Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Ambisi JR Saragih Pimpin Simalungun (Lagi) akan Terganjal ?

Bishop Darwis Manurung, S.Th, M.Psi
Pimpinan Pusat GMI (Gereja Methodist Indonesia) Wilayah I bersama JR Saragih. IST

"Bagaimana kira-kira peluang JR Saragih untuk kembali memimpin Simalungun ?", tanya kawan saya dari luar kota lewat telepon selular. Sesaat saya terhenyak. Bagaimana ya ? 


Tidakkah terlalu prematur kalau saya memberi jawaban sekarang mengingat tahapan penetapan Calon Bupati Simalungun baru akan akan dilakukan 24 Agustus mendatang ? Artinya, sampai sekarang belum ada koq Calon Bupati Simalungun. Jadi bagaimana untuk mengukur peluang masing-masing ?

Peluang untuk merebut kursi Simalungun 1 tentu dipengaruhi siapa yang maju bertarung melawan siapa. Kalau JR Saragih bersaing dengan saya atau M Adil Saragih apalagi dengan Kurpan Sinaga dalam pemilukada Simalungun, sudah barang tentu dia akan memenangkannya. Menang mutlak malah. 

Tapi kalau JR Saragih bersaing dengan Parlindungan Purba yang Senator (Anggota DPD) atau Junimart Girsang yang Anggota DPR RI ? Saya justru berani taruhan JR Saragih akan keok bahkan bertekuk lutut.

Seperti jamak diketahui, sekarang KPU Simalungun masih dalam tahap memproses bakal calon Bupati Simalungun menjadi Calon Bupati Simalungun. Mereka masing-masing, JR Saragih, Nuriaty Damanik, Tumpak Siregar, Zulkarnaen Damanik dan atau Evra Sasky Damanik, serta Lindung Gurning. 

Jamak pula diketahui, sampai sekarang agaknya masih cuma Nuriaty Damanik dan Tumpak Siregar saja yang berkas administrasinya yang sudah klop. Sedang berkas administrasi JR Saragih, Zul atau Evra serta Lindung, masih becek atau belum beres (juga).

Sampai disini, artinya yang hampir pasti menjadi Calon Bupati Simalungun masih Nur dan Tumpak saja. Sedang JR, Zul atau Evra serta Lindung masih di awang-awang atau mengambang. 

Kalau nama yang disebut belakangan tak juga (mampu) melengkapi berkas administrasinya, tentu saja mereka akan terjungkal untuk menjadi Calon Bupati Simalungun. Ke laut ! Dan yang tampil untuk merebut posisi Simalungun 1 hanya Nuriaty serta Tumpak saja.

Tapi inilah antara lain nikmatnya kemerdekaan yang sudah kita alami dan rasakan selama 70 tahun. Setiap orang, siapa saja, boleh berandai-andai sesukanya sesuai dengan selerannya. Sekiranya JR Saragih, Nur dan Tumpak serta Lindung dan Zul/ Evra bersaing untuk dipilih (rakyat) menjadi Bupati Simalungun, siapa yang muncul sebagai jawara ?

Nama JR Saragih barangkali gampang sekali untuk tersingkir. Bukan saja sebagai Calon Bupati Simalungun, tapi bahkan sebagai Bupati Simalungun terpilih. Itu disebabkan nama itu selama ini penuh coreng moreng dengan tinta hitam pula. 

Orang banyak (di Simalungun) bahkan sudah tak bisa (lagi) membacanya. Konon, nama itu sudah dilupakan orang (banyak) Masa-masa kepemimpinannya di Simalungun hampir lima tahun terakhir penuh dengan luika yang dalam dan duka nestapa yang membahana.

Masih hitungan hari memimpin Simalungun, JR Saragih memang sudah diterpa kabar tak sedap. Itu diakibatkan keputusan yang diambilnya untuk mencopot beberapa PNS di jajaran Pamkab Simalungun dari jabatannya. 

Keputusan yang tida populer bahkan dianggap sebagai tindakan sewenang-wenang mentang-mentang berkuasa. Lantas, tindakan JR Saragih yang tidak memberikan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan juga sangat mempengaruhi kredibilitasnya. 

Persoalan ini malah sampai-sampai diadukan pihak-pihak tertentu kepada yang berwajib. Lebih dari itu, nyaris lima tahun kekuasaannya, JR Saragih selalu diterpa ragam pemberitaan tak sedap. 

Banyak sekali contoh yang bisa dikedepankan, bahkan segudang, bahkan bergunung-gunung. Cermati saja beberapa pemberitaan tentang ragam kasus yang dituduhkan kepadanya. Dan celakanya, Pemkab Simalungun yang dalam hal ini Humas Pemkab Simalungun tak pernah menampiknya. 

Sampai sekarang, bahkan Tim Media Pemenangan JR Saragih tak pernah mau dan tak mampu menepis ragam pemberitaan minor itu. Misalnya, tudingan penggunaan ijazah SMA miliknya. Tetap saja carut-marut. Tak jelas sah tidaknya ijazah SMA-nya itu.

Selama memimpin Simalungun, JR Saragih pun agaknya tak mampu menciptakan kroni secara khusus di daerah ini. Biar dari kalangan pejabat pemerintahan, pengusaha dan politisi. 

Kalau pun ada, barangkali cuma di tingkat elite nasional semata. Atau, di luar Simalungun belaka. Karena itu, agaknya sulit sekali bagi JR Saragih untuk meraih suara dalam pemilukada nanti, kalau dia memang bisa lolos menjadi Calon Bupati Simalungun.

Sekiranya dicermati dengan cerdas, hampir lima tahun ini tak ada seorang pun pejabat di Simalungun yang bertambah-tambah kekayaannya. Termasuk, pengusaha disini tak ada yang bertambah kaya (raya) Edi Harlem Saragih saja yang dikenal dekat dengan JR Saragih, sepertinya justru Senin - Kamis tak karu-karuan. 

Gideon Purba sendiri yang Sekda Simalungun, biasa-biasa saja. Konon pula Resman Saragih, Janwanner Saragih atau yang lain. Raja Sianipar, Johannes Gurning, Wilson Simanihuruk, Jhonny Saragih, Garinsen Saragih ? Apalagi.

Semua itu tidak akan mampu memberikan kontribusi yang jelas untuk perjuangan mempertahankan kekuasaan JR Saragih di Simalungun. Artinya, JR Saragih cuma akan berjuang sendiri dengan apa yang ada padanya. 

Paling-paling yang dapat dilakukannya cuma lewat pendekatan kekuasaan yang justru akan tanggal setelah 28 Oktober nanti. Setelah itu, kiamat. Semua pihak akan meninggalkan bahkan melupakannya. Seolah kelak, JR Saragih tak pernah ada di Simalungun.

Berbeda dengan Hulman Sitorus di Pemko Pematangsiantar yang memelihara bahkan merawat pejabat pemerintahannya, pengusaha dan politisinya, JR Saragih memang lemah sekali dalam soal ini. Jangankan menciptakan orang-orang hebat baik dari kalangan pejabat, pengusaha dan politisi, memelihara kalangan ini pun JR tak memiliki kemampuan. 

Paling-paling yang dapat dilakukannya hanya memelihara oknum-oknum pengusaha penerbitan pers saja. Itu pun dengan konsekwensi yang tinggi dan besar pula. Setiap tahun berjalan. Setiap tahun berjalan, seperti air mengalir. Akhirnya ya ke laut juga.

JR Saragih pun agaknya tak berkemampuan untuk memelihara PNS di jajaran Pemkab Simalungun, termasuk para Pangolu di setiap nagori juga para guru yang biasanya bisa dijadikan ujung tombak dalam pemilihan kepala daerah. 

Uang Insentif (Tunjangan Kesejahteraan) PNS di tahun terakhir pemerintahan JR Saragih justru dihentikan pembayarannya, belum dihitung keterlambatan untuk memberikan Rapple Kenaikan Gaji. 

Bahkan, terhitung Agustus 2015 menyusul dilakukannya rasionalisasi anggaran, Dana Operasional SKPD pun tak lagi dibayarkan. Sementara, beberapa bulan terakhir para Pangolu yang memimpin nagori di Simalungun tidak mendapatkan gaji (lagi) atau terlambat dibayarkan.

Itulah antara lain menurut saya, yang akan mengganjal JR Saragih untuk memenangkan pemilukada di Simalungun. Dengan catatan : sekiranya dia ditetapkan (juga) menjadi Calon Bupati Simalungun. (Siantar Estate, 18 Agustus 2015. Ramlo R Hutabarat)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments