 |
Beginilah Situasi Ikan Mati Ratusan Ton di Keramba Jaring Apung di Haranggaol. Foto Hasudungan Siallagan. |
 |
Beginilah Situasi Ikan Mati Ratusan Ton di Keramba Jaring Apung di Haranggaol. Foto Hasudungan Siallagan. |
|
 |
Beginilah Situasi Ikan Mati Ratusan Ton di Keramba Jaring Apung di Haranggaol. Foto Hasudungan Siallagan. |
|
 |
Beginilah Situasi Ikan Mati Ratusan Ton di Keramba Jaring Apung di Haranggaol. Foto Hasudungan Siallagan. |
|
 |
Beginilah Situasi Ikan Mati Ratusan Ton di Keramba Jaring Apung di Haranggaol. Foto Hasudungan Siallagan. |
|
BERITASIMALUNGUN.COM-Haranggaol-"Turut prihatin atas kejadian ini yang menimpa petani Keramba Jaring Apung (KJA) di Bandar Purba, Kecamatan Haranggaol. Sedikitnya 320 ton ikan telah jadi bangkai. Berikut ini Foto dari FB Hasudungan Siallagan , salah satu petani keramba yang mengalami kejadian ini.
"Hasil
analisa laboratorium pabrik pakan, matinya ikan di dalam keramba karena oksigen drop dan perubahan cuaca.
Napasti terjadima upwelling yang bawah naik keatas. Mungkin dibawah doma
tertumpuk bahan otganik/amoniak jadi keracunan ma. Kondisi lapangan
memang masih lokasi Bandar Saribu yang kena. Lokasi on memang agak padat
keramba dan selalu kurang pergerakan arus," tulis ,
warga Haranggaol.
"Satu pernyataan Prof Dr.Drs. Krismono, MS yang saya dengar kembali dari
hasil rekaman saya adalah bahwa kehadiran KJA di Haranggaol berdasarkan
penelitian dan pengamatannya belum ada menunjukkan effek yang berarti buat
lingkungan. Beda dengan koar-koar yang merasa dirinya pecinta
lingkungan. Yang asal ngomong tanpa dasar penelitian yang menggiring opini
masyarakat berpandangan jelek kepada petani KJA. Harus Camkan itu..!!!!," sebut Rikson Saragih di akun Media Sosialnya (FB).
"Ada
teori yang mengatakan bahwa disekitar keramba tersebut telah berkembang
bakteri yang mengisap oksigen dari air. Ditambah sesaknya keramba oleh
ikan maka pasokan oksigen di dalam keramba tidak mencukupi lagi.
Ikan di
luar keramba tidak mati. Jadi ikan-ikan itu
mati bukan karena ada penyakit atau virus yang menyerang, tapi hanya
karena kekurangan oksigen. Tidak semua ikan di Haranggaol mati karena
adanya arus air di bawah permukaan yang tak merata.
Bakteri berkembang karena ada sisa pakan untuk kehidupannya. Air
hujan tak mungkin bisa mengobok-obok Danau Toba karena Danau Toba
sepuluh kali lipat kedalamannya dari Selat Sunda atau Selat Sumatera.
Kurangnya pasokan oksigen selain karena berkembangnya bakteri mungkin
karena arusair danau saat itu tidak cukup untuk membawa air segar
beroksigen normal, " tulis .
"Pemilik
keramba jaring apung Danau Toba tak terkecuali Haranggaol dan
sekitarnya tidak bersahabat dengan alam Danau Toba. Mereka tak mau mengerti
alam Danau Toba. Mereka hanya tau Danau Toba berproduksi ikan
sebanyak-banyaknya tanpa peduli alam. Mereka paksa Danau Toba terus dan terus berproduksi ikan.
Kejadian yang sekarang ini bukanlah yang
pertama. Tapi sudah kesekian kalinya. Kejadian ini adalah sebab akibat.
Tuhan itu telah menunjukkan murkanya pada pemilik keramba dan menyatakan
kebesaranNya pada kita semua. Serta membuktikan pada kita semua akan betapa
besarnya kuasaNya atas segala yang ada di bumi termasuk Haranggaol," tulis . (Lee)
0 Comments