Beritasimalungun-Tradisi angkutan umum di Kabupaten Simalungun memang unik dari daerah lain di Indonesia. Sudah puluhan tahun, tradisi penumpang angkutan umum naik di atas mobil dengan mengabaikan keselamatan jiwa sudah jadi keseharian. Bahkan Polisi Lalulintas (Polres Simalungun) sengaja menutup mata terhadap tradisi mengancam keselamatan penumpang ini.
Pada Kamis 20 Juni 2019 sekira Pukul 10.30 WIB, Saya melintas naik bus di jalan lintas Saribudolok-Sirpang Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Dari dalam bus yang saya tumpangi, melihat sejumlah anak sekolah naik di atas Angkutan Desa dengan mengabaikan keselamatan.
“Naik di atas angkutan desa sudah biasa di sini bang. Bahkan polisipun tak melarangnya. Supir angkutan desa bahkan menyuruh anak sekolah itu naik ke atas mobil sehingga bisa penumpang dewasa masuk. Ini tradisi unik yang berbahaya di Kabupaten Simalungun selama puluhan tahun,” ujar Sarudin, warga Hinalang, Simalungun kepada Penulis, Kamis (20/6/2019).
Tak hanya di lintasan jalan Provinsi Pematangsiantar-Saribudolok-Kabanjahe, Karo, penumpang yang mayoritas laki-laki usia remaja naik di atas mobil dengan mengabaikan keselamatan.
Hal serupa juga terjadi pada angkutan Pematangsiantar-Tigaras, Kabupaten Simalungun. Dengan kondisi jalan yang rusak sepanjang Simpang Raya-Tigaras, ternyata tak membuat penumpang laki-laki remaja takut naik di atas angkutan desa.
Pada Sabtu 22 Juni 2019 Pukul 15.30 WIB, Saya secara kasat mata melihat penumpang angkutan desa naik di atas mobil. Bahkan sopir angkutan desa itu menyuruh penumpang remaja laki-laki naik ke atas mobil meski mereka tetap bayar ongkos penuh.
“Kalau ada remaja pria, pasti sopir menyuruhnya naik ke atas mobil. Sehingga penumpang lain yang dewasa bida duduk di dalam mobil. Ini sudah tradisi negative di Simalungun ini, bahkan Polisipun tak melarangnya. Penumpang naik di atas mobil sudah tradisi di Simalungun, meski membahayakan penumpang,” ujar R Purba Sigumonrong, warga Sipoldas, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun kepada Penulis saat menunggu 1 jam mobil angkutan menuju Sipoldas di Simpang Raya, Sabtu (22/6/2019).
Seorang supir angkutan desa Jurusan Tigaras menawarkan saya untuk naik di atas Mobil menuju Sipoldas, kampong mertua Saya. “Maaf bang, saya tak berani naik di atas, bahaya bagi saya,” ujar Saya kepada supir itu.
Setelah menunggu 1 jam lebih, R Purba menyuruh seorang Pemuda marga Bakkara dari Desa Sipoldas bersedia mengantarkan saya ke Sipoldas. Dalam waktu perjalanan 15 menit, saya tiba di Sipoldas.
Kemudian, Saya juga melihat banyak mobil angkutan desa yang melintas di Sipoldas hingga Pematangsiantar mengangkut sayur kol di atas mobil. Angkuatan desa banyak dimanfaatkan warga membawa hasil panen pertaniannya dengan menggunakan angkutan desa dan diletakkan di atas mobil. Tradisi Angkutan Umum di Simalungun, Memang Nyawa Penumpang Seharga Sayur Kol.(Asenk Lee Saragih)
Angkutan Desa CAS (Citra Anak Simalungun) Jurusan Pematangsiantar-Tigaras saat parkir bermuatan sayur kol di Parluasan Pematangsiantar, Minggu 23 Juni 2019. Foto Asenk Lee Saragih |
Angkutan Desa CAS (Citra Anak Simalungun) Jurusan Pematangsiantar-Tigaras saat parkir bermuatan sayur kol di Parluasan Pematangsiantar, Minggu 23 Juni 2019. Foto Asenk Lee Saragih |
0 Comments