ILUSTRASI PENYALIBAN YESUS di Bukit Golgota |
BERITASIMALUNGUN.COM-Hari ini, Jumat 25 Maret 2016 (pukul 13.00) saya akan
mengikuti kebaktian Jumat Agung, memperingati peristiwa penyaliban Yesus
di Bukit Golgota. Tahun ini, saya telah melintasi 55 kali Jumat Agung,
atau dalam kebiasaan orang Israel disebut Perayaan Paskah.
Pagi
ini saya kembali mengevaluasi. Apa yang saya lakukan selama perayaan
paskah. Saya membaca nats tentang Paskah, diskusi, buku-buku, mengikuti
sermon tentang khotbah Jumat Agung, (tidak setiap tahun, kadang absen
juga), mengikuti kebaktian, mendengar khotbah, sekali-sekali ada drama
tentang Paskah, atau sekali-sekali ketika mahasiswa melakukan retreat.
Di abad modern ini saya sering menonton belasan film di youtube tentang
kisah hidup Yesus secara lengkap dari mulai lahir hingga naik ke Sorga,
termasuk di antaranya Penyaliban Yesus.
Itulah sumber pengetahuan saya tentang Paskah. Dangkal sekali yah!
Seberapa jauhkah pemahaman dan praktek Paskah saya lakukan dan maknai dalam kehidupani?.
Dalam perayaan Paskah, kadang (tidak selamanya) saya sedih, dan dulu
sering menangis membayangkan penderitaan Yesus. Anehnya, habis paskah,
penderitaan Yesus saya lupakan lagi.
Dirayakan lagi tahun
depannya, kembali saya diingatkan! (Menurut saya, saya beruntung karena
masih diberi kesempatan untuk diingatkan, diingatkan lagi).
Saya
masih diberi kesempatan mendapatkan pengetahuan dan praktek yang lebih
baik, serta pemaknaannya setiap tahun. Tapi hanya sedikit demi
sedikit.
Pasalnya, dalam menjalani setahun kehidupan sesudah
Paskah, begitu banyak duri, dan "gulma" yang memakan "benih" itu. Tak
mampu untuk luput dari rasa dendam, iri hari, sombong, tidak memaafkan.
Terus terang, itulah pemahaman praktis saya tentang tentang makna
Paskah dalam kehidupan sehari-hari.
Saya sangat menghargai kalau ada orang yang mengaku mampu mempraktekkan makna Paskah dalam kehidupannya sepanjang tahun.
Sepanjang 55 tahun, saya memperoleh pengetahuan dan keyakinan bahwa
hanya Yesuslah yang mampu menghadapi kematian, tantangan atau gelombang
hidup paling sulit dan paling menakutkan bagi manusia.
Manusia
semua takut mati!. Jangankan mati, diancam bunuh aja sudah takut!.
Jangankan itu, manusia takut kehilangan kekuasaan, uang, apa saja yang
dimilikinya.
Makanya orang-orang kaya harus memakai tembok besar
rumahnya, kunci ganda di kenderaannya, dan segala pengaman lainnya,
pejabat harus mendapat pengawalan.
Pengikut Kristus yang tidak
memahami arti penderitaan Yesus di Kayu Salib, manusia yang semakin
kaya, semakin berkuasa semakin besar ketakutannya untuk mati, semakin
takut menghadapi persoalan, bahkan tidak jarang mengorbankan orang lain
demi keselamatannya,kelanggengan kekuasaan atau kekayaannya!
Karena takut mati, saat ini, miliaran dollar dikeluarkan para orang kaya
di Rusia, Amerika untuk meneliti kemungkinan bisa memperpanjang usia
mereka.
Contohnya adalah Dmitry Itskov, pria berusia 31 tahun,
seorang miliarder asal Rusia. Dia menjabat sebagai presiden New Media
Stars. Meski terhitung masih muda, Itskov sangat terobsesi dengan
gagasan kehidupan abadi.
Dia merekrut 30 ilmuwan Rusia yang merupakan
para ahli di bidang robotik, organ dan sistem artifisial serta ahli
saraf. Seluruh pakar tersebut dilibatkan dalam proyek 2045 Initiative
agar Itskov bisa hidup selamanya.
Semakin jauh dari sikap Yesus
sendiri, yang mampu "memikul salib", demi keselamatan orang lain. Itulah
pelajaran penting Perayaan Paskah yang saya peroleh selama ini. Belajar
berkorban untuk orang lain. Tidak mudah!
Paskah memberi saya sedikit keberanian menghadapi masalah, memberi kekuatan saat saya menghadapi penderitaan.
Sikap Yesus sedikit (baru sedikit) mempengaruhi sikap saya dalam
merespons persoalan hidup, perlakuan orang lain kepada saya, seperti
pelecehan, kemarahan, dan perlakuan negatif lainnya.
Ketika
masalah tersebut muncul, saya kadang mampu mengatakan, "Penderitaan,
pelecehan yang saya tidak seberapa dibandingkan dengan Yesus". Mampu
memaafkan, mampu bersabar.
Tapi tidak selamanya. beruntunglah saya memahami penderitaan Yesus.
Saya sering lupa!. "Kekerasan, masih sering juga saya lawan dengan
kekerasan, perlakuan jahat, saya balas juga dengan yang jahat".
Saya sadar, sikap kemanusiaan saya masih sering muncul. Saya sadar
teladan yang dilakukan Yesus tidak mampu saya terapkan sendiri. Harus
terus berlatih dan meminta pertolonganNya.
Mengikuti Paskah
berkali-kali, mendengar penjelasan tentang Paskah berkali-kali, belajar,
belajar terus pengetahuan tentang Paskah, menerapkannya.
Gagal, dan gagal, gagal lagi, kembali meminta pertolongan, terapkan lagi, demikianlah terus menerus, tidak pernah tamat-tamat.
Mari saudara-saudaraku umat Kristen, dengan kerendahan hati kita
kembali mengikuti kebaktian Perayaaan Jumat Agung (Paskah), hari ini.
Semoga dengan mengikuti Perayaan Paskah Tahun ini, kita semakin diberi
pemahaman yang benar, dan menerapkannya dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Tidak mudah memahami Paskah, apalagi
mempraktekkannya dalam kehidupan. Memerlukan pemahaman, praktek yang
benar, pemaknaan yang benar dengan pertolongan Tuhan.
Mari terus kita melatih diri. Kiranya kita semakin dimampukan untuk memaafkan orang lain, tidak mengeluh.
Pasangan suami istri saling memaafkan, sehingga keluarga mampu bersuka
cita, saling memaafkan dengan sesama teman, sehingga lingkungan kita
juga mampu bersuka cita, bersyukur dalam segala keadaan, semakin mampu
merespon persoalan hidup yang makin kompleks dengan suka cita pula.
Paskah: mengenang kembali penderitaan Yesus di kayu salib, memaknai
respon Yesus terhadap semua perlakuan yang tidak baik kepadaNya,
meneladani kesetiaannya kepada pengutusNya, dan menerapkannya dalam
kehidupan kita.
"Jangan lupakan Cinta Tuhan, Getsemane, PenderitaanNya"
Selamat Merayakan Jumat Agung! (St Jannerson Girsang)
0 Comments