Jakarta, BS-Vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, Inggris, mencatat sejumlah terobosan yang sejauh ini dinilai paling konkret, setelah dilewatinya tahap uji klinis 1 dan 2.
Menurut rilis pemerintah Inggris yang diteruskan Kedutaan Inggris di Jakarta, ada sejumlah bukti nyata yang diraih dalam uji klinis tersebut.
Pertama, vaksin itu mampu memicu sistem respon kekebalan tubuh yang mantap dari 100% objek uji coba setelah diberikan dua dosis. Bahkan, 90% dari mereka sudah menghasilkan antibodi pada dosis pertama.
Kedua, tidak ada masalah kesehatan lain yang timbul sepanjang uji coba.
Ketiga, vaksin ini berhasil mengaktifkan dua sisi sistem kekebalan sekaligus. Vaksin tersebut memicu produksi sel darah putih dalam 14 hari dilakukannya vaksinasi, dan juga antibodi dalam waktu 28 hari.
Saat ini, tahap 3 uji klinis yang melibatkan anak-anak dan kelompok usia lain sudah dimulai di sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat, Brasil, dan Afrika Selatan.
Mitra produsen vaksin tersebut, perusahaan farmasi AstraZeneca, menyampaikan optimisme khasiat vaksin ini dan sudah menerima komitmen pasokan lebih dari 2 miliar dosis untuk Inggris, AS, Eropa, India, dan sejumlah organisasi global.
Pemerintah Inggris telah menginvestasikan £ 84 juta untuk pengembangan vaksin virus corona. Namun, disebutkan tidak semua investasi ini diarahkan ke satu produsen saja, dan tetap membuka pintu untuk vaksin-vaksin lain yang menjanjikan sebagai tindakan berjaga-jaga.
Dalam istilah pemerintah Inggris, seperti dikutip kedutaan, pemerintah tidak “menaruh semua telur di satu keranjang”.
Sebagai contoh, pemerintah Inggris juga bermitra dengan perusahaan farmasi dan produsen vaksin BioNTech/Pfizer dan Valneva untuk mengembangkan vaksin corona secara terpisah.
Untuk Siapa Saja
“Berita menggembirakan dari Oxford pekan ini berbarengan dengan pengumuman beruntun dari mereka yang menggarap vaksin di Indonesia mungkin bisa dianggap sebagai momen ketika ombak akhirnya berbalik arah,” kata Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia Rob Fenn.
“Masih terlalu dini untuk mendeklarasikan kemenangan memang, tetapi Universitas Oxford dihuni oleh para peneliti hebat dari berbagai belahan dunia, dan AstraZeneca sedang menggarap rencana untuk memproduksi vaksin ini secara massal. Apakah memang vaksin ini yang akan membuat perbedaan, atau vaksin lain, Inggris dan Indonesia tetap menekankan pentingnya keberadaan vaksin yang terjangkau dan bisa diakses oleh siapa pun,” tegasnya.
Hasil uji klinis vaksin buatan Oxford ini sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah The Lancet. Disebutkan bahwa vaksin ini memicu repson sel T (sel darah putih) dalam tempo 14 hari untuk menyerang sel yang terinfeksi Covid-19.
Kemudian dalam periode 28 hari muncul antibodi yang bisa menetralkan virus sehingga tidak bisa menginfeksi sel-sel lainnya ketika pasien pertama kali terinfeksi.
Selama penelitian, para partisipan yang diberi vaksin terdeteksi memunculkan antibodi yang penting sebagai proteksi.
Disebutkan dalam jurnal tersebut bahwa darah dalam 100% partisipan menunjukkan aktivitas menetralisir virus corona. Tahap selanjutnya adalah memastikan bahwa vaksin ini benar bisa efektif melindungi pengguna dari infeksi SARS-CoV-2, nama resmi virus tersebut.
“Meskipun masih banyak yang perlu dilakukan, data hari ini meningkatkan rasa percaya diri kami bahwa vaksin ini akan manjur dan memungkinkan kami melanjutkan rencana produksi vaksin yang bisa diakses secara luas dan setara di seluruh dunia,” kata Mene Pangalos, wakil presiden riset dan pengembangan biofarmasi di AstraZeneca.
Vaksin Covid-19 Biofarma dari Tiongkok dalam Persiapan Uji Klinis Tahap Ketiga
Pemerintah sedang mempersiapkan uji klinis vaksin corona atau Covid-19 tahap ketiga. Ditargetkan uji klinis ini bisa selesai pada Januari 2021.
Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan uji klinis tahap ketiga merupakan tahap yang paling penting. Bahkan dapat berarti Pemerintah Indonesia sudah berhasil menemukan dan memproduksi vaksin corona.
“Tadi kita telah temui Bapak Presiden. Jadi sekarang ini, kita akan melakukan uji klinis fase tiga, tahap ketiga. Jadi ini tahap yang paling penting dan sudah tahap lanjut. Artinya, sudah hampir kita sampai pada menemukan dan produksi vaksin tersebut,” kata Penny Lukito seusai menghadiri ratas dengan Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Karena, lanjutnya, tahapan praklinis vaksin corona sudah dilalui, begitu juga dengan uji klinis fase satu dan dua sudah terlewati. “Sekarang fase tiga. Tadi sudah disampaikan peneliti untuk uji klinis ini,” ujar Penny Lukito.
Setiap tahapan praklinis hingga uji klinis phase tiga, BPOM menjamin protokol dari uji klinis tersebut hingga menghasilkan sebuah vaksin yang valid.
“Kami akan dampingi proses uji klinis ini sehingga nanti ada percepatan dalam pemberian izinnya, izin edarnya,” terang Penny Lukito.
Begitu juga saat nanti Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut, BPOM juga akan mendampingi proses produksi vaksin tersebut.
“Juga secara paralel proses produksi yang akan dilakukan oleh Bio Farma sudah akan kami dampingi dikaitkan dengan fasilitasnya. Sehingga memang nanti pada saat uji klinis selesai, kami memberikan izin edar, segera bisa kita edarkan, sudah didistribusikan. Jadi kami sampaikan terima kasih untuk segala kerja sama yang sudah berjalan ini,” ungkap Penny Lukito.
Ditempat yang sama, Koordinator Uji Klinis Vaksin Virus Corona Prof Kusnandi Rusmil mengatakan pihaknya telah mendapat dukungan dari Presiden Jokowi dalam pelaksanaan uji klinis vaksin fase tiga ini. Bahkan Presiden siap membantu apapun kebutuhan untuk mensukseskan uji klinis tersebut.
“Beliau sangat mendukung uji klinis vaksin ini dan sangat membantu apapun kebutuhannya,” kata Kusnandi Rusmil.
Mendapat dukungan penuh dari Presiden Jokowi, para peneliti merasa optimistis dapat menyelesaikan uji klinis pada Januari 2021.
“Sehingga kami sangat optimis. Kami rencanakan uji klinis ini selesai bulan Januari. Dengan jumlah sampel yang ikut uji klinis ini ada 1.620. Setelah itu selanjutnya akan dilakukan tindakan-tindakan penyuntikan yang akan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan,” jelas Kusnandi Rusmil.
Tahap Pertama, Bio Farma Siap Produksi 40 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari Tiongkok
BUMN Farmasi PT Bio Farma menyatakan kesiapannya untuk memproduksi vaksin corona atau Covid-19. Pada tahap pertama, pada saat vaksin Covid-19 yang didatangkan dari Tiongkok ini lulus uji klinis tahap akhir, maka Bio Farma akan memproduksi 40 juta dosis per tahun.
“Untuk tahap pertama, sesuai target penyelesain uji klinis Januari, pada saat selesai uji klinis dan izin edarnya keluar, kami sudah menargetkan untuk bisa selesai sekitar 40 juta dosis per tahun,” kata Honesti Basyir, Direktur Utama PT Bio Farma seusai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Kemudian tahap selanjutnya, PT Bio Farma akan siap memproduksi 100 juta vaksin per tahun. Bahkan ada rencana untuk meningkatkan jumlah produksi mencapai 250 juta vaksin per tahun.
“Kami dari Bio Farma mendapat tugas untuk memastikan kapasitas produksi vaksin ini bisa dikelola dengan baik. Sampai saat ini kami sudah menyiapkan 100 juta dosis per tahun siap. Kita akan expand menuju 250 juta dosis per tahun,” terang Honesti Basyir.
Diungkapkannya, Bio Farma memang bertanggung jawab terhadap produksi dan distribusi vaksin yang didatangkan dari Tiongkok. Sekarang ini, vaksin tersebut sudah disimpan sesuai ketentuan penyimpan vaksin standar internasional.
“Saatnya nanti pada saat uji klinis sudah dimulai, kita akan berikan kepada tim untuk diberikan vaksinasi kepada sampel sejumlah 1.620 orang,” jelas Honesti Basyir.
Uji klinis akan berlangsung di Bandung, Jawa Barat dan untuk tempat distribusinya nanti, menurut Honesti Basyir, pihaknya akan berkoordinasi dengan tim peneliti dari Universitas Padjajaran.
“Nanti bagaimana distribusinya, karena ini uji klinisnya akan berlangsung di Bandung dan sekitarnya, kita nanti akan berkoordinasi dengan tim peneliti dari Unpad untuk tempat distribusinya,” ungkapnya.
Vaksin Corona Buatan Oxford Dites, Begini Cara Kerjanya
Vaksin virus corona buatan para ilmuwan di Oxford University, Inggris, diuji coba ke manusia untuk pertama kalinya, Kamis (23/4/2020) waktu setempat.
Dua sukarelawan disuntik dengan vaksin tersebut, dan mereka adalah yang pertama dari 800 orang yang direkrut untuk penelitian ini. Setengah dari mereka akan diberi vaksin Covid-19, setengahnya lagi disuntik dengan vaksin meningitis, bukan virus corona.
Para sukarelawan tidak tahu vaksin jenis apa yang mereka terima, tetapi dokter peneliti diberi tahu. Elisa Granato, salah satu sukarelawan yang telah disuntik, adalah juga seorang ilmuwan.
"Saya sendiri seorang ilmuwan, jadi saya ingin mendukung sebuah proses ilmiah kapan pun saya bisa,” kata Granato.
Vaksin ini dikembangkan dalam waktu kurang dari tiga bulan, dipimpin oleh Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Jenner Institute.
"Secara pribadi saya sangat yakin terhadap vaksin ini," kata Gilbert.
"Tentu kami harus mengujinya dulu untuk mendapat data dari dampaknya pada manusia. Kami harus membuktikan vaksin ini memang manjur dan bisa mencegah orang terinfeksi virus corona, sebelum digunakan di populasi yang lebih besar."
Sebelumnya Gilbert mengatakan dia "yakin 80%" vaksinnya akan manjur, tetapi sekarang dia tidak menyebut angka, hanya mengatakan “sangat optimistis” terhadap peluangnya.
Jadi, bagaimana cara kerja vaksin ini?
Vaksin tersebut dibuat dari virus flu biasa (adenovirus) yang sudah dilemahkan dan diambil dari simpanse, kemudian dimodifikasi agar tidak bisa berkembang dalam tubuh manusia.
Tim Oxford sudah lebih dulu mengembangkan vaksin penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS), tipe lain dari virus corona, dengan menggunakan cara yang sama dan sudah menunjukkan hasil menjanjikan dalam uji klinis.
Bagaimana cara mengetahui kemajurannya?
Satu-satunya cara tim itu bisa mengetahui apakah vaksin Covid-19 ini manjur adalah dengan membandingkan jumlah orang yang terinfeksi virus corona di dua kelompok sukarelawan itu dalam beberapa bulan ke depan.
Akan jadi masalah kalau misalnya jumlah kasus di Inggris turun dengan drastis, karena datanya akan tidak memadai.
Profesor Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group yang memimpin uji coba, mengatakan: "Kami sedang berpacu dengan akhir dari gelombang epidemik yang sekarang ini. Jika kami gagal mengejarnya, kami tidak akan bisa mengatakan apakah vaksin ini manjur dalam beberapa bulan ke depan. Namun kami menduga masih akan ada kasus-kasus lagi nantinya karena virus ini belum lenyap."
Dalam uji coba ini, para peneliti vaksin memprioritaskan rekrutmen para petugas kesehatan karena mereka lebih mungkin terpapar virus tersebut dibandingkan kelompok masyarakat yang lain.
Nantinya, akan dilakukan uji coba skala besar dengan melibatkan sekitar 5.000 sukarelawan tanpa batasan usia.
Kelompok usia yang lebih tua cenderung memiliki respon kekebalan yang lebih lemah terhadap vaksin. Para peneliti sedang mengevaluasi apakah mereka mungkin butuh dua dosis suntikan.
Tim Oxford tersebut juga berencana menguji coba vaksin di Afrika, kemungkinan Kenya, di mana tingkat penularan makin meningkat dari jumlah yang semula kecil.
Jika jumlah kasus menjadi masalah, kenapa para sukarelawan itu tidak disuntikkan virus corona saja?
Itu memang akan menjadi cara yang cepat dan pasti untuk mengetahui efektivitas vaksin tersebut, tetapi bukan hal yang etis karena belum ada pengobatan yang terbukti ampuh untuk melawan Covid-19.
Di masa depan, metode seperti itu dimungkinkan.
"Kalau kita sudah sampai pada tahapan di mana penyakit ini sudah ada obatnya dan kita bisa menjamin keselamatan para sukarelawan, itu akan menjadi cara yang bagus untuk menguji sebuah vaksin,” kata Pollard.
Apakah uji coba ini aman?
Para sukarelawan akan dipantau ketat dalam beberapa bulan ke depan. Mereka sudah diberi tahu bahwa kemungkinan sebagian orang akan mengalami nyeri lengan, sakit kepala, atau demam dalam beberapa hari setelah vaksinasi.
Mereka juga diberi tahu bahwa secara teori ada risiko vaksin itu memicu reaksi tubuh yang serius terhadap virus corona, seperti yang terjadi di awal penelitian vaksin penyakit pernapasan severe acute respiratory syndrome (SARS) pada binatang.
Namun, tim Oxford mengatakan berdasarkan data yang ada risiko vaksin ini menghasilkan penyakit lanjutan sangat minimal.
Para ilmuwan di sana berharap sampai September nanti sudah diproduksi 1 juta dosis vaksin ini, dan kemudian ditingkatkan secara dramatis kalau memang terbukti manjur.
Siapa yang pertama mendapat vaksin ini?
Profesor Gilbert mengatakan hal itu belum diputuskan.
"Bukan tugas kami untuk menentukan apa yang terjadi kemudian. Kami hanya berusaha membuat sebuah vaksin yang manjur dan dalam jumlah yang cukup, berikutnya biar orang lain yang memutuskan,” ujarnya.
Profesor Pollard menambahkan: "Kami harus memastikan bahwa dosisnya cukup untuk mereka yang paling membutuhkan, bukan hanya di Inggris, tetapi juga di negara-negara berkembang."
Tim lain di Imperial College London juga mengembangkan vaksin virus corona dan berharap bisa mengujinya pada manusia Juni nanti.
Tim peneliti Oxford dan Imperial telah menerima dana lebih dari £40 juta (Rp 760 miliar) dari pemerintah.
Menteri Kesehatan Matt Hancock memuji dua tim tersebut dan mengatakan Inggris akan "memberikan semua yang kami punya” untuk mengembangkan vaksin.
Erick Thohir Targetkan Vaksin Covid-19 dari Bio Farma Beredar Awal 2021
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan vaksin corona atau Covid-19 akan mulai beredar di Indonesia pada awal tahun 2021. BUMN Farmasi Bio Farma akan mulai memproduksi vaksin corona pada Januari 2021 dengan kapasitas maksimal 250 juta dosis.
Dalam rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini di Istana Merdeka, pembahasan difokuskan kepada ketersediaan vaksin corona. Apalagi ini vaksin ini sudah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia.
“Insyaallah ujungnya ada jalan. Rapat intern ini kita fokuskan kepada mengenai vaksin yang selama ini masyarakat dan media juga menunggu-nunggu,” kata Erick Thohir di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Kendati vaksin ditargetkan mulai diproduksi tahun depan, Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini meminta masyarakat turut membantu dengan tidak melonggarkan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
“Kerja keras kami tidak ada artinya, kalau masyarakat tidak membantu. Karena kita ketahui, bahwa vaksin baru bisa beredar di awal tahun depan. Jadi dari sekarang sampai awal tahun depan, penting sekali disiplin yang ada di masyarakat, yakni jaga jarak, cuci tangan dan pakai masker,” terang Erick Thohir.
Menteri BUMN ini juga meminta masyarakat jangan berasumsi lain bila vaksin sudah dapat diproduksi dan tingkat kesembuhan pasien Covid-19 semakin meningkat. Bahwa, sekarang ini keadaan sudah mulai normal.
“Jangan juga masyarakat berasumsi ketika ada suasana yang sekarang positif, apakah itu vaksin, apakah itu penyembuhan meningkat, sudah waktunya kita hidup normal yang dulu. Bukan,” tegas Erick Thohir.
Karena, meski vaksin sudah ada dan jumlah kasus positif mulai menurun serta tingkat kesembuhan meningkat, bukan berarti ancaman Covid-19 tidak ada lagi. Melainkan virus corona tetap ada, sehingga disiplin protokol kesehatan tetap harus dijalankan.
“Karena disiplin protokol Covid-19 harus dijalankan dan bantu kami semua yang mengerjakan mati-matian demi masyarakat sesuai arahan Bapak Presiden. Vaksin ini kita pastikan akan ada, tapi saya mohon masyarakat juga berdisiplin supaya tadi kita bisa terus mengantisipasi,” ungkap Erick Thohir.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Bio Farma juga akan memastikan untuk memproduksi obat dengan metode terapi kesembuhan.
“Bio Farma juga akan memastikan memproduksi obat untuk terapi kesembuhan, karena ditanya obatnya apa, pasti kan belum ada. Tetapi terapi penyembuhan kita terus lakukan dan insyaallah sesuai dengan komitmen dari pemerintah dan Bapak Presiden, kita akan lakukan hal ini sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat semua,” papar Erick Thohir.
Selain AstraZeneca, Kandidat Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech Menjanjikan
Perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech dan produsen obat Amerika Serikat (AS) Pfizer, Senin (20/7/2020) melaporkan data tambahan uji coba klinis kandidat vaksin Covid-19 menunjukkan hasil yang aman dan memicu respons kekebalan pada pasien.
Saham BioNtech AS naik 12 persen, sementara saham Pfizer naik 3,6 persen pada awal perdagangan di bursa saham AS Wall Street.
Perusahaan mengatakan data menunjukkan induksi tingkat tinggi respon sel T terhadap virus corona. Hasil itu diungkapkan dari uji coba pada 60 relawan sehat di Jerman setelah awal bulan ini perusahaan melaporkan data uji coba tahap awal yang sesuai dengan di Amerika Serikat (AS). Uji coba menunjukkan bahwa relawan yang diberi dua dosis vaksin menghasilkan antibodi penawar virus, mirip dengan uji coba AS.
"Data tersebut tersedia di server pracetak online di medrxiv dan sedang menjalani review ilmiah untuk publikasi," demikian disebutkan perusahaan.
Lebih 150 vaksin sedang dikembangkan dan diuji di seluruh dunia untuk menghentikan pandemi corona. Ada 23 kandidat dalam uji klinis pada manusia, termasuk Moderna.
Begitu halnya bakal vaksin 19 yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca Plc menunjukkan hasil menjanjikan setelah uji klinis melibatkan 1.077 orang. Dari uji klinis tersebut, diketahui 90 persen dari responden menghasilkan antibodi terhadap virus Covid-19 setelah menerima satu dosis vaksin yang diberi nama ChAdOx1 nCoV-19 ini.
Para ahli sebelumya menyebutkan bahwa vaksin yang aman dan efektif akan membutuhkan waktu 12-18 bulan.
0 Comments