Info Terkini

10/recent/ticker-posts

HARI KEDUA: TEL AVIV-HAIFA-TABOR-NAZARETH

Kota Haifa. (Foto: Pdt Defri Judika Purba)

Oleh: Pdt Defri Judika Purba

BS-Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi ketika kami sampai di bandara Ben Gurion, Israel. Perjalanan dari Istanbul menuju Tel Aviv ditempuh dengan waktu dua jam. Saya memandang bandara dari jendela pesawat. Perasaan saya campur aduk. Antara senang dan terharu. Akhirnya kami rombongan sampai di Israel dan akan memulai perjalanan ziarah secara bersama-sama.

Bandara kelihatan sangat ramai dengan berbagai pengunjung dari berbagai negara. Dibandingkan dengan bandara Istanbul, dan bandara KLIA, bandara Ben Gurion tidak terlalu bagus. Bangunannya didominasi batu dengan tinggi menjulang. 

Tidak terlalu ada taman atau lampu-lampu hias. Persamaannya dengan bandara yang lain, toko-toko masih banyak yang tutup. Pengaruh pandemi ternyata berdampak ke seluruh dunia. Saya melihat beberapa rombongan orang Yahudi di bandara. Pakaian, gaya rambut dan sikap mereka kelihatan benar menunjukkan identitasnya. 

Waktu di pesawat guide sudah mengingatkan kami agar selama di bandara tidak mengambil photo atau video. Pengawasannya sangat ketat. Perkataan beliau memang terbukti dengan beberapa lapisan pengawasan. Lapisan terakhir yang paling ketat dengan memakai anjing pelacak. 

Saya sendiri diberhentikan oleh petugas. Anjing pelacak datang mengendus-endus tas yang saya kenakan. Setelah tidak ada ditemukan barang mencurigakan, saya pun berlalu. Beberapa teman ada yang harus diperiksa lebih ketat  lagi.

Setelah selesai dari imigrasi kami pun disambut pihak travel dari Israel. Sudah ada bus yang tersedia. Dengan bus tersebut kami pun menjalani perjalanan dengan keluar dari kota Tel Aviv menuju kota Haifa. 
Indoor Gereja di Tabor.
Ini adalah tempat dimana kisah di dalam perjanjian lama pernah terjadi secara menakjubkan. Sebuah kisah yang sangat terkenal dari zaman kerajaan yaitu keberanian Nabi Elia melawan 450 nabi baal. 

Seperti kita ketahui bersama, saat itu bangsa Israel di bawah pemerintahan raja Ahab berjalan jauh membelakangi perintah Tuhan. Bangsa Israel menyembah baal yang dimotori oleh istri raja, Izebel.  

Singkat cerita, nabi Elia menguji kepercayaan Raja Ahab dan umat Israel dengan cara menantang seluruh nabi baal untuk berkumpul di lembah Karmel. Ini terjadi setelah hukuman Tuhan melalui kemarau panjang terjadi di tengah-tengah mereka. 

Pada saat semua nabi baal berkumpul di lembah karmel bersama raja Ahab dan seluruh rakyat Israel maka kesepakatan pun dibuat oleh nabi Elia. Kesepakatan pertama: Rombongan nabi baal akan diberikan satu ekor lembu dan Nabi Elia juga diberi seekor lembu. 

Mereka akan  mengorbankan lembu itu kepada yang mereka percayai. Kesepakatan kedua: tidak boleh memakai api untuk membakar korban, biarlah api itu diperoleh dari kuasa yang mereka sembah. Kesepakatan ketiga; rombongan nabi baal yang terlebih dahulu melakukan ritual baru kemudian nabi Elia. Raja dan rakyat menjadi saksi di tempat tersebut, siapakah yang paling berkuasa.

Setelah ritual dilaksanakan, nyata benar rombongan nabi baal tidak dapat membuktikan kuasa baal yang mereka sembah. Walau mereka berteriak bahkan  menoreh-noreh tubuh mereka dengan pedang dan tombak usaha mereka tidak berhasil. Nama baal dipanggil mulai pagi sampai petang tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab dan tidak ada perhatian. Para nabi baal itupun bahkan menjadi kerasukan. 

Berbeda dengan nabi Elia. Setelah memperbaiki  Mezbah Tuhan yang telah runtuh dan mengambil dua belas batu, Elia malah menggali parit di sekeliling Mezbah dan meminta rakyat untuk mengisi parit itu dengan air sehingga air mengalir disekeliling Mezah itu. 

Setelah itu nabi Elia berdoa waktu mengorbankan korban petang. Luar biasa. Api yang dari Tuhan turun menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu, tanah bahkan air yang di dalam parit pun habis.  Kejadian ini membuat rakyat Israel menjadi percaya dan mengaku: “Tuhan, dialah Allah. 

Tuhan dialah Allah”. Nabi Elia pun meminta rakyat untuk menangkap semua nabi Baal dan membawanya ke sungai Kison. Di sungai tersebut, semua nabi baal disembelih oleh nabi Elia. Segala sesuatu yang mencoba menjauhkan umat dari perintah Tuhan harus disingkirkan.

Saat ini gunung karmel sudah berkembang menjadi kota  pelabuhan  di pesisir laut Meditarenia. Pelabuhan laut pertama di Palestina dan gerbang menuju Irak, suriah dan Yordania dari laut Meditarenia . Kota Haifa saat ini memiliki penduduk + 300.000 dan secara demografi wilayah bersifat kosmopolitan (arab Islam; Kristen Maronit). Di kota ini ada Industri pengolahan baja, pengolahan makanan, pembuatan kapal, produksi bahan kimia, tekstil dan semen.

Kami pun meninggalkan kota Haifa dengan ingatan akan keberanian Nabi Elia yang berani menghadapi ancaman dalam hidupnya dengan mengandalkan kuasa Tuhan Israel.

Perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi gunung Tabor yang terletak di bagian selatan Galilea. Gunung Tabor ini diyakini sebagai tempat dimana Yesus bertemu dengan Musa dan Elia seperti yang dicatat di dalam Kitab Injil Luk. 9:28-36; Mat.17:1-8; Mrk.9:2-8.  

Penulis Injil sebenarnya tidak menyebut nama gunung ini. Penulis Injil hanya menyebut gunung yang tinggi. Dibandingkan dengan gunung yang lain ditarik kesimpulan gunung Taborlah yang paling tinggi. Maka, diyakini dan dipercayai inilah gunung yang disebut oleh penulis Injil.

 Gunung ini dalam konteks istilah Theologia disebut juga “gunung Transfigurasi”, artinya gunung yang mentransfigurasikan/ menggambarkan kejadian yang akan dialami oleh Yesus. Kehadiran Musa dan Elia yang berbicara dengan Yesus menurut penulis Lukas adalah membicarakan tujuan kepergian Yesus yang harus digenapi di Yerusalem. 
Gunung Karmel.
Artinya, kemuliaan itu dicapai hanya dengan satu cara yaitu menerima dan menempuh penderitaan. Tidak ada cara yang lain. Cara yang diminta oleh para murid yang diwakili Petrus bukanlah cara yang dikehendaki oleh Tuhan. 

Petrus  yang mewakili  Yohannes dan Yakobus, meminta agar diperkenankan mendirikan tiga kemah yang diperuntukkan untuk Musa, Elia dan Tuhan sendiri. Petrus ingin berlama-lama menikmati suasana yang berbahagia tersebut. Permintaan Petrus pun ditolak.

 Penulis Injil memang menyebut Petrus tidak mengetahui apa yang dia minta. Tapi kita yang membaca kisah ini tentu sudah tahu apa arti dan tujuan  kisah ini diceritakan yaitu: tidak ada kemuliaan sejati  tanpa penderitaan. Penderitaan adalah pintu untuk menuju kemuliaan. Jangan tolak penderitaan, apalagi penderitaan karena nama-Nya. 

Setelah mengunjungi gunung Tabor, rombongan pun menuju kota Nazareth. . Di tempat inilah kami bermalam. Selesai sudah perjalanan kami hari ini. Besok akan dilanjutkan kembali dengan mengunjungi danau Galilea, Kapernaum, Bukit Sabda Bahagia, Tabgha, gereja St. Petrus Prima dan Sungai Yordan (yardenit). Tuhan memberkati. Tiberias, 31 Mei 2022. (***)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments