Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Perempuan Simalungun Yang Menginspirasi (SYUKURAN WISUDA DOKTOR MARTINA GIRSANG: "Perempuan Harus Pintar dan Cerdas")


Didukung cuaca yang cerah, menambah suka cita semua menyambut syukuran wisuda doktor Martina Sari Girsang, putri pasangan alamarhum Ruslan Girsang dan inang Lehu br Ginting dari Saribudolok!

Martina Sari br Girsang, adalah janda Dr Ir Binnen Sumbayak, mantan dosen di Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen, yang meninggal pada usia yang masih relatif muda pada 2004 lalu.

Binnen meninggalkan Martina dengan tiga putra putrinya yang masih duduk di SMA dan si bungsu masih berusia 5 setengah tahun.

Sebelas tahun kemudian setelah peristiwa memilukan itu!. Kemaren, Martina menggelar syukuran sederhana tapi hikmad, atas wisudanya yang berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Sumatera Utara (USU) di pagi harinya.

"Aku hanya berserah kepada Tuhan. Bersama Tuhan tidak pernah kenal jalan buntu" ungkapnya, dalam sambutannya, sambil menundukkan wajahnya.

Dosen Universitas Methodis dan beberapa Universitas swasta di Medan ini tidak menyerah dengan keadaan, tidak mencari jalan pintas. 

Perjuangannya selama sebelas tahun membuahkan hasil gemilang!.
Dalam kesendiriannya sebagai ibu rumah tangga, sekaligus kepala keluarga, dia berjuang demi anak-anaknya, demi seorang perempuan yang harus pintar dan cerdas.

Dia berhasil menghantarkan ketiga anaknya sukses di perkuliahan dan sekolahnya, serta juga meraih gelar doktor Linguistik dari USU Medan, dan diwisuda Senin pagi, 23 Nopember 2015.

Putra tertuanya, Bima, lulus dari Fakultas Psikologi USU, Medan kini sudah bekerja di PT Inalum, Ivan yang nomor dua lulus sarjana komunikasi, serta si bontot Krisa di kelas akhir SMA Sutomo Medan.

"Ketika saya ingin melanjutkan pendidikan doktor lima tahun lalu, anak-anak saya tidak setuju, karena memikirkan soal keuangan dan waktuku yang selama inipun sudah tersita di berbagai kegiatan," ujar wanita yang tahun ini menginjak usia 55 tahun. Meraih gelar doktor dilaluinya penuh liku dan tantangan.

"Ketika saya berangkat ke Belanda untuk tugas penelitian doktor, saya tidak punya uang. Beasiswa dari Dikti belum turun, tetapi saya sudah harus berangkat. Saya meminta agar didahulukan mendapat .arisan keluarga," katanya, sambil memandang berkeliling ke arah keluarga yang hadir. 

Uang itulah, menurut wanita yang kehilangan ayah empat tahun lalu itu, dibagi-baginya untuk keperluan penelitian dan untuk biaya anak-anaknya selama penelitian di sana selama tiga bulan. "Kebetulan anak saya Bima, sedang mempersiapkan skripsinya," ujarnya tak mampu menahan air matanya.

Seluruh undangan terhenyak diam, menanti kisahnya selanjutnya.
"Ternyata ketika kita dalam kesulitan, banyak orang yang baik. Induk semangku di Belanda cukup baik, keluargaku baik, teman-temanku baik. Hingga semua masalah bisa kulalui dengan rasa syukur dan hasilnya adalah hari ini," kata wanita yang malam itu melantunkan sendiri lagu ciptaannya: "I am Nothing without You".

Martina mengisahkan, menjadi seorang istri yang ditinggal suami dalam usia yang relatif masih muda, banyak tantangan dan godaan. "Saya membentengi diri dengan aktif di gereja. Itulah yang membentengi diri saya selama ini," ujar wanita yang ditinggal suaminya sebelas tahun lalu itu.

"Untuk menghidupi keluarga, saya harus mengajar sampai tujuh universitas swasta di Medan. Demi buah hatiku, demi anak-anak yang ditinggalkan suamiku yang masih kecil-kecil," ujar anak ke tiga dari sembilan bersaudara itu. Suaranya mulai serak. Martina berhenti sebentar berbicara, menahan rasa harunya.

Lulusan SMP Negeri Saribudolok, 1975 itu selama ini dikenal sebagai aktivitas gereja, dan menjadi Sintua di GKPS Padang Bulan Medan, pencipta lagu, dosen di berbagai Universitas Swasta di Medan.

Acara yang digelar sederhana itu diawali dengan kebaktian dengan khotbah yang disampaikan Pdt Dr Jaharianson Saragih , MSc, PhD, mantan Ephorus GKPS.

Khotbahnya yang diambil dari Filipi 3:13 bertema: "Jangan melihat apa yang di belakangmu, dan pandanglah ke depan" menguatkan para undangan makna perjalanan hidup Martina.

Memandang ke depan membuat kita semakin cerah berfikirnya, jauh dari kebuntuan. Mersepons segala situasi dengan "jalan keluar" yang membawa suka cita, bukan menyesali, manangisi atau marah!.

Aktivitas Martina di gereja mewarnai acara dengan banyaknya warga GKPS Padang Bulan yang hadir dan mengisi acara syukuran yang sangat menginspirasi itu.

Ibunya Martina, Lehu br Ginting, yang sudah lanjut usia, harus dibantu dengan tongkatnya untuk berdiri, begitu bersemangat!. "Malas tumang uhurhu, boi gabe doktor borungku," katanya.

Keluarga Besar Martina, serta Keluarga Besar Girsang Kota Medan, jemaat GKPS Padang Bulan, rekan-rekannya dari Universitas Methodis turut bersuka cita atas prestasi seorang br Girsang meraih gelar doktor.

"Kami turut bersuka cita atas bertambahnya doktor di jemaat kami,"ujar St Alponi Sijabat, Vorhanger GKPS Padang Bulan dalam sambutannya. 

Selamat buat botoku St Dr Martina Sari Girsang.MHum, atas inspirasi yang kau berikan kepada kami. Semoga ilmu yang diperole h memberi kontribusi bagi nusa dan bangsa.
Selamat berjuang!.

"Perempuan tidak perlu bercita-cita jadi orang kaya. Pintar dan Cerdas, lebih baik bagi perempuan," (Shinta Miranda). (St Jannerson Girsang).
Martina menari bersama kakak-kakak dan edanya! Diiringi M3 kelompok janda yang penuh semangat.
Pdt Dr Jaharianson Saragih, MSc, PhD. "Jangan Lihat ke belakang"
Kelurga besar Girsang dalam suka cita!

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments