Oleh : Irwan Susanto Purba, ST
BERITASIMALUNGUN.COM-Perempuan
Simalungun seperti halnya perempuan Indonesia pada umumnya mendapat perlakuan
yang tidak sama jika dibanding dengan pria pada zaman pra kemerdekaan terutama
akses mengenyam pendidikan.
Perempuan zaman dahulu hanya di identikkan dengan
tiga urusan yaitu dapur, sumur dan kasur. Hanya segelintir perempuan yang bisa
mengenyam pendidikan minimal baca tulis itupun putri bangsawan.
Di Simalungun sendiri
hampir tidak ada terdengar pejuang atau tokoh
perempuan pada zaman dahulu. Di zaman kerajaan – kerajaan simalungun perempuan
banyak dijadikan selir raja – raja, ada kebanggaan tersendiri apabila putrinya
dijadikan selir oleh raja.
Orang tua zaman dahulu menghimbau anak perempuannya
agar tidak perlu sekolah karena toh akan dikawinkan dengan pria lain, sehingga
banyak perempuan yang menikah di usia dini atau belasan tahun.
Sering terdengar
ucapan dari orangtua kepada putrinya “ Lang pala marsikolah ho boru, na laho
bani halak do holi” (Gak usalah kau sekolah putriku, sama orangnya nanti kau).
Begitu juga dalam
adat-istiadat Simalungun, perempuan dan laki-laki diperlakukan secara berbeda.
Dari kaca mata para aktivis pejuang hak-hak perempuan, maka kondisi perempuan
simalungun sungguh mengenaskan.
Perempuan seperti barang yang dapat
diperjual-belikan. Perempuan tidak punya kesempatan yang sama dengan
laki-laki dalam kancah adat. Begitu juga dengan urusan warisan perempuan
Simalungun di zaman dahulu juga tidak mendapat apa – apa padahal yang lebih
berperan dalam mengurus keluarga atau orang tua adalah perempuan.
Seiring
berjalannya waktu dan berkat emansipasi wanita yang didengung dengungkan oleh
R. A Kartini, perempuan mulai sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai
bekal membentuk keluarga karena dibalik pria yang sukses ada seorang perempuan
hebat.
Ilmu memang hak dasar yang tidak boleh dihilangkan karena satu
masyarakat tidak akan maju tanpa ilmu pengetahuan. Kartini berhasil merubah
paradigma bahwa perempuan tidak begitu penting akan pendidikan, sekarang
perempuan sudah banyak yang mengenyam pendidikan tinggi, perempuan sudah banyak
diberbagai profesi walaupun profesi yang tak lazim bagi perempuan.
Begitu
halnya perempuan simalungun zaman sekarang sudah banyak berkecimpung diberbagai
bidang semisal pemerintahan, akademisi, pengusaha, TNI/Polri, dll.
Dibidang
adat istiadat perempuan Simalungun juga sudah dihormati sesuai dengan tata
aturannya, dalam hak warisan perempuan Simalungun juga sudah banyak
dipertimbangkan oleh keluarga karena sesungguhnya perempuan juga berhak
mendapatkannya.
Inilah buah manis perjuangan emansipasi wanita
oleh R.A Kartini, Meskipun terkadang persoalan kekerasan, trafficking, pelecehan seksual,
dominasi laki-laki atas perempuan masih akan kita temui pada era masa kini yang
menjadi perhatian kita semua.
Himpunan
Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) sebagai salah satu organisasi
intelektual kaum muda Simalungun selalu memberikan ruang kepada pemudi –pemudi
Simalungun untuk mengembangkan dirinya sehingga tercipta Kartini – Kartini muda
Simalungun yang tangguh dan siap berkompetisi di segala bidang dengan tetap
memegang teguh nilai – nilai budaya Simalungun, karena ilmu harus dibarengi
dengan budaya.
Tetapi dari
semua itu perempuan tetaplah harus menjadi perempuan yang sudah di kodratkan
oleh sang pencipta. Sehebat apapun perempuan, setinggi apapun pendidikan dan
profesinya haruslah tetap menjadikan pria sebagai pimpinan di keluarganya.
Perempuan dan Pria haruslah memahami betul Tupoksi masing – masing.
Selamat Hari
Kartini ….(Penulis adalah Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus
Pusat Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (DPP HIMAPSI)
0 Comments