SYUKURAN WISUDA DOKTOR MARTINA GIRSANG.IST |
Dayok na binatur dan ulos dari Boto-boto yang sangat mengasihinya!. "Lambin taratur janah lambin semangat ya boto". |
BERITASIMALUNGUN.COM-Tanggal 23 Nopember sore hingga malam hari!. Suasana Acara Restoran Kananga di
Jalan Jamin Ginting, pinggiran selatan kota Medan penuh haru serta
menginspirasi sekitar seratusan undangan.
Didukung cuaca yang
cerah, menambah suka cita semua menyambut syukuran wisuda doktor Martina
Sari Girsang, putri pasangan alamarhum Ruslan Girsang dan inang Lehu br
Ginting dari Saribudolok!
Martina Sari br Girsang, adalah janda
Dr Ir Binnen Sumbayak, mantan dosen di Fakultas Pertanian Universitas
HKBP Nommensen, yang meninggal pada usia yang masih relatif muda pada
2004 lalu.
Binnen meninggalkan Martina dengan tiga putra putrinya yang masih duduk di SMA dan si bungsu masih berusia 5 setengah tahun.
Sebelas tahun kemudian setelah peristiwa memilukan itu!. Kemaren, Martina menggelar syukuran sederhana tapi hikmad, atas
wisudanya yang berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Sumatera
Utara (USU) di pagi harinya.
"Aku hanya berserah kepada
Tuhan. Bersama Tuhan tidak pernah kenal jalan buntu" ungkapnya, dalam
sambutannya, sambil menundukkan wajahnya.
Dosen Universitas
Methodis dan beberapa Universitas swasta di Medan ini tidak menyerah
dengan keadaan, tidak mencari jalan pintas.
Perjuangannya selama sebelas tahun membuahkan hasil gemilang!.
Dalam kesendiriannya sebagai ibu rumah tangga, sekaligus kepala
keluarga, dia berjuang demi anak-anaknya, demi seorang perempuan yang
harus pintar dan cerdas.
Dia berhasil menghantarkan ketiga
anaknya sukses di perkuliahan dan sekolahnya, serta juga meraih gelar
doktor Linguistik dari USU Medan, dan diwisuda Senin pagi, 23 Nopember
2015.
Putra tertuanya, Bima, lulus dari Fakultas Psikologi USU,
Medan kini sudah bekerja di PT Inalum, Ivan yang nomor dua lulus sarjana
komunikasi, serta si bontot Krisa di kelas akhir SMA Sutomo Medan.
"Ketika saya ingin melanjutkan pendidikan doktor lima tahun lalu,
anak-anak saya tidak setuju, karena memikirkan soal keuangan dan waktuku
yang selama inipun sudah tersita di berbagai kegiatan," ujar wanita
yang tahun ini menginjak usia 55 tahun. Meraih gelar doktor dilaluinya penuh liku dan tantangan.
"Ketika saya berangkat ke Belanda untuk tugas penelitian doktor, saya
tidak punya uang. Beasiswa dari Dikti belum turun, tetapi saya sudah
harus berangkat. Saya meminta agar didahulukan mendapat .arisan
keluarga," katanya, sambil memandang berkeliling ke arah keluarga yang
hadir.
Uang itulah, menurut wanita yang kehilangan ayah
empat tahun lalu itu, dibagi-baginya untuk keperluan penelitian dan
untuk biaya anak-anaknya selama penelitian di sana selama tiga bulan. "Kebetulan anak saya Bima, sedang mempersiapkan skripsinya," ujarnya tak mampu menahan air matanya.
Seluruh undangan terhenyak diam, menanti kisahnya selanjutnya.
"Ternyata ketika kita dalam kesulitan, banyak orang yang baik. Induk
semangku di Belanda cukup baik, keluargaku baik, teman-temanku baik.
Hingga semua masalah bisa kulalui dengan rasa syukur dan hasilnya adalah
hari ini," kata wanita yang malam itu melantunkan sendiri lagu
ciptaannya: "I am Nothing without You".
Martina mengisahkan,
menjadi seorang istri yang ditinggal suami dalam usia yang relatif masih
muda, banyak tantangan dan godaan. "Saya membentengi diri dengan aktif
di gereja. Itulah yang membentengi diri saya selama ini," ujar wanita
yang ditinggal suaminya sebelas tahun lalu itu.
"Untuk
menghidupi keluarga, saya harus mengajar sampai tujuh universitas swasta
di Medan. Demi buah hatiku, demi anak-anak yang ditinggalkan suamiku
yang masih kecil-kecil," ujar anak ke tiga dari sembilan bersaudara itu. Suaranya mulai serak. Martina berhenti sebentar berbicara, menahan rasa harunya.
Lulusan SMP Negeri Saribudolok, 1975 itu selama ini dikenal sebagai
aktivitas gereja, dan menjadi Sintua di GKPS Padang Bulan Medan,
pencipta lagu, dosen di berbagai Universitas Swasta di Medan.
Acara yang digelar sederhana itu diawali dengan kebaktian dengan khotbah yang disampaikan Pdt Dr Jaharianson Saragih , MSc, PhD, mantan Ephorus GKPS.
Khotbahnya yang diambil dari Filipi 3:13 bertema: "Jangan melihat apa
yang di belakangmu, dan pandanglah ke depan" menguatkan para undangan
makna perjalanan hidup Martina.
Memandang ke depan membuat kita
semakin cerah berfikirnya, jauh dari kebuntuan. Mersepons segala situasi
dengan "jalan keluar" yang membawa suka cita, bukan menyesali,
manangisi atau marah!.
Aktivitas Martina di gereja mewarnai
acara dengan banyaknya warga GKPS Padang Bulan yang hadir dan mengisi
acara syukuran yang sangat menginspirasi itu.
Ibunya Martina,
Lehu br Ginting, yang sudah lanjut usia, harus dibantu dengan tongkatnya
untuk berdiri, begitu bersemangat!. "Malas tumang uhurhu, boi gabe
doktor borungku," katanya.
Keluarga Besar Martina, serta
Keluarga Besar Girsang Kota Medan, jemaat GKPS Padang Bulan,
rekan-rekannya dari Universitas Methodis turut bersuka cita atas
prestasi seorang br Girsang meraih gelar doktor.
"Kami turut
bersuka cita atas bertambahnya doktor di jemaat kami,"ujar St Alponi
Sijabat, Vorhanger GKPS Padang Bulan dalam sambutannya.
Selamat buat botoku St Dr Martina Sari Girsang.MHum, atas inspirasi yang kau berikan kepada kami. Semoga ilmu yang diperole h memberi kontribusi bagi nusa dan bangsa.
Selamat berjuang!.
"Perempuan tidak perlu bercita-cita jadi orang kaya. Pintar dan Cerdas, lebih baik bagi perempuan," (Shinta Miranda). (St Jannerson Girsang).
Martina menari bersama kakak-kakak dan edanya! Diiringi M3 kelompok janda yang penuh semangat. |
Pdt Dr Jaharianson Saragih, MSc, PhD. "Jangan Lihat ke belakang" |
Kelurga besar Girsang dalam suka cita! |
0 Comments