
Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia, mengemukakan
kalimat di atas saat menerima kehadiran Panitia Pusat Hari Pers Nasional
(HPN) pada medio 2013. Mantan Sekretaris Jenderal PWI Pusat itu
termasuk salah seorang tokoh pers yang banyak mencurahkan perhatiannya
untuk pers nasional, terutama dalam pengembangan pendidikan wartawan dan
manajemen pers.
Pak Jakob, demikian sapaan akrabnya, juga
termasuk yang senantiasa menekankan pesan pentingnya pers nasional dalam
situasi dan kondisi apapun harus mengutamakan kepentingan rakyat.
"Kemerdekaan
pers jangan hanya mengutamakan freedom from, tetapi juga harus
diimbangi freedom for, yaitu kemerdekaan pers untuk rakyat. Membela
kepentingan rakyat sudah jadi naluri dan nurani wartawan di mana-mana,
juga untuk PWI tentunya," demikian salah satu pesannya.
Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985 tentang Hari Pers Nasional (HPN)
mencatat pertimbangan a) bahwa pers nasional Indonesia mempunyai sejarah
perjuangan dan peranan yang penting dalam melaksanakan pembangunan
sebagai pengamalan Pancasila; b) bahwa tanggal 9 Februari merupakan
peristiwa bersejarah bagi kehidupan pers nasional Indonesia karena pada
tanggal tersebut tahun 1946 terbentuklah organisasi Persatuan Wartawan
Indonesia yang merupakan pendukung dan kekuatan pers nasional; c) bahwa
dalam rangka terus mengembangkan kehidupan pers nasional Indonesia
sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila,
maka perlu menetapkan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional.
Sejarah
negeri ini mencatat banyak tokoh perjuangan nasional juga merintis pers
dalam menyuarakan sikap kejuangannya. Namun, wartawan dan organisasi
profesinya baru sepakat meleburkan diri menjadi satu wadah perjuangan
pers nasional melalui Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dalam kongres
di Solo/Surakarta, Jawa Tengah, pada 9 Februari 1946. Hal ini terekam
fakta sejarahnya di Museum Pers Nasional di Solo. Di kota ini pula
terdapat Cabang Khusus PWI.
Salah seorang tokoh dan saksi sejarah
terbentuknya PWI, H. Rosihan Anwar (1922-2011), usai menerima Anugerah
Spirit Jurnalisme di acara puncak HPN 9 Februari 2010 di Palembang,
Sumatra Selatan (Sumsel), menyampaikan kesaksiannya.
"PWI
terbentuk atas kesadaran rasional para wartawan seluruh Indonesia bahwa
perjuangan membela tegaknya Republik Indonesia harus didasari rasa
bersatu, termasuk profesi wartawan. PWI adalah Sumpah Pemudanya wartawan
Indonesia. Wartawan yang sadar untuk berjuang demi Indonesia harus
bersatu," ujarnya.
Bahkan, Pak Ros, demikian sapaan akrabnya,
menegaskan, "Apa pun dan bagaimanapun perjalanan sejarah negeri ini di
kemudian hari, saya tidak pernah ada niat atau pikiran keluar dari
perjuangan PWI. Hari Pers Nasional, fakta sejarahnya. Lepas dari PWI dan
HPN buat saya sama saja berselingkuh dengan sejarah. Apalagi, saya ada
dalam bagian sejarah ini."
Pak Ros pernah menjadi Ketua Umum PWI
Pusat periode 1968-1974 didampingi Jakob Oetama selaku sekretaris
jenderal. BM Diah (1917-1996) dalam periode yang sama juga menjadi Ketua
Umum PWI Pusat. Sejarah mencatat PWI periode tersebut memiliki
kepengurusan ganda.
"Inilah PWI, yang anggotanya bebas berdebat
bahkan bertikai keras membela independensi dan ideologinya, tetapi tetap
dalam satu wadah bersama. PWI terbukti bisa menyelesaikan masalahnya
karena sadar perjuangan profesi wartawan juga harus profesional. Tidak
boleh stagnan, mati ide," ujar Pak Ros.
Pak Ros, wartawan
multitalenta yang juga sastrawan, tokoh perfilman nasional, dan pendiri
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) tersebut juga menegaskan, "Saya
dan BM Diah secara pribadi tetap baik. Keluarga kami juga bersahabat.
Memang urusan prinsip masing-masing bisa berbeda keras. Saya dan BM Diah
dalam perbedaan pendapat di PWI, punya satu garis tegas yang sama,
yaitu PWI tidak boleh bubar. PWI harus besar dan rasional untuk
kepentingan Indonesia. Indonesia adalah nama dan pilihan terakhir semua
anggota PWI."
Komunitas Hari Pers Nasional (HPN) kini melibatkan
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Dewan Pers, Serikat Perusahaan perS
(SPS), Serikat Grafika Pers (SGP), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia
(IJTI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI),
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Asosiasi Televisi
Swasta Indonesia (ATVSI), dan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI).
Ketua
Umum PWI Pusat periode 2008-2013, H. Margiono, selaku Penanggung jawab
HPN menyerap aspirasi para pemangku kepentingan dengan menetapkan tema
sentral Hari Pers Nasional (HPN) sejak 9 Februari 2009 hingga 2013
adalah "Kemerdekaan Pers dari dan untuk Rakyat", sedangkan tema
ikutannya disesuaikan dengan perkembangan setiap tahun.
Margiono,
yang terpilih menjadi Ketua Umum PWI Pusat hasil Kongres PWI di Banda
Aceh pada 29 Juli 2008, menyatakan bahwa sejarah organisasinya tidak
terlepas dari semangat menjaga solidaritas insan pers nasional yang
merdeka untuk kepentingan rakyat Indonesia.
"Solidaritas ini
bukan hanya bagi anggota PWI, melainkan harus pula berlangsung bagi
semua wartawan Indonesia. Bahkan, kami senantiasa menjalin solidaritas
dengan wartawan internasional melalui kerja sama antarorganisasi pers,"
ujar salah seorang Direktur Jawa Pos National Network (JPNN) itu.
HPN
setiap tahun diadakan di lokasi berbeda, yang keputusannya disahkan
dalam rapat pleno komunitas pers nasional. Sejumlah pertimbangan menjadi
hal utama untuk menetapkan provinsi yang ibu kotanya akan menjadi tuan
rumah HPN. Komunitas HPN sepakat bahwa tuan rumah kegiatan acara puncak
yang dihadiri oleh Presiden tidak harus di kota dan provinsi yang sudah
maju.
"Bahkan, tuan rumah HPN kalau perlu bukanlah kota dan
provinsi sejahtera. Tugas pers, kitalah, yang membantu mereka bisa jauh
lebih maju," kata Margiono dalam rapat pleno komunitas pers nasional
pada medio Agustus 2010, menjelang terpilihnya Kupang, Nusa Tenggara
Timur (NTT), sebagai tuan rumah HPN 9 Februari 2011.
Dihitung sejak terpilihnya H.Margiono sebagai Ketua Umum PWI Pusat, maka inilah perjalanan Hari Pers Nasional pada periodenya.
HPN 2009 di Jakarta
Penyelenggaraan
HPN 2009 berlangsung di Jakarta bersamaan dengan tahun politik
nasional, yakni pemilihan umum legislatif dan pemilihan Presiden RI
periode 2009-2014. Komunitas pers nasional memilih wartawan senior Marah
Sakti Siregar (Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, salah satu pimpinan
di Cek & Ricek) menjadi ketua panitia pelaksana.
HPN 2009 membangkitkan sejumlah tradisi baru, antara lain:
1.
Anugerah Jurnalistik Pembangunan Adinegoro diadakan kembali, dan
terbuka bagi seluruh wartawan warga negara Indonesia. Dua kategori utama
diperebutkan, yakni karya jurnalistik investigasi, dan karya
jurnalistik foto.
2. Anugerah Medali Emas Kemerdekaan Pers
diberikan kepada individu, dan instansi yang dinilai komunitas pers
nasional membela kemerdekaan pers untuk kepentingan rakyat. Panitia
Pusat HPN bekerja sama dengan Dewan Pers mencari calon peraih anugerah
ini:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Anugerah Medali
Emas Kemerdekaan Pers 2009 karena dinilai sebagai pribadi dan pejabat
publik yang mengutamakan hak jawab dalam menyelesaikan kasus sengketa
dengan pers.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerima Anugerah
Medali Emas Kemerdekaan Pers 2009 karena dinilai sebagai
instansi/lembaga negara yang lebih mengutamakan hak jawab dan mediasi
Dewan Pers dalam menyelesaikan perkara sengketa pemberitaan dengan pers.
3.
Anugerah Medali Emas Spirit Jurnalisme diberikan kepada insan pers yang
memberikan semangat kejuangan profesional yang patut menjadi inspirasi
dan merupakan aspirasi tidak mengenal lelah dalam mengutamakan kemajuan
pers. Dahlan Iskan, wartawan dan pendiri Jawa Pos National Network
(JPNN), mendapat anugerah ini karena tetap berkarya jurnalistik saat
menjalani operasi transplantasi hati akibat penyakit kanker akut yang
dideritanya.
4. Acara puncak HPN 2009 yang berlangsung di Tennis in Door, Senayan, Jakarta, juga dimeriahkan tayangan Empat Mata dipandu Tukul Arwana (Riyanto) secara langsung tayang (live) hasil kerja sama dengan Trans Corp.
HPN 2010 di Palembang
Penyelenggaraan
HPN 2010 berlangsung di Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), dan
komunitas pers nasional memilih wartawan senior Atal Depari (Ketua
Bidang Daerah PWI Pusat) menjadi ketua panitia pelaksana. Palembang, ibu
kota provinsi Sumatra Selatan, dipilih menjadi tuan rumah HPN 2010
untuk mendukung promosi wisata dan pendidikan, serta pembangunan
ekonomi.
HPN Palembang mencatat sejumlah tradisi baru selain melanjutkan kegiatan sebelumnya, antara lain:
1.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan sekaligus memberikan
kuliah perdana untuk Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) yang diprakarsai
PWI bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Nasional dan Organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan (UNESCO).
2. Press Card Number One (PCNO) atau Kartu
Pers Nomor Satu diberikan kepada insan pers nasional yang antara lain
kiprahnya diakui secara nasional maupun internasional. Panitia Pusat HPN
membentuk panitia khusus untuk penentuan kriteria dan nama-nama
penerima PCNO. Dalam perkembangannya PCNO memiliki komunitas yang aktif
dalam serangkaian diskusi mengenai masalah aktual. Sebanyak 83 tokoh
menerima PCNO 2010.
3. Anugerah Jurnalistik Pembangunan Adinegoro
diadakan kembali, dan terbuka bagi seluruh wartawan warga negara
Indonesia dengan cakupan kategori karya jurnalistik investigasi untuk
media cetak, radio maupun televisi, dan karya jurnalistik foto.
4.
Anugerah Medali Emas Kemerdekaan Pers diberikan kepada individu dan
instansi yang dinilai komunitas pers nasional membela kemerdekaan pers
untuk kepentingan rakyat. Panitia Pusat HPN bekerja sama dengan Dewan
Pers mencari calon peraih anugerah ini:
Mahkamah Agung (MA)
menerima Anugerah Medali Emas Kemerdekaan Pers 2009 karena dinilai
sebagai instansi/lembaga negara yang mendukung kemerdekaan pers untuk
kepentingan publik melalui Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) yang
menyebutkan Ketua MA mengimbau para hakim meminta pendapat Dewan Pers
dalam menangani kasus berkaitan dengan pers.
MA sesuai aturan
kenegaraan tidak diperkenankan menerima penghargaan/hadiah berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta menjaga independensi
kelembagaannya. Ketua MA, Harifin Tumpa, hadir sebagai penghormatan
dalam acara puncak HPN, namun tidak diagendakan menerima langsung medali
emas dari HPN.
5. Anugerah Medali Emas Spirit Jurnalisme
diberikan kepada insan pers yang memberikan semangat kejuangan
profesional yang patut menjadi inspirasi dan merupakan aspirasi tidak
mengenal lelah dalam mengutamakan kemajuan pers:
Rosihan Anwar
menerima medali emas tersebut karena dinilai tetap eksis berkarya
jurnalistik, mengembangkan pendidikan kewartawanan, bahkan aktif
menerbitan buku catatan jurnalistiknya.
6. Anugerah Pena Emas
diberikan PWI kepada dua tokoh, yakni Alex Noerdin selaku Kepala Daerah
Sumatra Selatan (Sumsel) yang mendukung pengembangan pers, termasuk
Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) untuk pertama kali diadakan di
Palembang. Selain itu, Tarman Azzam (Ketua Umum PWI Pusat sebelum
H.Margiono) menerima Pena Emas karena peran sertanya dalam mengembangkan
kegiatan pers nasional secara konsisten.
HPN 2011 di Kupang
Penyelenggaraan
HPN 2011 berlangsung di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan
komunitas pers nasional memilih wartawan senior Priyambodo RH (Ketua
Bidang Multimedia PWI Pusat, Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dr.
Soetomo/LPDS, dan wartawan/ombudsman Kantor Berita ANTARA)
menjadi ketua panitia pelaksana. Kupang dipilih menjadi tuan rumah HPN
2011 untuk mendukung promosi wisata dan pendidikan, serta pembangunan
industri rakyat maupun daerahnya. NTT tercatat sebagai salah satu
wilayah yang memerlukan bantuan pers nasional untuk meningkatkan potensi
pembangunan daerahnya.
HPN Kupang mencatat sejumlah tradisi baru maupun melanjutkan kegiatan sebelumnya, antara lain:
1.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pesan khusus dalam acara
puncak HPN 2011 dengan mengundang 40 pengusaha nasional berskala bisnis
multinasional guna membantu pembangunan daerah NTT. Presiden dan Ibu
Negara Hj. Ani Yudhoyono juga meluangkan waktu menginap di wilayah
perbatasan RI-Timor Leste, Atambua.
Ibu Negara dalam HPN 2011
juga meresmikan pemanfaatan Mobil Pintar dan Rumah Pintar, yakni program
pendidikan bagi anak-anak di rumah dan mobil khusus berisi sarana
kebutuhan dasar pendidikan.
2. Press Card Number One (PCNO) atau
Kartu Pers Nomor Satu diberikan kepada insan pers nasional yang antara
lain kiprahnya diakui secara nasional maupun internasional. Panitia
Pusat HPN membentuk panitia khusus untuk penentuan kriteria dan
nama-nama penerima PCNO. Dalam perkembangannya, PCNO memiliki komunitas
yang aktif dalam serangkaian diskusi mengenai masalah aktual. Sebanyak
54 tokoh menerima PCNO 2011.
3. Anugerah Jurnalistik Pembangunan
Adinegoro diadakan kembali, dan terbuka bagi seluruh wartawan warga
negara Indonesia dengan cakupan kategori karya jurnalistik investigasi
untuk media cetak, radio maupun televisi, dan karya jurnalistik foto.
Panitia Pusat HPN 2011 memulai adanya kategori Anugerah Inovasi
Jurnalistik untuk kategori infotainmen, dan media jejaring sosial ranah
jurnalisme berinternet (cyberjournalism).
4. Anugerah
Medali Emas Spirit Jurnalisme diberikan kepada insan pers yang
memberikan semangat kejuangan profesional yang patut menjadi inspirasi
dan merupakan aspirasi tidak mengenal lelah dalam mengutamakan kemajuan
pers.
Jakob Oetama menerima medali emas tersebut karena dinilai
tetap eksis berkarya jurnalistik, mengembangkan pendidikan kewartawanan,
bahkan aktif menerbitan buku, serta pengembangan manajemen perusahaan
pers. Namun, Jakob Oetama berhalangan hadir ke Kupang sehingga
penyerahan medali emasnya berlangsung di Aula TVRI, Senayan, Jakarta,
dilanjutkan dengan talkshow Pak Jakob dengan komunitas pers nasional
yang ditayangkan TVRI.
5. Medali Emas Persaudaraan Pers (Gold
Medal Award of Press Brotherhood) diberikan kepada lembaga asing yang
mendukung persaudaraan dengan pers nasional. Medali ini untuk pertama
kalinya diberikan dalam acara puncak HPN. Pers dan pemerintah Timor
Leste dan komunitas pers Malaysia adalah penerima medali emas ini.
6.
Anugerah Hari Pers Nasional (HPN) Award diberikan kepada wartawan
ataupun invidu dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendukung
kemerdekaan pers untuk kepentingan rakyat. HPN Award 2011 diberikan
kepada Indonesia Corruption Watch (ICW), Agus Susanto (fotografer harian
Kompas) dan Jurnasyanto Sukarno (fotografer harian Jakarta Globe) yang
keduanya mengabadikan kehadiran terdakwa kasus penggelapan pajak Gayus
Tambunan menonton pertandingan tenis di Bali, serta Surya Fachrizal
Ginting (wartawan Suara Hidayatullah) yang tertembak tentara Israel saat
meliput di area konflik di Jalur Gaza di Kapal Marvi Marmara.
7.
Penerbitan buku jurnalisme karya para wartawan Indonesia menjadi
tradisi baru yang dikelola Panitia Pusat HPN. Sebanyak 18 judul buku
diterbitkan dalam HPN 2011.
HPN 2012 di Jambi
Penyelenggaraan
HPN 2012 berlangsung di Jambi dan komunitas pers nasional memilih
wartawan senior Marten Selamet Susanto (Pemimpin Redaksi Koran Jakarta
dan pengurus harian PWI Pusat) menjadi ketua panitia pelaksana. Jambi
dipilih menjadi tuan rumah HPN 2012 untuk mendukung promosi wisata dan
pendidikan, serta pembangunan industri pariwisata.
HPN Jambi yang
bertema "Kemerdekaan Pers dari dan untuk Rakyat. Pers Merdeka, Bangsa
Jaya" mencatat sejumlah tradisi baru maupun melanjutkan kegiatan
sebelumnya, antara lain:
1. Press Card Number One (PCNO) atau
Kartu Pers Nomor Satu diberikan kepada insan pers nasional yang antara
lain kiprahnya diakui secara nasional maupun internasional. Panitia
Pusat HPN membentuk panitia khusus untuk penentuan kriteria dan
nama-nama penerima PCNO. Dalam perkembangannya PCNO memiliki komunitas
yang aktif dalam serangkaian diskusi mengenai masalah aktual. Sebanyak
44 tokoh menerima PCNO 2012.
2. Anugerah Jurnalistik Pembangunan
Adinegoro diadakan kembali, dan terbuka bagi seluruh wartawan warga
negara Indonesia dengan cakupan kategori untuk karya jurnalistik
investigasi untuk media cetak, radio maupun televisi, dan karya
jurnalistik foto. Panitia Pusat HPN 2012 juga memberikan Anugerah
Inovasi Jurnalistik untuk kategori infotainmen, dan media jejaring
sosial ranah jurnalisme berinternet (cyberjournalism).
3.
Anugerah Medali Emas Spirit Jurnalisme diberikan kepada insan pers yang
memberikan semangat kejuangan profesional yang patut menjadi inspirasi
dan merupakan aspirasi tidak mengenal lelah dalam mengutamakan kemajuan
pers.
Atmakusumah Astraatmadja menerima medali emas tersebut
karena dinilai tetap eksis berkarya jurnalistik, mengembangkan
pendidikan, dan aktif menerbitkan buku jurnalisme.
4. Medali Emas
Persaudaraan Pers (Gold Medal Award of Press Brotherhood) diberikan
kepada lembaga asing yang mendukung persaudaraan dengan pers nasional.
Medali ini diberikan kepada Nihon Shinbun Kyokai Nippon (NSK, sejenis
lembaga/asosiasi pers nasional di Jepang) karena selama puluhan tahun
memberikan beasiswa pendidikan pers bagi wartawan muda Indonesia.
5.
Anugerah Hari Pers Nasional (HPN) Award diberikan kepada wartawan
ataupun invidu dan lembaga yang mendukung kemerdekaan pers untuk
kepentingan rakyat. HPN Award 2012 diberikan kepada Banjarmasin Post dan
Jawa Pos yang membawa nama baik pers nasional di kancah internasional.
Kedua media cetak itu meraih penghargaan dari asosiasi pers
internasional untuk desain terbaik (Banjarmasin Post), dan media anak
muda terbaik (Jawa Pos).
6. Penerbitan buku jurnalisme karya para
wartawan Indonesia menjadi tradisi baru yang dikelola Panitia Pusat
HPN. Sebanyak 23 judul buku diterbitkan dalam HPN 2012.
HPN 2013 di Manado
Penyelenggaraan
HPN 2013 berlangsung di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), dan komunitas
pers nasional memilih wartawan senior M. Ihsan (Pemimpin Redaksi Warta
Ekonomi, dan pengurus harian PWI Pusat) menjadi ketua panitia pelaksana.
Manado dipilih menjadi tuan rumah HPN 2013 untuk mendukung promosi
wisata, pendidikan, pembangunan industri pariwisata, dan pusat
penelitian kelautan internasional.
Perayaan acara puncak HPN
berlangsung pada 11 Februari 2013 karena Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono, selesai mengadakan muhibah ke luar negeri. Namun, HPN pada 9
Februari 2013 menjadi momentum bersejarah dengan memberikan Anugerah
Medali Emas Kemerdekaan Pers kepada BJ Habibie, Presiden RI periode
1998-1999.
BJ Habibie tercatat dalam sejarah nasional telah
memprakarsai dan mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang
Pers, yang mengamalkan kemerdekaan pers untuk kepentingan rakyat. Dalam
acara puncak penganugerahan Medali Emas Kemerdekaan Pers 2013, BJ
Habibie secara khusus memberikan orasi berjudul "Kemerdekaan Pers
Nasional Dikalbui Cinta". BJ Habibie menyusun orasi tersebut di pesawat
yang menerbangkannya dari Jakarta ke Manado.
Pada intinya ia
berpendapat bahwa kemerdekaan pers adalah tuntutan zaman yang harus
didukung dan difasilitasi semua pihak pendukung demokrasi. "Pers adalah
cermin kedewasaan berpolitik satu bangsa dan negara," demikian BJ
Habibie.
HPN Manado yang membawa tema "Kemerdekaan Pers dari dan
untuk Rakyat. Pers Bermutu, Bangsa Maju" mencatat sejumlah tradisi baru
maupun melanjutkan kegiatan sebelumnya, antara lain:
1. Press
Card Number One (PCNO) atau Kartu Pers Nomor Satu diberikan kepada insan
pers nasional yang antara lain kiprahnya diakui secara nasional maupun
internasional. Panitia Pusat HPN membentuk panitia khusus untuk
penentuan kriteria dan nama-nama penerima PCNO. Dalam perkembangannya
PCNO memiliki komunitas yang aktif dalam serangkaian diskusi mengenai
masalah aktual.
