Info Terkini

10/recent/ticker-posts

TIGA JAM DI KECAMATAN PALING UJUNG TIMUR SIMALUNGUN

BERITASIMALUNGUN.COM-Sebuah kunjungan bersejarah dalam hidup saya hari ini. Mengunjungi untuk pertama kalinya, Ujung Padang, kecamatan paling ujung Timur Kabupaten Simalungun.

Kunjungan ke sana bersama istri dan kedua orang tua saya adalah menghadiri pernikahan putri pariban adik saya Situmorang dengan marga Situngkir yang berlangsung hari ini.

Ujung Padang adalah kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Sergei. Mencapai kecamatan itu kami masuk dari gerbang Sei Bejangkar--sekitar Km 67 (menurut jarak yang tercatat di speedometer mobil) Jalan Tebingtinggi-Kisaran.

Persis di samping kantor Polisi Sektor Sei Bejangkar, ada jalan masuk, dan itulah jalan yang kami lintasi menuju Ujung Padang . Beberapa meter dari kantor Polisi kami melintasi kantor PT London Sumatra.

Dari persimpangan ini, Ujung Padang berjarak sekitar 7 kilometer. Tapi jangan berharap, jarak itu bisa dicapai 7 menit. Saya lihat jam, jarak itu kami tempuh hampir 30 menit. Kenderaan harus berjalan pelan-pelan.

Melintasi beberapa desa di kecamatan Sei Balai, Kabupaten Sergei. Saya meliwati desa Tinjoan--sebuah desa asal seorang teman saya kuliah di IPB, serta tempat tinggal saudara saya Paruntungan Girsang (Kini seorang perwira tinggi di Jakarta). Selama ini, Tinjoan hanya dalam cerita, baru kali inilah saya menginjakkan kaki di sana.

Sebelum mencapai perbatasan Simalungun-Sergei, kami melintasi jalan berbatu (aspalnya 90% sudah terkelupas) di daerah Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batubara.

Sebagian besar jalan yang kami lintasi adalah perkebunan Sawit milik PTP IV. Jalan di wilayah perkebunana inilah yang saya gambarkan di atas. Itulah jalan menuju kecamatan Ujung Padang.
Hanya beberapa kilometer setelah melintasi perbatasan Kabupaten Sergei-Simalungun, jalan agak mulus.
Saya heran!.

Kok jalan yang melintasi perkebunana besar, dan penghasil devisa besar bagi negara, sebagian besar jalan aspalnya sudah terkelupas, berlubang-lubang, dan bahkan di berbagai tempat digenangi air, seperti kubangan.

Menjelang Desa Ujung Padang, jalannya sedikit agak mulus.
Persis di depan SMP Negeri I Ujung Padang, saya memarkir mobil. Saya memperhatikan atap gedungnya sudah terbuka. Separuh gedung memang sudah direhab. Tapi atap gedung di sebelah gedung yang sudah direhap masih terbuka.

Saya tidak bisa membayangkan murid di ruang kelas yang begitu, ketika hujan turun. Tentu muncuk tanda tanya dalam hati. Uang berjibun--perkebunan, dana pendidikan melimpah, kok atap gedung SMP saja tidak bisa diperbaiki.

Saya kagum melihat penduduk di sana yang penghasilan mereka terutama dari memburuh di kebun, memiliki kebun-kebun sawit, serta menjadi pegawai. Mereka mampu mengembangkan dirinya walau infrastruktur yang disediakan pemerintah tidak memadai.

Selain jalan yang terkelupas, (jalan masuk dari Sei Bejangkar), juga jarak kecamatan ini ke Ibu Kota Kabupaten Simalungun, sekitar 120 kilometer. Betapa beratnya mereka harus menempuh jarak begitu jauh untuk bisa berhubungan dengan bupatinya. 

Dari pengamatan saya, penduduk kecamatan Ujung Padang cukup makmur. Rumah-rumah mereka bagus-bagus. Bahkan rumah-rumah di sekitar tempat pesta berlangsung, berdiri beberapa rumah seperti kompleks perumahan mewah di Medan.

Suatu ketika saya ingin berkeliling di kecamatan-kecamatan perbatasan Bagian Timur Simalungun. Daerah yang jarang sekali kukunjungi.

10 Pebruari 2016, penduduk Ujung Padang akan memilih Bupati Simalungun. Saya menyaksikan setidaknya di depan gedung SMP--dekat pesta berlangsung, terpampang spanduk dua calon bupati Simalungun.

Semoga mereka memilih Bupati yang mampu memfasilitasi mereka lebih maju lagi ke depan. Bupati yang mampu mewujudkan pemekaran yang sudah lama mereka dambakan.

Semoga ada bupati yang programnya mencantumkan pemekaran Kabupaten Simalungun, agar penduduk Ujung Padang tidak terlalu jauh dari ibu kota Kabupatennya.

Sebagai catatan, mereka pernah berdemo ke kantor Bupati menuntut pemekaran. Bahkan mereka mengancam akan bergabung dengan Batubara, apabila tidak dimekarkan. (http://medan.tribunnews.com/…/ujung-padang-ancam-gabung-ke-…)

Namun, Kabupaten Simalungun, belum mekar hingga sekarang! .
Setelah tiga jam di pesta, saya kembali ke Medan!. Jarak tempuh dengan mobil sekitar 5 jam. Kami tiba kembali di rumah sekitar pukul 22.20, padahal kami sudah usahakan berangkat lebih cepat, dan meninggalkan pesta Adat Batak Toba sebeluim acara selesai. Bayangkan, makan siang aja baru sekitar pukul 15.30. Gimana lagi pelaksanaan adatnya, dan kami harus kembali ke Medan.

Ujung Padang begitu menarik bagi saya. Aku akan kembali lagi ke sana. Mengapa kalian begitu jauh dari Ibu Kota Kabupaten Simalungun?. Mengapa pemekaran yang kalian impikan tidak terwujud hingga sekarang? (St Jannerson Girsang)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments