Cerita Pelayanan Dari Borneo. |
Oleh: Pdt Defri Judika Purba
Pontianak, BS-Hari ini Rabu 5 Oktober 2022, genap sudah satu bulan kami tinggal dan melayani di GKPS Resort Kalimantan Barat, Pontianak. Kami berangkat dari GKPS Resort Bahapal Raya 31 Agustus 2022 dan tiba di Pontianak 05 September 2022.
Sengaja kami tidak langsung menuju Pontianak melainkan singgah sebentar ke rumah keluarga di Jakarta dan berlibur ke Bandung. Pilihan berlibur ke Bandung ini adalah pilihan dari anak kami Remiel dan Anggita sebelum pindah. Katanya mereka ingin naik kereta api.
Memang, sebelum kami pindah, saya bertanya kepada mereka apakah mereka siap untuk pindah? Pertanyaan ini perlu, karena saya ingin mengetahui perasaan dan suasana hati mereka. Saya pribadi sudah pasti siap pindah karena tuntutan pekerjaan.
Bagaimana dengan anak-anak saya? Mereka sudah memiliki teman di sekolah, di gereja dan di sekitar rumah. Apakah mereka berat meninggalkan itu semua? Saya perlu mengetahui hati dan pikiran mereka.
Mendengar pertanyaanku mereka langsung berkata siap dan senang untuk pindah. Ketika saya tanya apa alasannya, mereka berkata karena bisa naik pesawat terbang, bus dan kereta api. Mendengar jawaban mereka, saya pun tersenyum bahagia.
Tidak hanya saya yang siap dalam proses perpindahan ini tetapi anak-anak juga sudah siap. Bagaimana dengan istriku si borsin Nofika Frisliani Sinaga ? Awalnya hatinya berat untuk pindah karena berpikir akan susah untuk bertemu dengan keluarga. Tetapi lambat laun akhirnya si borsin mengerti dan dapat menerima proses perpindahan dengan hati yang lebih siap.
Begitulah sedikit latar belakang perasaan kami dalam proses perpindahan. Kami mengucap syukur kepada Tuhan karena sudah diberikan kesempatan melayani di Resort Bahapal Raya hampir enam tahun.
Banyak kenangan indah yang kami alami dan lewati selama melayani di Resort Bahapal Raya. Tidak terlupakan sampai saat ini. Kadang menjelang tidur, saya masih teringat jemaat yang saya tinggalkan secara khusus jemaat GKPS Tinggi Saribu.
Jemaat ini sudah menjadi bagian yang begitu dalam menorehkan pengalaman pelayanan yang luar biasa dalam hidupku. Semogalah semua jemaat di resort Bahapal Raya selalu dalam keadaan sehat selalu.
Cerita lanjut lagi ke awal pelayanan di Pontianak yah...nanti kalau diceritakan pelayanan di Resort Bahapal Raya saya bisa sentimentil.
Kami tiba di Pontianak 05 September 2022 seperti yang saya sebutkan di awal tulisan. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh malam ketika pesawat kami landing di bandara Supadio.
Kami dijemput oleh Kel. Pdt Dedy dan pengantar jemaat GKPS Pontianak. Kami langsung dibawa ke rumah pengantar jemaat untuk makan malam. Setelah makan malam dan perkenalan singkat kami pun langsung dibawa ke rumah dinas untuk istirahat.
Rumah dinas kami terletak di komplek perumahan Pondok Indah Lestari. Secara administratif sudah masuk ke Kabupaten Kubu Raya. Sementara gereja ada di Kota Pontianak. Dibutuhkan waktu sepuluh menit dari rumah menuju gereja.
Esok harinya ada acara Sertijab yang dipimpin langsung praeses distrik 7. Dengan adanya acara Sertijab ini, resmi sudahlah saya mengemban segala tugas pelayanan yang baru sebagai Pdt Resort di Resort Kalimantan Barat.
Saya pun mulai mengikuti pelayanan rutin yang sudah terjadwal di gereja mulai dari Sermon, persekutuan doa, Pa Seksi, Ibadah Rumah tangga, katekisasi Sidi, kunjungan diakonia, dan pelayanan Ibadah Minggu.
Dalam satu Minggu hanya ada satu hari jadwal kosong yaitu hari Senin. Di luar hari senin sudah penuh dengan jadwal pelayanan. Itupun kadang ada juga terisi dengan berbagai kegiatan rapat dan Zoom. Kegiatan umumnya dimulai dari sore hari sampai malam hari.
Hanya kegiatan diakonia (kunjungan kepada orang sakit) dilakukan pagi atau siang. Ibadah Minggu dilaksanakan dua kali, yaitu pagi (bahasa Indonesia) dan siang (Bahasa Simalungun).
Pelan-pelan saya juga mulai belajar mengenal jemaat. Dimana rumahnya, apa pekerjaannya, berapa anaknya dan bagaimana ikatan keluarganya dengan yang lain. Inilah hal sederhana yang saya pelajari satu bulan ini.
Belum banyak yang saya ketahui, hanya sebahagian saja. Dari sisi pekerjaan, jemaat yang saya layani ada yang berprofesi sebagai polisi, Jaksa, dokter, panitera, dosen, guru, perawat, pegawai BUMN, gojek, supir, swasta dll.
Dalam melaksanakan tugas rutin ini saya pun mulai belajar mengenal Kota Pontianak. Kota Pontianak ternyata sangat luas dan sudah maju. Indomaret dan Alfamart bertebaran dimana-mana. Mall ada dua yang lumayan besar. Restoran KFC, Mc Donald, JCco, Pizza Hut, Starbucks dengan mudah dapat dijumpai di Pontianak.
Jalan-jalannya mulus dan memiliki tempat nongkrong yang lumayan banyak. Lalu lintas di beberapa titik kadang macet pada jam tertentu. Menariknya, tidak ada suara klakson yang berbunyi walau lalu lintasnya padat. Klakson hanya berbunyi kalau benar-benar penting. Itupun jarang.
Kondisi ini tentu saja berbeda dengan lalu lintas di Medan atau Siantar sana. Disana, jangan ditanya. Bunyi klakson riuh rendah bersahutan-sahutan ditimpali suara supir yang kadang memaki-maki. Tidak sabaran menunggu di lampu merah. Benar pun kita berhenti di lampu merah, kadang di klakson dari belakang sudah keras berbunyi menyuruh supaya cepat jalan. Aneh memang.
Satu bulan disini belum cukup untuk bisa menjelajahi kota Pontianak. Untuk lebih cepat mengetahuinya saya pun membeli peta Kota Pontianak. Peta ini saya tempelkan di dinding rumah. Dengan bantuan peta ini, maka saya mampu lebih cepat belajar mengetahui kota Pontianak.
Selain peta, pengenalan kota Pontianak juga terbantu dengan bantuan google maps dan bantuan seorang pemuda GKPS Pontianak Primans Esa Lucky Sitompul . Dialah yang setia mengantar saya melayani ke rumah-rumah jemaat.
Dia juga membantu saya untuk bisa mengenal jemaat lebih cepat. Dengan bantuannya segala urusan yang menyangkut pelayanan dan urusan rumah tangga bisa tertangani dengan baik. Benar yang dikatakan istilah itu: " Tuhan utus, Tuhan urus".
Pengenalan kota Pontianak tentu tidak sebatas mengetahui pelayanan dan dimana rumah jemaat. Ada juga yang lain. Apakah itu? Kuliner. Ya, benar, Kuliner. Saya termasuk orang yang suka berburu makanan atau lebih tepatnya suka pada hal-hal baru.
Karena itulah, saya selalu bertanya dimanakah makanan yang khas atau enak di Pontianak. Bersama keluarga kami pun menuju sebuah tempat sarapan yang banyak diminati di daerah gajah Mada.
Di daerah ini kami menikmati berbagai jenis sarapan yang lumayan enak. Namanya ada yang tidak saya tahu. Kenapa? Karena kulinernya banyak makanan khas Cina. Memang kota Pontianak banyak dihuni oleh warga keturunan. Tetangga rumah kami pun orang Cina.
Di pasar kami banyak bertemu orang cina. Di sekolah Remiel dan Anggita banyak orang cina. Bahkan di sekolah TK, Anggita satu-satunya orang Batak di kelas. Yang lain Cina dan Dayak. Karena itulah kita Pontianak sering juga disebut "Cindayu", Cina, Dayak, Melayu.
Selain kesibukan pelayanan, saya juga disibukkan dengan urusan keluarga. Pagi hari sampai siang, saya akan disibukkan untuk antar jemput Remiel dan Anggita ke sekolah. Sekolah mereka lumayan dekat dari rumah yaitu di Gembala Baik, sekolah Swasta milik Katholik. Waktu dari rumah ke sekolah hanya lima menit saja.
Hampir satu bulan sudah Remiel dan Anggita di sekolahnya yang baru. Kekuatiran saya yang utama adalah apakah mereka bisa menyesuaikan diri di sekolah dan berbaur dengan teman-temannya? Kekuatiran ini begitu kuat dalam pikiran saya, karena membayangkan begitu asingnya suasana baru yang mereka hadapi.
Tetapi ternyata kekuatiran saya tidak terbukti. Remiel di hari pertama sekolah sudah langsung memiliki teman. Esoknya lagi sudah bertambah. Minggu berikutnya sudah kejar-kejaran di sekolah bersama teman laki-lakinya.
Minggu berikutnya sudah disapa dan menyapa dengan teman perempuannya. Melihatnya saya berkata kepada si borsin di rumah: nanti mungkin saja menantumu orang Cina. Ketika ditanya kenapa, saya jawab karena Remiel sudah memiliki teman perempuan di sekolah. Orangnya cantik, sipit, ramah, dan putih.
Pengalaman lainnya melayani di Pontianak terjadi ketika Si Borsin berbelanja kebutuhan dapur. Harga kebutuhan dapur membuat berkerut kulit di dahi. Harganya lumayan mahal apalagi sayur dan ikan. Untuk sayur jenis labu Siam (jipang) dihargai Rp.18.000/ kg.
Mendengarnya pikiran langsung terbawa suasana di kampung dimana sayur jenis ini tidak terlalu disukai untuk dikonsumsi. Buahnya dibiarkan saja berserakan di tanah. Untuk sayur Kol, harganya juga selangit.
Lagi-lagi kulit di dahi berkerut. Bagaimana tidak. Dulu ketika kami menanam kol dan harganya murah, kol satu ladang dibiarkan saja membusuk di ladang. Pelajaran moral dari apa yang kami alami ini adalah: Bersyukurlah orang di kampung yang masih bisa makan sayur Labu dan Kol.
Bagaimana dengan harga buah? Harganya juga selangit. Alpokat mentega dihargai Rp.70.000/Kg, Semangka Rp 15.000/ Kg, Jeruk Rp. 20.000/ Kg, Langsat Rp 30.000/Kg. Buah yang lain tidak saya tanya lagi. Takut mendengarnya dan bisa membuat saya terjatuh lemas. Oh ya, sekian dulu ceritanya ya. Nanti saya sambung lagi dengan cerita pelayanan lainnya yang lebih baru, seru dan unik. Pontianak, 05 Oktober 2022. (***)
0 Comments