd.


***

Susah memang mengerti bagaimana mengakomodasi kebutuhan suatu festival paduan suara kalau kita tidak pernah terlibat di dalam paduan suara itu sendiri baik sebagai peserta atau pelatih. Karena saya percaya kalau sering atau pernah mengikuti pesparawi pasti akan tau dan mengerti hal-hal detail yang sering terabaikan dalam festival internal GKPS, termasuk pelaksanaan kali ini yang menurut saya aneh dan mengecewakan.

 Sorry to say, sekali lagi bukanlah semata-mata mengenai juaranya, tetapi ketika saya membayangkan kembali persiapan tim-tim seluruh GKPS dari berbagai penjuru dengan usaha yang luar biasa, baik dana maupun daya, waktu dan pengorbanan lainnya yang sudah SANGATSANGAT LUAR BIASA hanya disuguhkan dengan pelaksanaan yang jauh dari harapan saya dengan aturan dan usaha yang cenderung "suka-suka" tanpa mengindahkan standard dan ketentuan yang sering dan berlaku saat ini. 

Terus terang mood saya juga berobah ketika banyak mengetahui hal-hal yang tidak saya bayangkan dalam pelaksanaan festival ini, kemudian saya berusaha menyemangati diri sendiri dan memurnikan motivasi sesaat sebelum penampilan. Saya hanya ingin memberikan 5 menit terbaik dari 5 bulan proses yang kami lalui dan saya juga menularkannya kepada teman-teman, dan saya bisa mersakan dari awal lagu sampai akhir lagu baik ekspresi, suara, dinamika, interpretasi, merupakan 5 menit terbaik yang saya rasakan dalam seluruh latihan dan penampilan kami selama ini.

Pesparawi sudah berlalu. Banyak harapan saya sebelumnya, GKPS Cililitan meraih GOLD untuk Paduan Suara. Saya sangat-sangat puas dengan penampilan tim, dan saya juga merasa tidak memiliki kesalahan dalam memimpin lagu. Apresiasi penonton juga terdengar tulus di dalam gedung, dan "katanya" di luar gedung juga banyak bertepuk tangan. Semoga mereka terberkati dengan penampilan kami.  Hanya saja, secara jujur baru kali ini saya tidak bangga mengangkat pialanya, ada kegetiran dalam hati mengingat ini sudah tahun 2014, GKPS sudah puluhan kali melaksanakan event-event sejenis, pelaksanaannya kok jadi aneh bin ajaib begini.(Lee)


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments