Info Terkini

10/recent/ticker-posts

RS Bethesda Saribudolok Kembali Beroperasi

BeritaSimalungun.com, Saribudolok-Rumah Sakit Bethesda Saribudolok, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara kembali beroperasi setelah lama vakum. Peresmian operasional Rumah Sakit Bethesda Saribudolok itu dilaksanakan Senin (1/5/2017). 

Sementara Rikanson Jutamardi Purba mengatakan, BANYAK di antara kita yang dulu bangga sekali pakai Blackberry. Selain karena produk RIM Kanada ini punya push-messaging system untuk keperluan bisnis semudah kirim pesan seperti sekarang, BB juga menaikkan gengsi pemakainya.

Tapi begitulah, BB dan sebelumnya NOKIA- sudah tenggelam setelah munculnya smartphone Android. Bahkan, Android produk China pula. Sudah jauh lebih murah, fiturnya lebih lengkap lagi.

BB & NOKIA yang sempat terlena, kaget setengah mati. "Kayaknya, tak ada yang salah yang kami lakukan, tapi kok kami kelibas sama henpon2 Android yang laris-manis kayak kacang goreng itu?" Kira-kira  begitulah gerundel mereka.

Tak ada yang salah memang, tapi bisnis terutama yang berbasis teknologi tak bisa lagi lengah. Perubahan begitu cepat dan yiba-tiba kita kaget dengan sesuatu yang baru atau tuntutan bisnis baru. Tak bisa lagi sekadar berpikir linear, melainkan harus eksponensial.

Pada tanggal 1 Mei 2017 kemarin, RS Bethesda GKPS Saribudolog sudah dibuka kembali. Pengguntingan pita telah dilakukan Bupati Simalungun, JR Saragih didampingi Dr Sortaman Saragih Sh MARS. Harapan kembali membuncah.

Tapi, yang hendak dikatakan disini adalah soal bagaimana ke depan pengelolaan RS Bethesda Saribudolok tersebut. Tetapkah berpola linear? Tetapkah hanya mengacu kepada kolam penyembuh bernama Bethesda itu, yang jika berendam di sana saja, si orang sakit bisa langsung sembuh?

Ada beberapa yang terlintas dalam pikiran:

Saya memahami apa yang dikatakan Darwin Raja Unggul Munthe sebagai "disruptive mindset" itu, mungkin sangat perlu diterapkan. Lebih sederhananya, jika kita sering menyatakan ungkapan "mari membuka lembaran baru", istilah itu kami ubah jadi "mari memulai BUKU baru". Sak buku-bukunya harus diganti.

Dengan subsidi silang, RS tersebut harus harus pula menerima pasien BPJS. SIMRS-nya pun harus lumayanlah (spt "Silverlight"), tak cukup manual lagi. Ngomong-ngomong paling tidak, harus ada tiga dokter spesialis: OG, bedah dan penyakit dalam.

Saya menerjemahkan socio-preneurship seperti ini: operasionalnya kapitalis, tapi bagi dividennya sosialis. Kalau tidak untung, bagamana dia sinambung? Aspek diakonisnya ada dalam layanan/service. (Lee). Foto Darma Purba.



Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments