Semarang, BS-Kehadiran perguruan tinggi adalah untuk turut membangun bangsa guna mencapai tujuan negara. Perguruan tinggi harus memupuk rasa nasionalisme yakni rasa memiliki, mencintai, dan kesediaan untuk menjaga atau membela Indonesia. Demikian salah satu point orasi ilmiah saya hari ini pada acara puncak Dies Natalis ke-38 Universitas Semarang (USM), bertema “Peran perguruan tinggi dalam menjaga dan membangun bangsa dan negara Indonesia”.
Saya sampaikan, yang dijaga adalah kebersatuan dalam keberagaman, kesadaran akan pluralitas sebagai anugerah Yang Maha Kuasa. Kita harus bersama menjaga kemerdekaan, menjaga kesamaan hak dan kedudukan untuk kesejahteraan rakyat.
Problem perguruan tinggi saat ini adalah munculnya fenomena pragmatisme untuk mengundang pendaftar (animo) dan sekadar meluluskan mahasiswanya, sebagaimana kritik Ivan Illichyang dalam buku “Deschooling Society” (1971). Pendidikan hanya melahirkan kasta sosial, akibatnya banyak orang hanya berburu ijazah untuk meraih posisi sosial dan politik tertentu.
Meski yang dikatakan Ivan Illich benar bahwa adanya lembaga pendidikan formal menimbulkan kasta sosial dan perburuan ijazah tetapi kita menolak ide masyarakat bebas sekolah (deschooling society).
Yang perlu kita lakukan adalah reorientasi sistem pendidikan kita agar penuangan filosofi, asas, dan pilar-pilar pendidikan menurut konstitusi ke dalam visi dan misi benar-benar dilakukan dan dioperasionalkan dalam proses yang akuntabel.
Yang harus dilakukan adalah membangun etos keilmuan dan integritas akademik, menegakkan standar akademik, mengutamakan proses dan bukan hanya outputnya agar dapat melahirkan lulusan yang berkualitas dan berkarakter.
Diakhir acara, saya juga diminta meresmikan taman Pancasila di halaman Kampus USM. Selamat Dies Natalis USM ke-38. Semoga USM bisa melahirkan anak bangsa yang cinta terhadap keutuhan bangsanya.(BS-Red)
0 Komentar