Petani Cabei di Simalungun. IST |
BERITASIMALUNGUN.COM, Raya-Komoditi holtikultura cabai merah, masih menjadi salah satu komoditi
yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Cabai merah juga menjadi
komoditi yang menjadi primadona pasar yang tidak mengenal pasang surut
bagi kebutuhan masyarakat.
Hampir diseluruh Indonesia, para petani menanam cabai merah, karena
komoditi ini sangat dibutuhkan dalam konsumsi masyarakat Indonesia. Di
Sumatera Utara (Sumut) mayoritas kabupaten dan kota menanam cabai merah.
Kepala Sub Bagian Program Dinas Pertanian Sumatera Utara (Sumut)
Marino mengatakan, pada Juni tahun 2015 ini, produksi cabai merah
mengalami peningkatan dibanding Juni periode 2014 yang lalu.
“Hasil produksi cabai merah di Sumut, hingga Juni 2015 ini mengalami
kenaikan. Ya hampir diberbagai daerah naik produksi kita. Data yang kita
miliki, hasil produksi hingga Juni mencapai 103.452 Ton,” ujarnya.
Jika melihat hasil produksi pada periode Juni 2014 lalu, Sumut hanya
memproduksi cabai merah hanya mencapai 85.557 ton. Marino menjelaskan,
produksi bulan Juni saja mencapai 23.557 Ton dari panen 6.517 hektare.
Ia menjelaskan, daerah penghasil cabai merah terbanyak hingga Juni
diperoleh dari kabupaten Simalungun, Karo dan Batubara. “Terbanyak dari
Simalungun, hingga Juni mencapai 27.499 Ton, yang kedua Karo 25.045 Ton
dan Batubara mencapai 22.903 Ton,” ungkapnya.
Ketika dikonfirmasi terkait badai El Nino yang mengakibatkan
kekeringan disejumlah daerah, ia mengatakan Sumut juga terkena, namun
hanya kekeringan berskala sedang. Untuk komoditi cabai merah, ia
menyatakan tidak ada satu pun lahan petani yang terkena dampak.
“Untuk cabai merah tidak ada gangguan, lahan petani masih aman-aman
saja. Yang terkena dampak kekeringan ringan di lahan petani Sumut hanya
Padi Sawah, Kedelai, Jagung dan Padi Gogo,” katanya.
Gunakan Benih Tanpa Label
Sementara itu, di Desa Sarang Padang Kecamatan Dolok Silau para petani
bawang menggunakan benih bibit tanpa label. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan, dianggap sebagai tradisi turun temurun.Ia mengungkapkan,
mendapatkan benih pertama kali dari Tobasa.
Namun, permasalahannya karena di Tobasa menjual benih di pasaran
secara bebas, sehingga ditemukan benih yang tidak berlabel. Selain itu
juga tidak ada nama varietasnya serta tidak diketahui berapa umurnya.
Benih ini sudah diperoleh orang tuanya sejak membudidayakan tanaman
bawang merah ini.
“Meski begitu, daya tumbuhnya tetap tinggi, berkisar 80 – 90 persen,
dipastikan tumbuh. Hanya saja, kendalanya diusia tanam yang berkisar
antara 40 – 50 hari serta banyak tanaman yang sakit. Penyakitnya busuk
buah dan ini pasti terjadi setiap menanam bawang, serta sulit diatasi,”
keluhnya.
Akibatnya, lanjut dia, petani menjadi merugi. Sementara, harga beli
untuk benih cukup mahal, berkisar Rp 25.000 – Rp 40.000 per kg.
Hanya saja, kata mereka, sedikit demi sedikit, persoalan ini bisa
teratasi sejak BPTP Sumut datang ke Sarang Padang dan menerapkan demplot
bawang merah dengan varietas maja. BPTP Sumut bahkan menerapkan cara
tanam yang baik dan cara tersebut sedikit berbeda dengan cara tanam
petani selama ini. Yakni, membuat ukuran bedengan seluas 120 meter untuk
lahan percobaan seluas 1.000 meter. Sedangkan jarak tanamnya bervariasi
antara 15 x 15 centimeter (cm) dan ada 20 x 20 cm.
“Kita diajarkan menggunakan tongkat untuk melubanginya dan kemudian
lubangnya diberikan pupuk kimia sebanyak 120 kg per 1.000 meter. Ini
sangat berbeda dengan cara kita dahulu,” bebernya.
Sebelum ditanam, diberi pupuk kandang terlebih dahulu yang dicampur
dengan bokasi dan ditaburkan ke bedengan setengah jadi dan didiamkan
selama 3 – 4 hari. Lalu diberi pupuk kimia berjenis pupuk subsidi,
kemudian ditutup terlebih dahulu dengan tanah yang ditaburkan sedikit
demi sedikit kemudian didiamkan kembali selama 3 hari. Setelah itu,
media tanam pun siap untuk ditanami.
Di Kecamatan Dolok Silau kata dia, saat ini telah mampu memproduksi
bawang merah dengan jumlah besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Total panen keseluruhan petani sebesar 100 ton per sekali panen.
Padahal, sebelumnya tidak pernah mencapai sebanyak itu. Satu petani saja
bisa mencapai 1 – 2 ton per panen sudah dianggap luar biasa. (MSN)
0 Comments