Ilustrasi/Himpunan Masyarakat Simalungun Indonesia. |
BERITASIMALUNGUN.COM-"Kita tidak bisa sama, tetapi kita bisa bersama," (Pdt Bambang Nooersena). Suku yang satu tidak mungkin sama dengan suku yang lain, agama yang satu tidak mungkin bisa sama dengan agama yang lain.
"Dan jangan pernah disama-samakan" kata Bambang. Masalahnya, ketika kita tidak bisa sama, untuk bersamapun kita tidak mau, apalagi tidak bisa.
Sampai bumi ini hancur, kita tidak mungkin sama. Apakah kita tidak bisa
bersama, harus berpisah, apalagi sampai bermusuhan karena tidak sama,
masih menunggu hingga dunia ini kiamat?
Begitu indahnya semboyan
bangsa kita, Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun kita berbeda-beda tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Hukum tertinggi umat Kristen mengatakan: "Kasihilah Allahmu dengan
segenap hatimu, dan kasihilah Tuhan Allahmu seperti dirimu sendiri".
Walaupun kita tidak sama, kita harus bisa bersama. Jangan menganggap dirinya paling...paling benar, paling hebat, paling
jujur, paling bersih, dan paling semuanya. Ajaran agama semua
mengajarkan agar mereka seperti itu.
Tetapi orangnya? Untuk bersama-sama saja sulit. Padahal, untuk menjadikan negerinya bebas korupsipun tidak bisa. Hanya
semboyan yang membuat orang lain iri, bukan menginspirasi.
Bagaimana persatuan bisa tercipta, kalau kemana-mana, kita berpisah,
tidak bersama? Kalau yang satu dengan yang lain hanya menonjolkan
keunggulannya, dan merendahkan yang lain?
Bagaimana kasih itu bisa dijalankan, kalau kita masih memahami, bahwa tidak sama, tidak bisa bersama-sama. Mari kita renungkan: "Tidak sama, bukan berarti kita tidak boleh, apalagi tidak bisa bersama!:" (St Jannerson Girsang)
0 Comments