Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Pertanian Bawang Merah Masih Pilot Project di Haranggaol



Petani Bawang Merah di Haranggaol.

BERITASIMALUNGUN.com, Haranggaol-Tidak hanya Rikson Saragih, petani ikan KJA lainnya di Kelurahan Haranggaol seperti Herton Nababan juga mengakui, KJA yang dikelola masyarakat jauh lebih banyak dibanding yang dikelola perusahaan perikanan.

Meski saat ini, jumlah KJA yang ada di Haranggaol mulai berkurang. Itu karena, KJA menurut Nababan mulai tidak lagi menjanjikan. "Yang bertahan saat ini adalah pemodal-pemodal besar. Itupun, ada juga yang sudah menutup KJA nya," kata Nababan.

Herton sendiri mengaku sudah menutup KJA nya yang tadinya ada sekitar 20 petak. Maraknya pencurian dengan doton (alat tangkap ikan lepas atau perangkap ikan) yang dimasukkan ke dalam KJA membuat petani banyak yang gulung tikar alias bangkrut. Itu juga kata dia, diperparah dengan adanya penyakit ikan yang kerap menghantui petani KJA.

Begitupun, lanjut Nababan, KJA sangat berperan besar dalam meningkatkan ekonomi masyarakat Haranggaol baik yang mempunyai KJA maupun yang tidak. Banyak tenaga kerja masyarakat sekitar yang diberdayakan.

Hal itu juga diakui Sahat Sinaga, petani KJA yang memiliki 22 petak KJA. "KJA andalan masyarakat Haranggaol saat ini. Pertanian tidak lagi bisa diandalkan. Begitu juga dengan pariwisata," kata Sahat.

Disituasi seperti ini tambah Nababan, pemerintah dan elemen masyarakat jangan ngotot untuk meminta KJA ditutup. "Khusus di Haranggaol, pencarian utamanya dari KJA ini," tegas Nababan dan Sahat Sinaga.

Sejauh ini kata Nababan, perananan pemerintah dalam pembinaan terhadap petani KJA sangat minim. Seperti pengadaan benih ikan nila berkualitas tidak pernah disediakan. Petani mencari sendiri sumber benih ikan nila yang akan dikembangkannya. Sementara, TPI (tempat pelelangan ikan) dibangun dengan biaya miliaran rupiah tetapi tidak berfungsi secara maksimal.

Bahkan, ada statemen pemerintah daerah yang menginginkan KJA ditutup. Kalaupun harus tetap ada jumlahnya dibatasi hanya dibolehkan empat petak saja per KK. "Itu sama saja dengan menyiksa masyarakat KJA. Dari mana lagi masyarakat memperoleh pendapatan kalau hanya empat petak yang diizinkan. Sementara pertanian tidak bisa lagi diandalkan," kata Nababan.

Memang kata dia, saat ini pertanian terutama komoditas bawang merah mulai dikembangkan lagi. Pemerintah mulai menyosialisasikan pengembangan bawang merah berikut teknologinya.

"Namun, apakah itu sudah bisa andalkan untuk menutupi kebutuhan hidup masyarakat sekitar dengan kepemilikan lahan yang sangat minim," kata Nababan.
Menurut Rikson Saragih, pengembangan bawang merah di Haranggaol mulai dikembangkan kembali akhir tahun 2013 dalam skala kecil dan tahap coba-coba.

Kemudian, pertengahan tahun 2014 datang pihak Bank Indonesia (BI) Cabang Siantar bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumut melakukan pilot project pengembangan bawang merah seluas lima rante yang dikembangkan KT Wanita Andalan.

Saat itu, ada empat varietas yang dikembangkan yakni varietas maja, bima dan tiron yang berasal dari Jawa serta varietas lokal. Dari demplot yang dibuat itu, ternyata varietas maja jauh lebih unggul dari segi produktivitas dibanding tiga varietas lainnya.

"Sampai saat ini ada tujuh kelompok tani yang difasilitasi BI Cabang Siantar bersama BPTP Sumut di Haranggaol ini termasuk KT Sapanria," jelas Rikson.

Hasil panen saat ini yang mereka peroleh ternyata jauh lebih tinggi dibanding produktivitas petani bawang di Jawa. "Produktivitas yang kami hasilkan mencapai 22 ton per hektare sementara di Jawa hanya berkisar 18 ton per hektare," jelasnya.

Terhadap harga jual bawang merah, saat ini menurut mereka berkisar Rp 12.000 - Rp 15.000 per kg. "Kami sangat berharap BI dan pemerintah bisa mengatur harga jual bawang merah di tingkat petani paling rendah berkisar Rp 10.000 per kg.

Sebab, biaya produksi petani saja berkisar Rp 7.000 per kg. Kalau itu bisa diatur saya yakin petani tidak akan kecewa dan akan mengembangkan bawang merah ini," kata Hendry Purba, anggota KT Sapanria dan diamni petani bawang lainnya. (Junita Sianturi)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments