RUANG PENJEMURAN - Seorang pria sedang menyusun bawang merah di ruang penjemuran milik Rikson Saragih. SuaraTani.com - ist |
BeritaSimalungun.com, Medan-Petani bawang merah di Kelurahan Haranggaol Kecamatan
Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, boleh berlega hati. Sebab,
Perwakilan Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar melalui Program Sosial
Bank Indonesia (PSBI) memberikan gudang pascapanen untuk penyimpanan
bawang merah.
Gudang berukuran berkisar 4×9 meter persegi itu diserahkan Perwakilan
BI Pematangsiantar, Senin (3/10) kepada Pemkab Simalungun melalui dinas
terkait sebagai asset Pemkab Simalungun.
Konsultan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kantor
Perwakilan BI Pematangsiantar Adi Handoyo mengatakan, penyerahan gudang
pascapanen ini diharapkan dapat membantu petani bawang terutama
petani-petani binaan BI selama ini dalam menyimpan dan meningkatkan
kualitas bawang yang dihasilkannya.
“Biasanya begitu panen, petani langsung menjual bawangnya ke agen.
Itu membuat daya tawar petani bawang kita menjadi lemah. Agen jadi
penentu harga bawang yang dihasilkan petani,” kata Adi ketika dihubungi
SuaraTani.com, Selasa (4/10).
Selain itu, penyimpanan yang tidak benar disaat panen akan
menyebabkan kualitas bawang rusak. “Kalau hanya ditempatkan atau
ditumpuk begitu saja bawang akan cepat rusak karena petani tidak
memiliki tempat penyimpanan. Begitu juga dengan tempat penjemurannya.
Inilah nantinya yang membuat harga agak riskan,” kata Adi.
Penyimpanan maupun penjemuran bawang merah menurut Adi, membutuhkan
tempat yang layak. Alasan-alasan inilah yang kemudian membuat Perwakilan
BI Pematangsiantar membangun gudang pascapanen bawang merah.
Dengan harapan, daya tawar petani meningkat dan kualitas bawang yang
dihasilkanpun menjadi lebih baik. Namun dalam operasional, pihaknya
meminta agar petani bawang yang bernaung dalam kelompok-kelompok tani
membentuk koperasi. Sehingga penjualan bawang dilakukan dalam satu
pintu, yakni koperasi dengan cara lelang tertutup.
Adi mencotohkan, Kelompok Tani A pada hari itu memanen bawang merah
sebanyak 10 ton. Produksi itu ditulis di papan tulis yang telah tersedia
berikut standar mutu yang dihasilkan dan harga yang ditetapkan petani.
“Paling tidak ada empat kriteria yang menjadi acuan dalam penentuan
mutu dan harga bawang, yakni kepadatan fisik, tampilan warna di mana
semakin merah warnanya maka bawangnya semakin bagus. Kemudian, aroma dan
ukuran bawang. Semua ini dicantumkan di papan tulis sehingga agen
mengetahui,” kata dia.
Bagi agen yang berminat dengan bawang milik Kelompok A tadi misalnya,
menuliskan harga dan dimasukan dalam tempat yang telah disediakan.
Hingga waktu penawaran habis maka pengelola koperasilah yang kemudian
menentukan agen mana yang berhak membeli bawang tersebut.
“Jelas, agen dengan penawaran tertinggilah yang berhak membeli bawang
tersebut. Sistem inilah yang kita harapkan dapat dilakukan petani
bawang merah di Haranggaol,” kata Adi.
Dikatakannya, potensi lahan untuk pengembangan bawang merah di
Haranggaol berkisar 350 hektare. Dan, rata-rata tiap bulan luas tanaman
bawang merah yang ditanami berkisar 50 hektare.
Sementara itu, Koordinator Gudang Pascapanen bawang merah Rikson
Saragih mengatakan, sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan
Perwakilan BI Pematangsiantar.
“Rak-rak untuk penjemuran dan penyimpanan
memang belum ada dan itu rencananya akan kami buat sendiri melalui
swadaya petani,” jelas Rikson yang juta tenaga harian lepas tenaga bantu
penyulu pertanian (THL-TBPP) ini.
Rikson juga sangat setuju dengan pembentukan koperasi dalam mendukung
operasional gudang pascapanen tersebut. Karena dengan begitu, penjualan
bawang petani tidak lagi dilakukan dengan sendiri-sendiri tetapi sudah
melalui koperasi.
Begitu juga dengan penetapan harga tidak lagi dilakukan agen seperti
yang dilakukan selama ini tetapi sudah petani sendiri melalui koperasi.
“Saat ini, kami tengah menyusun kepengurusan koperasi sebagaimana yang
diharapkan pihak BI. Mudah-mudahan dalam tahun ini, koperasi itu sudah
terbentuk,” kata dia.
Mengenai harga jual bawang merah, Rikson mengatakan, ada penurunan
dibanding seminggu yang lalu. “Harga di pekanan (pasar-red) kemarin
dijual hanya Rp 19.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 23.000 per
kilogram,” ujarnya. * (Nita Sianturi/Suaratani.com)
0 Comments