Info Terkini

10/recent/ticker-posts

"Doa Keprihatinan Suku Simalungun” Senin Aksi Kumpul di DPRD Pematangsiantar

Sanggar Rayantara.FB
BeritaSimalungun-Banyak Potensi Kaum Muda Simalungun di Kota Pematangsiantar. Sejak tahun 2011, kaum muda Simalungun sudah banyak mewarnai Kota Siantar dengan ragam Budaya Simalungun. Salah satunya demonstrasi bagaimana tata rias pakaian adat dan kostum adat Simalungun. Setidaknya itu diungkapkan Sultan Saragih, seorang Aktivis Penggiat Seni Budaya Simalungun (Sanggar Rayantara). 

Menurutnya ragam Budaya Simalungun lainnya yakni menggelar kegiatan tahun berikutnya dengan tenun Hiou Simalungun, Fotografi Museum Simalungun, Dihar dan Tor Tor, Toping Toping Huda Huda, Inggou, Urdo Urdo, Taur Taur. Kemudian lomba menggambar Museum Simalungun, pertunjukan teater Simalungun, diskusi budaya, seminar adat, pameran kerajinan, Dayok Na Binatur kuliner makanan tradisional dan banyak unsur budaya lainnya.


“Inilah yang disebut budaya tuan rumah kota Siantar, Simalungun dimana kini sudah tidak diperlihatkan KEMBALI pada HUT KOTA SIANTAR. Akankah mengalami nasib yang sama SETIAP tahunnya? Dimana peran, martabat dan kedudukan Simada Talun ? Mari terus TURUN ke jalan, tegakkan kembali identitas BUDAYA Simalungun, generasi kaum pendahulu yang membuka sejarah peradaban hingga awal terbentuknya kota Siantar. #Mari merapatkan barisan dalam "Doa keprihatinan Suku Simalungun" Aksi puncak Gerakan Kebangkitan Simalungun Bersatu, Senin 7 Mei 2018 Gedung DPRD, Pukul 08.00 WIB, titik kumpul Lapangan Adam Malik Pematangsiantar,” tulis Sultan Saragih.

Kronologis Singkat Permasalahan

Sementara menurut Jan Wiserdo Saragih, ada 8 poin penyebab munculnya perlawanan “Gerakan Kebangkitan Kebangkitan Simalungun Bersatu”.

1. Tak pernah dan tak ada sekalipun Pemko Siantar menyampaikan, mengusulkan dan mensosialisasikan Pematangsiantar bagian dari program Kota Pusaka dan tak ada satu keputusan hukum apa pun yang menetapkan Pematangsiantar sebagi kota pusaka.

2. Untuk HUT Pematangsiantar, Pemko Siantar membuat Festival Kota Pusaka dan membuat gambar untuk spanduk, brosur dll yakni gambar rumah adat Simalungun ukuran kecil yang identik dengan " jabu Utte Jungga "  yang sudah terbakar bulan Mei 2017 di Purba dan di kelilingi tujuh adat budaya lain tanpa ada adat dan budaya Simalungun.

3. Pemko Siantar menjadikan kata "Pusaka" sebagai pintu masuk membuat Suku Simalungun jadi pusaka terlihat jelas dari gambar  tersebut.

4. Rumah adat yang kecil dan sudah terbakar tersebut di kelilingi tujuh adat budaya daerah lain  sama sekali tidak ada menampilkan adat budaya suku Simalungun. Jika memang ada niat menghargai suku Simalungun , di tengah kota Pematangsiantar ada rumah adat yang masih berdiri kokoh dan lebih besar, mengapa bukan itu yang di tampilkan ?

5. Dari gambar tersebut berarti bahwa Suku Simalungun dianggap sudah tidak ada lagi , sudah tinggal pusaka. Yang ada saat ini hanya rumah adatnya yang sudah terbakar dan tidak ada lagi adat budaya Simalungun. Yang ada di Pematangsiantar saat ini adalah tujuh adat budaya daerah lain yang telah menggusur adat budaya Simalungun.

6. Ternyata niat membuat Simalungun jadi pusaka di kerjakan hampir di semua lini seperti :

a. Untuk ketua panitia HUT Siantar bukan Partuha Maujana, bukan IKEIS, bukan Ihutan Bolon Damanik bukan juga Himapsi tapi justru seorang pemuda lajang yang bukan Simalungun , dan pasti tak faham Hasimalungunon di Pematangsiantar.

a. Ada pengangkatan Direksi Perusahaan Daerah 10 orang hanya 1 Simalungun, Dirut RSU Djasamen Saragih bukan Simalungun , walaupun SDM Simalungun di posisi yang dibutuhkan tersebut banyak bahkan lebih.

c. Setelah Walikota , Wakil Walikota, Ketua DPRD , ketua KPUD, Direksi BUMD, Dirut RSUD tak satupun Simalungun, saat pengangkatan sekda pun tetap tak Simalungun tapi justru mendatangkan dari daerah lain padahal ada  Simalungun yang kepangkatan dan golongannya lebih tinggi dari yang bukan Simalungun tersebut.

d.Tugu Sangnaualuh sudah peletakan batu pertama , tapi sudah hampir 10 tahun yang ada hanya tugu kepala ukuran 50 cm.

e. Ketua Panitia MTQ bukan IKEIS, ketua panita Oikumene dan Paskah bukan GKPS.

f. Saat penyambutan kedatangan Presiden dan Oikumene hiou yang dikenakan bukan hiou Simalungun , perlombaan  lagu daerah antar sekolah  yang dipertandingkan bukan lagu daerah Simalungun.

g. Gapura , ornamen dan tulisan  Sapangambei Manoktok Hitei yang sebelumnya ada di kantor-kantor dan sekolah sudah mulai tak terlihat lagi.

h. Sebelumnya seluruh sekolah SD dan SMP telah mempelajari muatan lokal bahasa Simalungun, tapi saat ini sudah lebih banyak yang tidak mengajarkan nya lagi.

7. Simalungun selama ini luar biasa toleran, walaupun Walikota, wakil walikota, Sekda, ketua DPRD , ketua KPUD , Direksi dan pengawas BUMD tidak ada Simalungun tapi Simalungun tidak marah, tidak ribut dan tidak berontak.

8.Walaupun Kepala Dinas, Asisten , kepala bagian, kepala badan , kepala bidang , camat , lurah , kepala sekolah SMP dan kepala sekolah SD minim sekali Simalungun tapi selama ini  Simalungun tak marah dan tak pernah protes. (BS-Lee)
 

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments