TERBARU

6/recent/ticker-posts

Selamat Hari Pendidikan Nasional, Mengenang Guru Jason Saragih Diwacanakan "Guru Jason Saragih Award"



Pelopor/Bapak Pendidik Simalungun

Nama “kecil”-nya adalah Anggarahim Saragih. Ia lahir di Ds. Nagakasiangan daerah Tebing Tinggi pada tahun 1883. Anak kedelapan dari keluarga Balim Saragih dan Orow br Purba, dari sepuluh bersaudara.

Sebelum menjadi guru dia adalah seorang mandor namun rupanya ia tidak betah dengan jabatan dan tugasnya sebagai mandur. Ia ingin menjadi guru. Pada suatu hari Anggarahim menyampaikan keluhannya pada kerani Raja Raya Eparaim Pohan yang singgah di tempat kerjanya. 

Ia mendapat informasi bahwa ada sekolah guru di Depok. Semua biaya sekolah dan makan ditanggung, ada uang saku, termasuk ongkos perjalanan ke Depok. “Pindo ham ma bani tuan Pandita (maksudni Pdt A. Theis) ase ikirim ham hujai!” kata sang kerani.

Demikianlah dua minggu kemudian ia menemui Pdt Theis. Setelah menyampaikan maksud-nya, jawab Pendeta “Ganup na marsikolah ijai aima halak Kristen do, lang boi masuk anggolang halak Kristen!". Jawab Anggarahim: Kalau demikian, saya mau jadi Kristen.

Sebagai salah satu persiapan untuk mengikuti sekolah guru pada 4 Juni 1911, tepat pada hari Pentakosta, Anggarahim dibaptis bersama dengan 9 orang lainnya, semuanya laki-laki, dan semuanya dengan nama baru, nama baptis. Anggarahim dibaptis dengan nama baru Jason Saragih.

Setelah lulus sekolah guru zending dari Depok, pertama kali Gr. Jason mengajar sebagai guru bantu pada Zending Volkschool di Pematang Raya. Tidak banyak anak-anak yang berminat sekolah pada saat itu. Mungkin karena pelajaran masih disampaikan dalam bahasa Tapanuli. Gr. Jason lah yang kemudian mempelopori mengajar para murid bahasa Indonesia. 

Setelah dua tahun sebagai guru bantu di Zending Volkschool di Pematang Raya, Gr. Jason dipindahkan menjadi Guru Kepala di Zending Volkschool Raya Tongah. Disini juga selain tugas mengajar, ia meyebarkan Injil. Komitmennya adalah memajukan Simalungun melalui pendidikan.

Pada tahun 1929, Gr Jason pindah ke Pematang Raya karena medapat kepercayaan untuk memimpin sekolah Zending Vervolgschool (bersubsidi) yang baru dibuka sebagai kelanjutan dari Volkschool yang hanya sampai kelas tiga.

Vervolgschool ini penting artinya bagi Simalungun, karena merupakan satu-satunya sekolah “lanjutan” di Simalungun, kecuali di Pematang Siantar. Di Seribudolok baru dibuka beberapa tahun kemudian.
Itu sebabnya muridnya pun berasal dari semua daerah di Simalungun.

Beliau pulalah yang mem-perjuangkan pembangunan gedung sekolah permanen tujuh ruangan di jalan raya Pematang Raya. Tamat pertama dari sekolah tersebut sebanyak 42 orang, 35 laki dan 7 perempuan, yang kemudian berpencar, sebagian menjadi guru,dan sebagian melanjutkan berbagai jenis sekolah di Sumut termasuk ke Jawa, dan menjadi pemuka-pemuka pertama Sima-lungun.

Demikianlah Gr. Jason tetap komit dalam bidang pendidikan sampai ia pensiun pada 1 Januari 1958, setelah berbakti sebagai guru selama 43 tahun di Pematang Raya. Pada masa awal kemerdekaan RI, ketika terjadi kevakuman di dinas-dinas pemerintahan di daerah beliau berhasil mengalahkan godaan untuk beralih ke profesi lain di pemerintahan saat itu.

Justru disaat-saat yang membutuhkan beliau tetap menjadi pelopor. Ketika tuntutan pendidikan semakin tumbuh dengan baik pada tahun 1950 bersama dengan Bp. Tokoh Damanik, yang saat itu menjadi Asisten Wedana, memba-ngun sekolah bersama dengan orang-tua murid di Sondi Raya dan kemudian di Kampung Jawa. 

Pada tahun 1951 ketika dirasakan kekurangan guru, didirikanlah Sekolah Guru Cepat di Pematang Raya dan Gr. Jason menjadi Kepala Sekolah. Sejalan dengan program pemerintah dalam Pemberantasan Buta Huruf (PBH) Gr. Jason diangkat menjadi Ketua PBH Kecamatan Pematang Raya.

Beliau pensiun pada 1 Februari 1958. Beliau meniggal pada Sabtu 30 Maret 1963, pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Pematangraya. (***) WP

BERITA LAINNYA

Post a Comment

0 Comments