Info Terkini

10/recent/ticker-posts

UNDANGLAH DIA MENGHALAU RASA KHAWATIR DAN TAKUT

Musa
Orang Israel membaca buku-buku Musa. Mereka percaya Tuhan yang menyelamatkan nenek moyang mereka. Keluar dari Tanah Mesir, lepas dari kejaran Raja Firaun di Laut Merah. Di perjalanan selama 40 tahun mereka makan manna yang disediakan Tuhan, dan banyak lagi kisah tentang campur tangan Tuhan dalam kehidupan mereka.

Masalahnya, apakah ketika berhadapan dengan masalah, dalam kehidupan mereka, mereka percaya bahwa Tuhan masih bekerja, semua perjalanan hidup mereka sebelumnya adalah karya Tuhan?

Dari respons orang Israel di dalam kisah-kisah pembuangan Babel, mereka sebenarnya tetap mengandalkan kekuatannya. Mereka tidak percaya, kalau Tuhan menyelamatkan mereka dengan cara Tuhan sendiri.

Mereka tetap berfikir bahwa jalan pikiran merekalah yang dilakukan Tuhan menyelamatkan mereka. Cara berfikir merekalah yang akan diikuti Tuhan, bukan sebaliknya.

Sebagian para pemimpinnya ragu apakah Tuhan masih menyelamatkan mereka dari tawanan Babel. Dari analisis pemikiran mereka oleh sebagian pemimpinnya, kurang percaya kalau Tuhan masih mengingat mereka, menyelamatkan mereka.

Bahkan beberapa pemimpin melihat, Mesir akan menjadi satu andalan untuk melepaskan mereka dari pembuangan Babel.

Tetapi, ternyata jauh dari pemikiran mereka, Tuhan memakai Raja Kores dari Asyur, yang menyelamatkan mereka.

"RancanganKu, bukan rancanganmu"

Renungan.

Orang hanya mampu merasakan pertolongan Tuhan dalam hidupnya, ketika meyakini semua yang dia peroleh hingga saat ini bukan merupakan hasil pekerjaannya sendiri, tetapi berkat campur tangan Tuhan.

Semua terlihat ketika kita menghadapi masalah. Manusia cenderung meyelesaikan persoalan hidup dengan caranya--menurutnya lebih mudah, praktis, lebih terlihat "berkuasa" dan "hebat".

Hasilnya, manusia tidak pernah bisa menghalau rasa khawatir, takut.akan tidak makan, tidak kaya, tidak berkuasa, takut tidak dihormati orang, atau direndahkan orang lain. Kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan adalah ciri bahwa kita tidak percaya Tuhan bekerja dalam diri kita.

Sebuah contoh yang menarik adalah kisah menjelang penyaliban Yesus. Sebuah situasi yang paling menakutkan bagi manusia. Manusia akan melakukan apapun untuk menyelematkan nyawanya. Kematian adalah kekalahan dan kehilangan besar!

Yesus melakoninya dengan berdoa, mengeluarkan air mata darah, meminta kekuatan kepada yang mengutusNya. Sampai Dia mampu pada titik kulminasi seorang yang percaya dengan mengatakan. "Bukan kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang jadi!".

Yesus bersedia menanggung seluruh penderitaan dan tidak mau mengandalkan kekuasaanNya untuk "menghindari" rencana yang mengutusNya. Dia bukan tidak mungkin melenyapkan semua tentara Romawi,yang menyiksa dan menyalibkannya dengan kuasaNya.

Tetapi, Dia lebih meyakini, menghormati pesan dari yang mengutusnya,yang merancang kehidupanNya. Memikul salib!

Dia yakin dan dengan setia mengikutinya. "Disalibkan, mati, dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, bangkit pula dari antara orang mati pada hari yang ke tiga. Naik ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa".

Memikul salib yang dilakoni Yesus, ditanggapi berbeda oleh dua orang yang disalibkan bersamaNya.

"Kalau kau memang Anak Allah, selamatkanlah dirimu, dan aku juga" demikian bisikan seorang penjahat di sebelah kirinya.
Beda dengan orang yang percaya kepadaNya."Ingatlah aku ketika Kau tiba di KerajaanMu".

Kekuasaan, harta dunia, kehebatan dunia yang menggiurkan tidak mampu membelokkan pikiranNya dan hanya memegang janji yang mengutusNya.

Penderitaan dilaluinya dengan ketaatan kepada kuasa yang lebih besar, lebih berwibawa, dari yang paling berwibawa di dunia ini.
Dia tidak khawatir dihina, dianggap "gagal", melainkan lebih memegang janji yang mengutusnya.

Khawatir, takut, adalah ciri dimana kekuatan kita sendiri, kehebatan kita sendiri menjadi andalan dalam hidup, ketika menghadapi persoalan. Kalau kita tidak yakin bahwa Tuhan menolong kita di masa lalu, maka sama seperti orang Israel, kita juga tidak yakin menyelesaikan masalah kita sekarang dan yang akan datang.

Orang Israel mengeluh ketika menghadapi persoalan, karena mereka tidak yakin bahwa Tuhan itu sama seperti kemaren, sekarang dan sampai selama-lamanya. Padahal. seperti yang dikisahkan dalam Perjanjian Lama, Tuhan tetap memikirkan dan menjaga mereka.

Ketika kita khawatir, takut menghadapi persolan hidup, berarti Dia belum kita yakini hadir dalam hidup kita di masa lalu, dan tidak hadir sekarang dan juga di masa yang akan datang!

Sepanjang hidup, kita dituntut mengundang Dia dalam segala persoalan hidup, itulah ciri orang yang yakin bahwa Dia berkuasa, seperti yang dilakoni Yesus di kayu salib!

Tidak mudah memahaminya, dan tidak akan ada orang yang tamat menghalau kekhawatiran. Mari kita berlatih, berlatih dan berlatih terus untuk tidak khawatir, takut.  (St Jannerson Girsang)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments