Hasil panen jagung eks lahan padi sawah di Sipoldas, Simalungun, Minggu (7/5/2023). (Foto Asenk Lee Saragih). |
Sipoldas, BS-Kelangkaan pupuk bersubsidi di Kabupaten Simalungun setahun terakhir ternyata berdampak negative bagi petani padi sawah di wilayah Kecamatan Panei Tongah, Panei, panomben Panei, Kabupaten Simalungun. Akibat sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, petani padi sawah banyak beralih cocok tanam ke jagung. Kini lahan persawahan banyak beralih jadi tanaman jagung.
Pengamatan BS dari Panombea Pane, Panei Tongah, dan Kecamatan Panei seperti di Nagori Sipoldas, petani padi sawah kini beralih ke tanaman jagung. Hamparan padi sawah yang dulunya menghiasi sepanjang jalan dari Simpang Raya hingga ke Nagori Sipoldas, kini sudah banyak ditemukan tanaman jagung.
K Nainggolan, seorang petani padi sawah Nagori Sipoldas mengatakan, selain pupuk bersubsidi yang langka, harga gabah juga anjlok ke harga Rp 4000/kg. Bahkan harga jagung jauh lebih mahal dibandingkan harga gabah. Harga jagung kini Rp 5000/Kg.
“Sudah setahun terakhir pupuk bersubsidi seperti urea, KZL sangat langka. Jikapun ada, harga diatah HET dan kelompok tani hanya mendapatkan 5 Kg/ KK. Pemerintah tampaknya kurang peduli terhadap apa yang dialami petani padi di Simalungun. Kini petani padi sawah beralih ke tanaman jagung yang lebih minim dalam penggunaan pupuk,” ujar K Nainggolan.
Menurut K Nainggolan, sejak langkanya pupuk bersubsidi di Simalungun, petani padi sawah lebih memilih tanaman jagung. Bahkan kini banyak warga mengharapkan bantuan beras dari pemerintah, karena sulitnya mendapatkan beras dari petani lokal.
“Kalau dua tahun lalu, hamparan sawah masih tampak sepanjang jalan Simpang Raya hingga ke Sipoldas. Kini hamparan padi sawah itu, kini sudah banyak beralih jadi tanaman jagung. Nagori Sipoldas yang dulunya dikenal sebagai sentra tanaman padi sawah, kini akan hilang seiring dengan berpindah ke tanaman jagung. Hal ini semua terjadi karena sulitnya petani padi padi sawah mendapatkan pupuk bersubsidi,” ujarnya.
K Nainggolan menduga ada mafia-mafia pupuk bersubsidi di wilayah Kabupaten Simalungun yang sudah bermain lama, tanpa dapat ditertibkan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun dan apparat penegak hukum di wilayah Simalungun.
“Aparat penegak hukum harus berani memberantas mafia-mafia pupuk bersubsidi ini di wilayah Kabupaten Simalungun. Kalua ini terus terjadi, bisa jadi petani padi sawah yang ada di wilayah Simalungun akan punah dan beralih kepada tanaman holtikultura lainnya. Semoga pemerintah bisa menertibkan para mafia-mafia pupuk bersubsidi ini,” harap K Nainggolan.
Masa jayanya panen padi sawah di Sipoldas, Kecamatan panei, Kabupaten Simalungun medio 2011 lalu. (Foto: Dok Asenk Lee Saragih) |
Sawah Terancam Punah
Beberapa tahun sebelumnya warga Desa Sipoldas, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun hampir setiap menyambut tahun baru selalu melakukan panen padi sawah. Awal tahun ini sebagian warga Sipoldas melakukan panen padi sebawai ucapan syukur menyambut tahun baru.
Dulunya, beras raskin di desa itu kurang diminati warga karena masyarakat desa tersebut mayoritas petani padi sawah. Disebutkan, musim padi tahun baru lalu sebagai ucapan syukur sambut tahun baru.
Namun panen raya padi sawah di Desa Sipoldas pada umumnya bulan Februari dan Juli . Namun pada awal tahun juga sebagian warga sudah melakukan panen karena dalam setahun dapat panen padi sebanyak tiga kali.
“Padi sawah menjadi andalan warga Desa Sipoldas turun temurun. Kondisi pertanian padi di Desa Sipoldas juga menjanjikan sebagai sentra pertanian padi di Kabupaten Simalungun. Pada umumnya warga desa ini tak lagi membeli beras, karena rata-rata warga memiliki sawah padi. Namun tahun 2023 ini, petani sudah banyak membeli beras karena tanaman padi beralih ke jagung,”kata M br Purba, warga nagori Sipoldas.
Kecamatan Panei yang dulunya menjadi icon padi sawah di Simalungun, kini terancam punah seiring dengan beralihnya petani ke tanaman jagung karena sulit mendapatkan pupuk bersubsidi.
Dulu Hama Padi, Kini Pupuk Langka
Sementara itu yang menjadi kendala yang dihadapi petani padi di Desa Sipoldas dulu adalah datangnya musim hama mentek dan kresek. Para petani kewalahan untuk membasmi hama tersebut. Petugas Penyuluhan Lapangan Pertanian (PPLP) Kecamatan Panei belum sanggub untuk mengatasi hama tersebut.
Namun kata K Nainggolan, seorang petani padi sawah Nagori Sipoldas, hama mentek mengakibatkan padi berusia 1,5 bulan daunnya menguning, lambat laun padi kering dan mati. Itu tantangan petani dua tahun lalu, namun kini persoalan petani soal ketersediaan pupuk bersubsidi dari pemerintah.
“Sebenarnya PPLP sudah turun kelapangan. Tapi hanya sebagian petani yang mengakui PPLP ini. Jadi para petani kurang mengakui keberadaan PPLP ini. Pengetahuan para petani terhadap penyebab hama dan penyebarannya masih minim,”katanya.
Menurut K Nainggolan, dampak dari hama mentek dan kresek ini bisa mengurangi hasil panen hingga 40 hingga 60 kaleng per panen dengan luas 400 meter persegi. Satu kaleng padi mencapai 12 hingga 14 kilogram.
Disebutkan, penduduk Nagori Sipoldas yang berjumlah 200 kepala keluarga pada umunya bertani padi sawah. Rata-rata satu keluarga memiliki luas sawah 400 meter persegi (dalam bahasa setempat satu rante 20X20 meter).
Padi sawah di Nagori Sipoldas merupakan pertanian andalan untuk mencukupi kebutuhan beras di Kabupaten Simalungun. Nagori Sipoldas, Kecamatan Panei merupakan sentra padi di Kabupaten Simalungun.
“Jika instansi terkait tidak memperhatikan kondisi padi sawah yang kini diperhadapkan dengan kelangkaan pupuk bersubsidi, akan mengancam produksi beras dari Kecamatan Panei. Produksi padi dari Kecamatan Panei dalam setahun bisa mencapai ribuan ton dengan panen dua kali setahun. Sementara harga gabah rata-rata berkisar Rp 4000 per kilogram,”katanya.
Benahi Irigasi
Berkembangnya produktifitas padi sawah dari Desa Nagori Sipoldas, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, juga karena sarana irigasi. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMN) PNPM-PISEW Nagori Sipoldas, Asron Sinaga belum lama ini mengatakan, pembangunan irigasi merupakan prioritas di Nagori Sipoldas.
Perbaikan infrastruktur irigasi di Nagori Sipoldas harus ditingkatkan guna mendukung produksi padi dari Sipoldas. Para petani padi sawah di Sipoldas mengusulkan dana PNPM agar disalurkan kepada pembangunan irigasi.
Menurut Asron Sinaga, PNPM-PISEW Nagori Sipoldas telah dimanfaatkan untuk pembangunan pekerjaan saluran irigasi pasangan batu di Desa Bangun Jawa, Nagori Sipoldas. Panjang irigasi tersebut panjang 110 meter dengan dana Rp 41.450.000.
K Nainggolan, salah seorang pekerja program PNPM-PISEW Nagori Sipoldas menambahkan, pembangunan irigasi merupakan kesepakatan warga desa. Karena pembangunan irigasi sangat penting guna mengairi sawah di sekitar Nagori Sipoldas. (Asenk Lee Saragih)
0 Comments