2. Anugerah Jurnalistik Pembangunan Adinegoro
diadakan kembali, dan terbuka bagi seluruh wartawan warga negara
Indonesia dengan cakupan kategori untuk karya jurnalistik investigasi
untuk media cetak, radio maupun televisi, dan karya jurnalistik foto.
Panitia Pusat HPN 2013 juga memberikan Anugerah Inovasi Jurnalistik
untuk kategori infotainmen, dan media jejaring sosial ranah jurnalisme
berinternet (cyberjournalism).
3. Anugerah Medali Emas
Spirit Jurnalisme diberikan kepada insan pers yang memberikan semangat
kejuangan profesional yang patut menjadi inspirasi dan merupakan
aspirasi tidak mengenal lelah dalam mengutamakan kemajuan pers.
Sabam
Siagian menerima medali emas tersebut karena dinilai tetap eksis
berkarya jurnalistik, mengembangkan pendidikan kewartawanan dan
manajemen perusahaan pers, serta aktif menerbitan buku jurnalisme.
4.
Anugerah Hari Pers Nasional (HPN) Award diberikan kepada wartawan
ataupun invidu dan lembaga yang mendukung kemerdekaan pers untuk
kepentingan rakyat. HPN Award 2013 diberikan kepada Errol Jonathans
(Direktur Radio Suara Surabaya) dan Hasudungan (pendidik jurnalistik)
karena keduanya memiliki rekam jejak yang panjang dalam mengembangkan
pendidikan jurnalisme di berbagai wilayah Indonesia.
5.
Penerbitan buku jurnalisme karya para wartawan Indonesia menjadi tradisi
baru yang dikelola Panitia Pusat HPN. Sebanyak 25 judul buku
diterbitkan dalam HPN 2013.
HPN 2014 di Bengkulu
Penyelenggaraan
HPN 2014 berlangsung di Bengkulu dan komunitas pers nasional memilih
wartawan senior Rita Sri Hastuti (Pemimpin Redaksi majalah Warisan Indonesia, Pengurus harian PWI Pusat) menjadi ketua panitia pelaksana. Ini kali pertama Panitia HPN diketuai wartawan perempuan.
Bengkulu
dipilih menjadi tuan rumah HPN 2014 untuk mendukung promosi wisata,
pendidikan, pembangunan industri pariwisata, serta pembangunan industri
rakyat maupun daerahnya. Bengkulu tercatat sebagai salah satu wilayah
yang memerlukan bantuan pers nasional untuk meningkatkan potensi
pembangunan daerahnya.
Perayaan acara puncak HPN berlangsung pada
9 Februari 2014 di Benteng Malbrough dengan dihadiri Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono, beserta beberapa menteri Kabinet Indonesia
Bersatu kedua.
HPN Bengkulu yang membawa tema "Kemerdekaan Pers
dari dan untuk Rakyat. Pers Sehat Rakyat Berdaulat" mencatat sejumlah
tradisi baru maupun melanjutkan kegiatan sebelumnya, antara lain:
1.
HPN Bengkulu 2014 pada acara puncaknya mencatat hal khusus melalui
diberikannya Anugerah Sahabat Pers bagi Presiden RI periode 2004-2009
dan 2009-2014 H. Soesilo Bambang Yudhoyono, yang dinilai sepanjang masa
jabatannya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan RI dinilai
mampu menjaga hubungan baiknya dengan komunitas pers nasional maupun
global.
2. Anugerah Jurnalistik Pembangunan Adinegoro diadakan
kembali dan terbuka bagi seluruh wartawan warga negara Indonesia dengan
cakupan kategori untuk karya jurnalistik investigasi untuk media cetak,
radio maupun televisi, dan karya jurnalistik foto. Panitia Pusat HPN
2014 juga memberikan Anugerah Inovasi Jurnalistik untuk kategori
infotainmen dan media jejaring sosial ranah jurnalisme berinternet (cyberjournalism).
3.
Anugerah Medali Emas Spirit Jurnalisme diberikan kepada insan pers yang
memberikan semangat kejuangan profesional yang patut menjadi inspirasi
dan merupakan aspirasi tidak mengenal lelah dalam mengutamakan kemajuan
pers. Wartawan senior dari Makassar, Sulawesi Selatan, Rahman Arge,
menerima medali emas tersebut karena dinilai tetap eksis berkarya
jurnalistik, mengembangkan pendidikan kewartawanan dan aktif menerbitan
buku jurnalisme.
4. Penerbitan buku jurnalisme karya para
wartawan Indonesia menjadi tradisi baru yang dikelola Panitia Pusat HPN.
Sebanyak 25 judul buku diterbitkan dalam HPN 2014.
HPN 2015 di Batam, Kepulauan Riau
Penyelenggaraan
HPN 2015 berlangsung di Batam, Kepulauan Riau (Keppri) dan komunitas
pers nasional memilih wartawan senior Sasongko Tedjo (Pemimpin Umum
harian Suara Merdeka, Pengurus harian PWI Pusat) menjadi ketua panitia
pelaksana.
Batam dipilih menjadi tuan rumah HPN 2015 untuk
mendorong kedaulatan negeri maritim dengan berbagai peluang sekaligus
tantangan maupun daya saingnya dalam tatanan masyarakat internasional.
Keppri tercatat sebagai salah satu wilayah yang memerlukan bantuan pers
nasional untuk meningkatkan potensi kemaritimannya. Rangkaian acaranya
diadakan di tiga tempat, yaitu di Batam, Pulau Penyengat, dan
Tanjungpinang sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
mempromosikan Keppri.
Perayaan acara puncak HPN berlangsung pada 9
Februari 2014 di Hotel Harmoni One, Batam dengan dihadiri Wakil
Presiden RI, Jusuf Kalla beserta beberapa menteri Kabinet Kerja.
HPN
Batam yang membawa tema "Kemerdekaan Pers dari dan untuk Rakyat. Pers
Sehat Bangsa Hebat" ini mencatat sejumlah tradisi baru maupun
melanjutkan kegiatan sebelumnya, antara lain:
1. HPN Batam 2015
menyelenggarakan Konvensi Bahasa Indonesia di Pulau Penyengat. Ini
konvensi bahasa pertama dalam penyelenggaraan HPN selama ini. Salah satu
yang paling pokok dari Konvensi Bahasa ini adalah deklarasi bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu di Pulau Penyengat. Konvensi
Bahasa dalam HPN 2015 ini juga membawa pesan nasionalisme melalui
Konvensi Bahasa Indonesia yang menjadi salah satu unsur penting dalam
mempersatukan bangsa dan negara Indonesia.
2. Konvensi tentang
kemaritiman diselenggarakan dengan membawa pesan kekinian dan masa depan
bangsa Indonesia dalam bidang maritim. Kemudian juga Konvensi Indonesia
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membawa pesan kemampuan daya
saing bangsa dan negara Indonesia mengisi tata kelola ekonomi bersama di
kawasan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
3. Selain itu,
Konvensi Transparansi Media Massa membawa pesan kemampuan sistem
manajemen pers nasional berkaca diri terhadap kinerjanya. International
Finance Coorporation (IFC)-World Bank turut menyampaikan kajiannya
berkaitan dengan pentingnya transparansi perusahaan pers dan pemiliknya
sebagai bentuk akuntabilitas pers untuk publiknya. Komunitas media
sosial dan ombudsman, serta pengamat media massa juga menjadi nara
sumber dalam acara ini.
4. Anugerah Jurnalistik Pembangunan
Adinegoro diadakan kembali dan terbuka bagi seluruh wartawan warga
negara Indonesia dengan cakupan kategori untuk karya jurnalistik
investigasi untuk media cetak, radio maupun televisi, dan karya
jurnalistik foto. Panitia Pusat HPN 2015 juga memberikan Anugerah
Inovasi Jurnalistik untuk kategori infotainmen dan media jejaring sosial
ranah jurnalisme berinternet (cyberjournalism).
5.
Penerbitan buku jurnalisme karya para wartawan Indonesia menjadi tradisi
baru yang dikelola Panitia Pusat HPN. Sebanyak 25 judul buku
diterbitkan dalam HPN 2015.
Acara puncak HPN di berbagai daerah
tersebut di atas senantiasa berkaitan dengan serangkaian acara lainnya,
yakni konvensi nasional media massa, dan konvensi nasional bertema
aktual bagi kepentingan daerah yang menjadi tuan rumah maupun
kepentingan nasional, regional dan global di berbagai daerah. Baik yang
dikoordinasikan PWI cabang maupun inisiatif masyarakat dan pemerintah
daerah setempat.
Hasil dari seluruh kesimpulan kegiatan konvensi
dipadukan oleh Tim Perumus Konvensi HPN, dan sejumlah masukan pentingnya
menjadi salah satu bahan pidato yang disampaikan Penanggung jawab HPN
dalam acara puncak yang dihadiri Presiden RI dan seluruh pemangku
kepentingan pers nasional.
Peringatan Hari Pers Nasional dari Masa ke Masa:
1985 di Jakarta.
1986 di Yogyakarta.
1987 di Jakarta.
1988 di Padang, Sumatra Barat.
1989 di Surabaya, Jawa Timur.
1990 di Ujung Pandang (Sekarang Makassar), Sulawesi Selatan.
1991 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
1992 di Jakarta
1993 di Bandung, Jawa Barat
1994 di Medan, Sumatra Utara.
1995 di Manado, Sulawesi Utara.
1996 di Solo, Jawa Tengah.
1997 di Jakarta.
1998 di Palembang, Sumatra Selatan.
1999 di Jakarta.
2000 di Solo, Jawa Tengah.
2001 di Jakarta.
2002 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
2003 di Bali.
2004 di Jakarta.
2005 di Pekanbaru, Riau.
2006 di Bandung, Jawa Barat.
2007 di Samarinda, Kalimatan Timur.
2008 di Semarang, Jawa Tengah.
2009 di Jakarta
2010 di Palembang, Sumatra Selatan.
2011 di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
2012 di Jambi.
2013 di Manado, Sulawesi Utara.
2014 di Bengkulu, Bengkulu.
2015 di Batam, Kepulauan Riau
2016 di Lombok, Nusa Tenggara Barat
Komponen Pers Penyelenggara HPN 2016
Hari
Pers Nasional bukan hanya milik pers, tetapi milik rakyat Indonesia.
Karena itu, dalam pelaksanaannya bukan saja dilaksanakan oleh organisasi
pers, melainkan juga melibatkan peran serta masyarakat dan pemerintah,
baik pusat maupun daerah.
Komponen organisasi pers adalah
pendukung utama Hari Pers Nasional, yaitu Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI), Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), Serikat Grafika Pers (SGP),
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), Asosiasi Televisi
Swasta Indonesia (ATVSI), Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATLI),
Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Ikatan
Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dengan didukung oleh Dewan Pers
(DP).
Berikut profil organisasi pendukung Hari Pers Nasional:
1. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) lahir pada 9 Februari 1946 di Gedung Sasana
Suka (kini Gedung Monumen Pers Nasional) di Solo sebagai hasil pertemuan
besar para tokoh pers pada saat itu. Peristiwa tersebut sangat
bersejarah bagi jurnalis di Indonesia. Kelahiran PWI dijiwai semangat
perjuangan yang tinggi sebagai rasa tanggung jawab terhadap kesatuan dan
persatuan, serta atas keinginan bersama untuk mewadahi para jurnalis
di seluruh Indonesia.
Ketua Umum PWI yang pertama adalah Mr.
Sumanang, sedangkan Ketua Umum PWI saat ini adalah H.Margiono. Kini PWI
memiliki 14.000 anggota dari 34 cabang se-Indonesia dan Surakarta
sebagai cabang khusus karena merupakan kota kelahiran PWI.
2. Serikat Penerbit Suratkabar (SPS)
Lahir
di Yogyakarta, 8 Juni 1946. Sejak awal Serikat Perusahaan Pers (SPS)
merupakan wadah berkumpulnya para penerbit pers (cetak). Mengalami
pasang surut dan dinamika seiring kondisi sosial-politik dan ekonomi
negeri ini. Salah satu momentum terpenting organisasi ini dalam
mentransformasikan dirinya menjadi organisasi modern, terjadi tahun
2011, bertepatan dengan Kongres XXIII di Bali, 7-9 Juni 2011.
Persis
saat usianya genap 65 tahun, SPS melakukan re-branding, mengubah logo,
dan mentransformasi dirinya menjadi bukan sekadar organisasi penerbit
media cetak (suratkabar, tabloid, dan majalah).
Perubahan nama
dan logo organisasi dari Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) menjadi
Serikat Perusahaan Pers (SPS), menjadikan SPS kini sebagai organisasi
bagi para penerbit perusahaan pers. Tidak sebatas media cetak, tetapi
juga terbuka bagi media noncetak (online dan penyiaran). Perubahan ini
antara lain juga akibat dorongan dinamika yang terjadi pada bisnis
industri media secara global, yang mengasumsikan kini dan masa datang
bisnis pers mengarah pada bentuk baru sebagai bisnis informasi.
Apa pun platform medianya, konten atau informasi itulah yang menjadi roh dan produk untuk dipasarkan.
Kini
SPS memiliki 471 anggota yang tersebar di 29 cabang seluruh Indonesia.
Kontribusi anggota SPS terhadap advertising expenditure seluruh media
cetak tahun 2014 yang sebesar Rp36,164 triliun (on gross), diperkirakan
mencapai Rp31,1 triliun. Ditilik dari penetrasi pasar per Desember
2013, dari tiras beredar seluruh media cetak yang mencapai 22,3 juta
eksemplar, anggota SPS menyumbang sebesar 19 juta eksemplar.
Ketua Umum SPS yang pertama adalah Sjamsuddin Sutan Maksmur, sekarang Ketua Umum SPS adalah Dahlan Iskan.
Dalam
HPN 2016 ini, SPS kembali menggelar The 7th Indonesia Print Media
Awards (IPMA), The 5th Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMA), The 3rd
Indonesia Young Readers Awards (IYRA), dan The 5th Indonesia Student
Print Media Awards (ISPRIMA) 2016.
3. Serikat Grafika Pers (SGP)
Serikat
Grafika Pers (SGP) lahir pada 13 April 1974 di Jakarta atas prakarsa 13
perusahaan pers yang menyadari adanya kesulitan dalam sarana percetakan
maupun perlengkapan alat cetak, terlebih pada saat itu teknologi mulai
berkembang pesat.
Kelahirannya diawali dengan diselenggarakannya
seminar Grafika Pers pada bulan Maret 1974, kemudian diputuskan pada
kongres pertama pada Juli 1974. Sebagai Ketua Umum SGP yang pertama
adalah HG Rorimpandey dan Ketua Umum SGP saat ini adalah Lukman
Setiawan.
4. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)
Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) berdiri pada tanggal 20 Desember
1972, sebagai penerus dari persatuan Biro Reklame Indonesia yang telah
ada sejak 1 September 1949. Menyadari bahwa iklan merupakan penghasilan
utama dari sebuah usaha termasuk media, maka para pengusaha iklan merasa
terpanggil untuk mengembangkan periklanan menjadi totalitas kegiatan
komunikasi pemasaran. Ketua Umum PPPI pertama ialah Muhammad Napis
waktu bernama Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI) dan Ketua Umum
PPPI saat ini adalah Harris Thajeb.
5. Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)
Asosiasi
Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) didirikan tanggal 4 Agustus 2000 di
Jakarta, merupakan wadah independen yang berfungsi secara aktif
memajukan, menampung, dan menyalurkan kepentingan serta kegiatan dengan
mengembangkan etika perilaku, tanggung jawab profesional, dan melayani
anggotanya demi kepentingan masyarakat di bidang pertelevisian.
Anggotanya adalah televisi nasional. Ketua Umum ATVSI yang pertama
adalah Karni Ilyas dan Ketua Umum ATVSI saat ini adalah Erick Tohir.
6. Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI)
Asosiasi
Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) lahir pada 26 Juli 2002 di Bali,
merupakan pencerminan spirit otonomi daerah yang telah membuka
kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya pemancar stasiun televisi di
daerah. Televisi lokal yang hadir dengan spirit otonomi daerah, sangat
di rasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran Tanah
Air.
Berbagai daerah selama ini disadari kurang optimal diangkat
dalam wujud audio visual sehingga kehadiran televisi lokal menjadi
solusi penting untuk hal tersebut. Dibungkus dengan kemasan lokal yang
kental, televisi lokal selalu berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi
masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Ketua Umum ATVLI
yang pertama adalah ABG Satria Narada dan Ketua Umum ATVLI saat ini
adalah Imawan Mashuri.
7. Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
Secara
de facto, Radio Siaran Swasta yang muncul awal orde baru pada tahun
1966, masih bersifat kedaerahan. Pada tanggal 16-17 Desember 1974
diselenggarakan Kongres I Radio disusul kelahiran Persatuan Radio Siaran
Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI). Kemudian pada1983 di Bandung kata
Niaga diganti dengan kata Nasional.
Visinya mewujudkan sinergi
antarradio menuju kemajuan industri radio. Ketua Umum PRSSNI yang
pertama adalah Ismet Hadad, sedangkan Ketua Umum PRSSNI saat ini adalah
Rohmad Hadiwijoyo.
8. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)
Ikatan
Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) lahir seiring dengan derasnya arus
reformasi sebagai wadah himpunan para jurnalis televisi seluruh
indonesia, dibentuk pada 8 Agustus 1988 di Jakarta. Tujuannya ingin
mewujudkan kebebasan pers yang profesional dan bertanggung jawab di
kalangan jurnalis televisi.
Anggotanya reporter, kameraman,
editor video, dan presenter. Ketua Umum IJTI yang pertama adalah Harris
Jauhari, sedangkan Ketua Umum IJTI saat ini adalah Yadi Hendriana.
9. Dewan Pers (DP)
Dewan
Pers (DP) pertama dibentuk tahun 1968 berdasarkan UU No. 11 Tahun 1966
serta ketentuan-ketentuan pokok pers berfungsi mendampingi pemerintah
untuk bersama-sama membina pertumbuhan dan perkembangan pers nasional.
Ketua Dewan Pers dahulu dijabat oleh Menteri Penerangan sebagai pejabat
ex-officio.
Pada tanggal 23 September 1999, melalui UU No. 40
tahun 1999 yang ditandatangani Presiden BJ Habibie, Dewan Pers menjadi
Dewan Pers (yang) independen. Sejak saat itu, pemerintah menyerahkan
sepenuhnya urusan pers kepada Dewan Pers, walaupun secara administrasi
masih terkait dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Sejak
awal, Ketua Dewan Pers dijabat secara ex-officio oleh Menteri
Penerangan, tetapi sejak reformasi dan sesuai dengan UU No. 40 Tahun
1999 tentang pers, menjadi Dewan Pers Independen. Anggotanya dipilih
oleh masyarakat pers dan ketuanya dipilih oleh anggota Dewan Pers
terpilih.
Susunan Dewan Pers periode 2013-2016 adalah Prof. Dr.
Bagir Manan, SH (ketua), Margiono (wakil ketua), Anthonius Jimmy
Silalahi (anggota), I Made Ray Karuna Wijaya (anggota), Imam Wahyudi
(anggota), Ir. M. Ridlo Eisy (anggota), Ninok Leksono (anggota), Nezar
Patria (anggota), dan Yosep Adi Prasetyo (anggota).
Menjelang HPN
2016 telah terpilih sembilan anggota Dewan Pers periode 2016-2019 yang
mulai aktif pada pertengahan Februari 2016. Mereka adalah Hendry
Chaeruddin Bangun, Nezar Patria, dan Ratna Komala dari unsur wartawan.
Ahmad Djauhar, Jimmy Silalahi, dan Reva Deddy Utama dari unsur pimpinan
perusahaan pers. Imam Wahyudi, Sinyo Hary Sarundajang, dan Yosep Adi
Prasetyo dari unsur tokoh masyarakat.
Di samping organisasi pers,
juga sudah terjalin kemitraan baik dengan pemerintah pusat khususnya
kementerian Komunikasi dan Informatika maupun pemerintah daerah yang
menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional serta para sponsorship dari dunia
usaha sehingga Hari Pers Nasional dapat berjalan dengan baik dan sukses.
Teguh
Santosa, Pemimpin Umum Kantor Berita Politik RMOL.co, terpilih sebagai
Ketua Panitia HPN 2016. Tema dari HPN 2016 adalah "Pers yang Merdeka
Mendorong Poros Maritim dan Pariwisata Nusantara". Selain bekerja sama
dengan Pemprov NTB, Panitia HPN juga bekerja sama dengan Kementerian
Pariwisata, TNI Angkatan Laut dan Kementerian Kesehatan.
Menjelang
pelaksanaan HPN 2016, komponen pers pendukung dan panitia HPN 2016
telah bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi negara, termasuk Presiden
RI Joko Widodo, Ketua DPR RI Ade Komaruddin, Ketua DPR RI Irman Gusman,
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menko Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Puan Maharani Kiemas, Menteri Pariwisata Arief Yahya,
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Koperasi dan
UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, dan Sekretaris Kabinet Pramono
Anung.
Dalam HPN 2016, TNI-AL aktif membantu dengan menyediakan
kapal KRI Makassar untuk membawa sebagian peserta HPN 2016 dari Surabaya
ke Lombok, serta menyediakan tenaga medis untuk mendukung bakti sosial
berupa operasi katarak.
Kementerian Pariwisata juga mendukung HPN
2016 dengan mendukung penyelenggaraan empat acara, yaitu workshop
tentang wisata bahari, ini diselenggarakan dalam perjalanan kapal dari
Surabaya ke Lombok. Selain itu, Lomba Penulisan Pariwisata untuk
wartawan media cetak, media online, dan blogger. Hadiahnya, total Rp500
juta dengan hadiah tertinggi Rp100 juta.
Juga ada Pameran Pers
Pariwisata Indonesia yang ditangani oleh budayawan Taufiq Rahzen,
mengambil tempat di tengah Pameran Pers dan Pembangunan yang
diselenggarakan PWI. Tidak kalah menarik adalah program Sadar Wisata
berupa bersih-bersih pantai yang didukung oleh ibu-ibu Ikatan Keluarga
Wartawan Indonesia (IKWI) seluruh Indonesia dan anggota TNI-AL.
Juga dalam HPN 2016 mulai digunakan website www.haripersnasional.com yang diharapkan akan menjadi wadah informasi untuk HPN yang akan datang dan seterusnya.
Panitia HPN 2016.
Sumber:
www.haripersnasional.com
0 Comments