ILUSTRASI BUAH MANGGA DANAU TOBA.FOTO ASENK LEE SARAGIH |
BERITASIMALUNGUN.COM-Ketika kita melecehkan, menganggap rendah seseorang, sebenarnya kita sedang masuk menjadi orang yang merasa terlecehkan.
Ibarat kata pepatah:"Siapa yang menggali lubang di asendiri akan
terperosok ke dalamnya". Siapa yang melecehkan akan terlecehkan juga!
Ketika kita melecehkan orang, artinya kita underestimate tentang orang
itu. Pelecehan terjadi karena kita hanya melihat kelemahan, kemiskinan,
kekurangan orang itu, tanpa mengenal lebih dalam tentang kelebihannya.
Kita tidak mengenal dia secara utuh!
Manusia ibarat benih yang tumbuh di berbagai tempat. Ada yang tumbuh di
atas batu, di pinggir jalan, di semak belukar, atau di lahan yang
subur.
Artinya suatu ketika, orang yang kita lecehkan itu bisa
mendapat tempat yang layak atas kelebihannya. Bisa terjadi orang yang
kita lecehkan itu akhirnya jauh lebih hebat dari kita.
Sekali
kita melecehkan orang, maka seumur hidup, kita akan berdoa supaya orang
itu tetap seperti yang kita gambarkan. Kita tidak ingin orang tersebut
lebih maju dari apa yang kita gambarkan saat melecehkan mereka.
Padahal, hidup adalah sebuah rangkaian proses permulaan, bukan akhir. Apa yang dicapai manusia sekarang baru sebuah permulaan.
Apa yang kita lihat pada diri orang lain sehingga kita sampai hati
melecehkan mereka, adalah kita menilai hidup seseorang itu sedang dalam
proses perjalanan akhir.
Kenallah lebih dalam tentang
seseorang, maka kita tidak akan sampai hati melecehkan siapapun, kita
akan melihat "malaikat" di wajah mereka, bukan "setan" yang sedang dalam
proses perjalanan akhir.
Semua orang punya kelebihan, dan
ketika itu muncul, berada di lingkungan yang tepat, mendapat berkat dari
Tuhan, dia akan jauh lebih hebat dari kita.
Kita akan menderita
seumur hidup ketika orang yang kita lecehkan mendapat berkat!; Apalagi
tidak mau bertobat, maka cenderung mencari kelemahan agar terus bisa
dilecehkan, lupa bahwa seharusnya kita yang sepantasnya "merasa malu".
Melecehkan buahnya akan merasa terlecehkan, dan bisa menjadi "senang melihat orang susah, susah melihat orang senang".
Tentu butuh latihan, latihan, latihan, latihan, latihan, latihan, dan
latihan terus menerus belajar mengenal, belajar mengenal, belajar
mengenal, belajar mengenal kelebihan orang-orang di sekitar kita. (St Jannerson Girsang)
0 Comments