PEDAGANG LESU |
BERITASIMALUNGUN.COM, Jakarta-Pemerintah harus tegas
mengenai nilai tukar Rupiah yang terus sempoyongan terhadap dolar Amerika
Serikat. Anggota DPR Ghazali Abas Adan menuturkan, pemerintah juga jangan terus
berlindung dengan terus menyebutkan bahwa nilai tukar Rupiah yang terus melemah
karena faktor eksternal.
“Masalah rupiah kita yang sempoyongan ini pemerintah harus
punya sikap, jangan berdalih terus karena faktor luar, policy kita harus tegas
agar rupiah kita tetap kuat,” kata Ghazali saat acara Forum Senator Untuk
Rakyat di Restoran Nyonya Dua Cikini, Jakarta, Minggu (27/9).
Menurut Ghazali, banyak pekerjaan rumah pemerintah dalam
memperbaiki perekonomian Indonesia, tidak hanya soal nilai tukar Rupiah terhadap
dolar, pemerintah juga harus memperbaiki kondisi perekonomian setelah menerapkan
kebijakan yang anti masyarakat seperti menaikan harga BBM. “Karena memang ada
pernyataan dengan naiknya BBM, inflasi, dan nilai tukar Rupiah itu menyebabkan
banyak masalah,” tambahnya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Ghazali Abas,
Adan mengatakan banyak pekerjaan rumah yang harus dikejar oleh pemerintah saat
ini dalam memperbaiki perekonomian Indonesia.
Bukan hanya masalah rupiah, melainkan juga harus memperbaiki kondisi perekonomian setelah menerapkan kebijakan yang dinilai anti masyarakat seperti menaikan harga BBM.
“Masalah rupiah kita yang sempoyongan ini pemerintah harus punya
sikap, jangan berdalih terus karena faktor luar, kebijakan kita harus tegas
agar rupiah kita tetap kuat,” ujarnya .
Dia menegaskan, pemerintah seharusnya terus melakukan
upaya dalam bentuk pembenahan dalam negeri untuk dapat menolong perekonomian
nasional. Dia mendesak pembangunan untuk mengentas kemiskinan dapat dimulai
dari pembangunan desa, yang selama ini dinilai masih kurang pertumbuhan
ekonominya. “Karena kalau desa makmur, maka Indonesia akan makmur,” ucapnya.
Menurut Ghazali, peran pemerintah hanya sebagai
jembatan penghubung perekonomian desa dengan pusat. Pemerintah desa dinilai
mempunyai peran untuk meningkatkan perekonomian di pedesaan.
Pemerintah desa perlu mendukung pertanian, sebab, belakangan ini, harga komoditas terus mengalami tren penurunan. Seperti sawit hingga sumber daya mineral dan batubara (minerba).
Dia juga meminta pemerintah daerah jangan mempersulit warga
desa mendapatkan kartu sehat, dan kartu pintar, serta meningkatkan akses
perumahan. “Artinya ketika ada kebun juga tidak efektif meningkatkan
kesejahteraan, infrastruktur yang baik untuk masyarakat, tidak sekedar pemanis
saja,” lanjut Ghazali.
RI Krisis
Indonesia dinilai telah memasuki masa krisis. Hal ini mengacu pada faktor semakin anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp14.700 per USD.
Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi tahap I, namun kenyataannya masih belum membaiknya kondisi perekonomian dalam negeri.
Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Beni
Pramula menjelaskan, selain anjloknya Rupiah, ada beberapa indikasi yang menunjukkan
bahwa negara Indonesia sedang mengalami krisis moneter.
Hal itu terlihat dari
defisit neraca pembayaran yang besar karena inflasi yang tidak terkontrol,
hutang luar negeri yang semakin melambung, suku bunga tinggi dan kurs mata uang
tidak seimbang. “Tren pelemahan nilai tukar Rupiah dan saham merupakan respons
pasar setelah mencermati kepemimpinan Jokowi-JK,” kata Beni, Minggu (27/9).
Lebih lanjut, Beni menuturkan penyebab terjadinya krisis
ekonomi tersebut karena kegagalan negara dalam merumuskan kebijakan ekonomi
yang berdampak langsung ke masyarakat.
“Ini merupakan kegagalan negara dalam
merumuskan kebijakan ekonomi makro yang tercermin dari kombinasi nilai tukar
yang kaku. Dengan demikian berarti ada regulasi fiskal yang bocor, inflasi yang
merupakan hasil dari apresiasi nilai tukar efektif riil, defisit neraca
pembayaran dan pelarian modal yang lengah dari perhatian pemerintah,”
tuturnya. (OZ)
0 Comments