INDEKS BERITA
15:59
Lomba Karya Tulis Populer Dalam Rangka RPL Pemuda se-GKPS Tahun 2012
Written By GKPS JAMBI on Monday, 31 October 2011 | 15:59
A.
Pengantar
Pemuda
gereja memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan dan peningkatan Tri
Tugas Panggilan Gereja, yakni Koinonia (Bersekutu), Marturia (Bersaksi) dan
Diakonia (Melayani). Salah satu potensi besar pemuda gereja yang sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan dan peningkatan Tri Tugas Panggilan Gereja
tersebut ialah pemikiran-pemikiran yang bisa menghasilkan pembaharuan pelayanan
di tengah Gereja.
Pemikiran-pemikiran
maju pemuda tersebut sangat dibutuhkan untuk memajukan pelayanan di tengah
GKPS, mulai dari tingkat jemaat hingga pusat. Potensi pemikiran pemuda di tengah
pelaksanaan kegiatan persekutuan, kesaksian dan pelayanan di GKPS seharusnya semakin
besar seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan para pemuda GKPS dan juga
didukung oleh kemajuan teknologi informasi.
Namun
sayangnya potensi pemuda tersebut selama ini masih belum diserap dan
dimanfaatkan secara optimal dalam pelayanan-pelayanan di GKPS mulai dari tingkat
jemaat, resort, distrik dan pusat. Kita prihatin karena posisi pemuda
GKPS dalam organisasi gereja sepertinya masih berada pada posisi sebagai
pelengkap.
Salah satu contoh sederhananya, pemuda masih selalu menjadi kelompok
minoritas dalam hal mengikuti sermon, padahal disana lah biasanya dibicarakan
hal-hal penting yang terkait dengan pengembangan pelaksanaan pelayanan gereja.
Contoh lainnya, jumlah pemuda yang masuk dalam jajaran majelis gereja masih
sangat minim. Alhasil pemuda masih belum bisa memberi peran secara nyata dalam
menjalankan visi-misi organisasi gereja. Fakta yang sangat disayangkan karena
pada 10-15 tahun ke depan, pemuda sekaranglah yang diharapkan sekaligus
dipastikan menjadi pemimpin masa depan gereja.
Kemudian
pada tataran kepengurusan, pada umumnya kepengurusan Pemuda GKPS masih
menghasilkan kegiatan-kegiatan yang bersifat rutinitas dan minim gagasan serta
terobosan dalam program-program kerjanya. Mengutip pernyataan seorang Penulis
Nasrani, kebanyakan pemuda (gereja) masih memiliki mental asisten yang selalu
merasa cukup hanya dengan menjalankan program-program rutinitas serta meniru
yang sudah ada.
B. Lomba
Karya Tulis
Guna
meningkatkan partisipasi pemuda dalam pelayanan di tengah GKPS, maka mereka
perlu diberi kesempatan menyumbangkan pemikiran-pemikiran yang bersifat
membangun. Sumbangsih pemikiran tersebut kiranya dapat menjadi masukan bagi
GKPS, baik tingkat jemaat, resort, distrik dan pusat, untuk meningkatkan
pelayanan kerohanian, sosial dan ekonomi jemaat.
Untuk
menggali pemikiran-pemikiran baru Pemuda GKPS dalam peningkatan pelayanan di
GKPS tersebut, Panitia Rapat Pengurus Lengkap (RPL) P-GKPS menyelenggarakan
Lomba Karya Tulis Populer tentang Peranan dan Kemandirian Pemuda GKPS dalam
Peningkatan Pelayanan di GKPS bagi Pemuda se-GKPS.
1.
Tema Karya Tulis :
“ Kemandirian Seksi Pemuda GKPS dan Peranannya dalam Organisasi
Gereja ”
2. Sub Thema :
a. Peningkatan
Peran Seksi Pemuda GKPS dalam Pelaksanaan Tri Tugas Panggilan Gereja di
GKPS.
b. Kesaksian
Pemuda GKPS di tengah Gereja, Keluarga dan Masyarakat.
c. Peran
Pemuda GKPS dalam Meningkatkan Pelayanan Sosial dan Ekonomi Warga Jemaat GKPS.
d. Peningkatan
Jumlah Pemuda GKPS sebagai Anggota Majelis dalam rangka Peningkatan Partisipasi
Pemuda GKPS dalam Pengambilan Kebijakan dan Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan di
tengah Gereja.
e. Kemandirian
Seksi Pemuda GKPS dalam Aspek Keuangan untuk Peningkatan Pelayanan terhadap
Anggota Pemuda GKPS.
f. Partisipasi
Anggota Pemuda GKPS dalam Membangun Kemandirian Keuangan Seksi Pemuda GKPS.
3. Peserta Lomba
a. Anggota
dan Pengurus Pemuda se-GKPS
b. Lomba
diikuti perorangan, bukan kelompok.
c. Lomba
karya tulis ini tidak dapat diikuti panitia inti RPL Pemuda GKPS 2012.
4. Kategori Lomba :
a. Kategori
Media.
b. Kategori
Non-Media.
5. Persyaratan Lomba
a. Karya
tulis berbentuk artikel/opini.
b. Karya
tulis merupakan pendapat/gagasan/opini orisinal penulis.
c. Judul
tulisan bebas namun harus tetap mengacu pada tema dan sub tema.
d. Panjang
tulisan antara 10 – 15 halaman kwarto spasi ganda/rangkap, diketik rapi.
e. Untuk peserta lomba Kategori Media, karya tulis yang diikutikan
dalam lomba harus sudah dimuat di media cetak/online antara 15 November 2011 – 29 Februari 2012.
f. Untuk peserta lomba Non-Media, karya tulis yang diikutkan dalam
lomba berupa naskah asli.
g. Pengumuman dan Penyerahan hadiah lomba karya tulis tersebut
dilaksanakan pada saat RPL PGKPS 2012, akhir Maret di GKPS Jambi.
6. Tim Juri terdiri dari kalangan akademisi, wartawan dan pendeta.
7. Hadiah
a. Kategori
Media :
1) Juara I :
Samsung Tab
2) Juara II :
BlackBerry
3) Juara III :
Camera digital
b.
Kategori Non-Media:
1) Juara I :
Laptop
2) Juara II :
Handphone Nokia
3) Juara III :
Camera digital
8. Pengiriman Karya Tulis
a. Karya
Tulis diterima Panitia RPL PGKPS paling lambat 5 Maret 2012.
b. Karya Tulis yang sudah dilengkapi biodata pribadi bisa dihantar
langsung, dikirim melalui pos tercatat kepada Panitia RPL Pemuda GKPS di GKPS
Jambi, Jl Kapten Sujono/Lapangan Tembak No 12, Komplek Gereja Kotabaru, Kota
Jambi, Kode Pos 36128, Telp (0741) 42493, atau melalui email Panitia RPL: rpl_jambi2012@yahoo.com.
Untuk kategori media, wajib melampirkan foto
copy atau scan bukti tulisan yang
sudah dimuat di media.
Nb : - Keputusan
Dewan Juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak mana pun.
-
Karya Tulis yang sudah masuk ke Panitia akan
menjadi milik Panitia dan tidak akan dikembalikan.
A.n Panitia RPL PGKPS 2012
dto
Ridho Hamdan Purba
Ketua Umum
RPL Pemuda se-GKPS tahun 2012
15:48
(Re)Posisi Pemuda GKPS Kini dan Mendatang
Written By GKPS JAMBI on Monday, 10 October 2011 | 15:48
Oleh:
Ridho Hamdan Purba dan Stevan Ivana Manihuruk**
Pendapat umum menyatakan bahwa masa muda
merupakan masa keemasan, masa yang paling baik untuk berkarya, memikirkan
sekaligus melakukan gagasan-gagasan besar.
Masa muda merupakan masa yang paling
ideal untuk tampil menjadi motor penggerak perubahan menuju kebaikan dimana pun
ia berada. Tidak dapat dimungkiri bahwa memang pada masa mudanya lah seseorang
memiliki banyak potensi dan kesempatan untuk melakukan sesuatu. Banyak yang
mengamini bahwa orang-orang muda lah yang biasanya punya semangat berapi-api, keberanian
luar biasa, energi yang mumpuni, dan ide-ide besar yang bahkan terkadang “liar”.
Di dalam Alkitab kita
menemui beberapa nama tokoh yang dipakai Tuhan secara luar biasa di masa
kemudaannya. Raja Daud yang termashur itu merupakan anak bungsu Isai dan saat
dipilih Tuhan menjadi raja bagi Israel
wajahnya masih kemerah-merahan (I Sam 16:12).
Tokoh muda yang tak kalah
terkenal adalah Daniel. Tercatat, bahwa Daniel masuk dalam rombongan tawanan
Nebukadnezar, raja Babel,
namun karena tergolong “orang muda yang tidak ada suatu cela, yang berperawakan
baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak, dan yang
mempunyai pengertian tentang ilmu………..” (Dan 1:4) akhirnya menjadi orang
istimewa dan bekerja dalam istana raja. Ada
pula tokoh Timotius yang selalu disemangati oleh Rasul Paulus bahwa Janganlah
seorang pun menganggap ia rendah karena ia muda (I Tim 4:12)
Pena
sejarah kebangsaan kita pun menuliskan. Dr. Soetomo yang belum genap berumur 20
tahun berhasil mendirikan organisasi Budi Utomo yang merupakan organisasi
modern pertama yang menandai gagasan perubahan besar model perjuangan yang kala
itu masih terpecah-pecah dan bersifat kedaerahan menjadi perjuangan bersama
menuju Indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Nasional
mendirikan Indische Partij pada saat masih berumur 20 tahun. Bapak Proklamator
Soekarno mencapai kegemilangan politik kala masih berumur 22 tahun. Muhammad
Hatta pun masih berumur 21 tahun kala menggagas berdirinya Perhimpunan
Indonesia.
Proses panjang perjalanan bangsa
Indonesia pun jelas tidak terlepas dari peran para pemuda. Mulai dari masa pra
kemerdekaan, misalnya pada peristiwa Sumpah Pemuda, masa penggulingan rejim
orde lama yang kian otoriter, dan proses lahirnya reformasi yang ditandai
dengan tumbangnya rejim orde baru yang sarat KKN. Yang menjadi pertanyaan,
bagaimana kondisi pemuda saat ini?. Masihkah pemuda memberi kontribusi positif
untuk kebaikan sekitarnya?. Bagaimanakah posisi dan
peran pemuda (gereja) saat ini bagi lingkungannya, bagi gerejanya, dan bagi
bangsanya?.
Sejujurnya,
disadari atau tidak, peran dan posisi pemuda sudah jauh bergeser. Lahirnya
tokoh-tokoh besar pemuda di masa lampau kelihatannya hanya akan menjadi ingatan
romantisme sejarah yang dikenang anak bangsa karena saat ini semakin langka
dijumpai tokoh-tokoh serupa. Kontribusi pemuda memang semakin dipertanyakan.
Beberapa faktor penyebabnya bisa diajukan.
Sangat mungkin, pemuda-pemuda saat
ini telah tergerus perubahan jaman yang semakin maju dan canggih. Ketidaksiapan
menghadapi era tersebut membuat pemuda terombang-ambing dan akhirnya hanya
sekadar ikut arus pusaran maha dahsyat kemajuan jaman tersebut.
Inilah
faktanya. Sayangnya, dari kemajuan jaman tersebut seringkali bukan nilai
positifnya yang diambil, justru sebaliknya. Indikasinya, kebanyakan pemuda kini
kian jauh terseret dalam budaya materialis, konsumtif dan instan. Kini pemuda
hanya mau memikirkan hal yang mudah-mudah, ringan-ringan, enteng-enteng, simple dan juga instant. Masalah lingkungan sekitar, masalah gereja, masalah
bangsa dianggap hanya menjadi urusannya orang tua, pendeta, dan pemerintah
saja. Pemuda
sepertinya sudah emoh berpikir rumit
untuk memberikan kontribusi.
Pemuda
GKPS
Bagaimana dengan kondisi
pemuda gereja khususnya pemuda GKPS?. Hasil pengamatan dan diskusi penulis
dengan beberapa orang menjelaskan bahwa kondisi yang dialami Pemuda GKPS pun
tidak jauh beda dengan pemuda pada umumnya.
Hingga kini organisasi kepemudaan
GKPS pada umumnya masih berkutat pada masalah-masalah klasik misalnya semakin
berkurangnya jumlah pemuda yang terlibat dalam pelayanan dari tahun ke tahun.
Jangankan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pelayanan, beberapa
pemuda bahkan sangat sulit diajak untuk “sekadar” ikut ibadah, atau dalam
kegiatan-kegiatan kepemudaan lainnya. Yang tidak kalah klasiknya lagi adalah
terkait kekompakan pemuda, entah di tingkatan anggota maupun pengurus.
Lagi-lagi, alasan dampak
negatif kemajuan jaman mungkin bisa diajukan sebagai faktor penyebab yang telah
mengubah paradigma, cara berpikir bahkan tingkah laku pemuda dalam
kehidupannya. Namun dalam konteks Pemuda GKPS, yang perlu dipertanyakan adalah,
rasa cinta, kebanggaan dan kepemilikan si pemuda terhadap gereja nya (GKPS).
Diawali dari pertanyaan sederhana, mengapa saya bergereja di GKPS toh ada banyak gereja lain di luar sana?. Apakah karena saya
bermarga Simalungun dan orang tua saya pun bergereja disana? Atau bagi pemuda
di perantauan, Apakah hanya karena di GKPS sajalah saya punya kenalan atau
keluarga?.
Pada umumnya, dua hal
tersebutlah yang selalu menjadi jawaban. Maka tidak heran, pada suatu waktu,
pemuda GKPS bisa saja dengan gampangnya berubah pikiran dan tidak lagi
bergereja di GKPS. Berbagai alasan pun diungkapkan, entah karena merasa sudah
bosan dengan suasana ibadah GKPS yang dinilai kurang “hidup”, kurang
bersemangat, irama musik dan lagu nya yang terlalu “mendayu-dayu”, atau yang
lebih parah, GKPS dianggap adalah gereja nya para orang tua, yaitu
mereka-mereka yang paham akan adat ke-Simalungunan.
Ini jelas keliru karena visi
gerejawi adalah pewartaan Injil dan membina jemaat dalam terang firman Tuhan. Pada
kondisi-kondisi seperti inilah kita menjadi kuatir. Bagaimana masa depan GKPS,
kalau para pemuda saat ini yang notabene akan segera melanjutkan tongkat
estafet kepemimpinan gereja justru semakin enggan mengisi diri dan terlibat
dalam pelayanan gereja.
Menjadi pertanyaan juga
bagi kepengurusan pemuda GKPS saat ini, apakah program dan kegiatan yang sedang
dan akan dikerjakan di masing-masing gereja masih sekadar rutinitas tahunan
saja yang sebenarnya justru tak lagi memiliki greget dan juga tak mampu
mendukung pembentukan watak, mental, dan karakter pemuda GKPS yang “ideal”
pertanda sudah mengalami pembaharuan akal budi oleh penyucian darah Kristus?.
Atau, apakah pemuda GKPS hanya akan menjadikan gereja sebagai tempat
silaturahmi semata, ajang untuk kumpul-kumpul dan ngerumpi saja ?.
Sejujurnya kita juga harus
terus mewaspadai agar orientasi kegiatan pemuda GKPS tidak terjebak dan
menyempit untuk sekadar mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya, lalu melaksanakan
kegiatan yang “wah” untuk mendapatkan pujian dari banyak orang.
Jangan sampai
pemuda GKPS “mengaminkan” pelesetan yang menyatakan akronim GKPS adalah Ganup
Kegiatan (pitah) Patuppu Sen. Idealnya, setiap program dan kegiatan yang
dilakukan merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pemuda saat ini
baik dari segi rohani, pendidikan, keterampilan/keahlian, ekonomi, dan sosial
budaya sebagai generasi penerus gereja dan bangsa. Tanpa itu, dikuatirkan program
dan kegiatan hanya akan menjadi beban, bahkan berpotensi menumbuhkan
benih-benih sakit hati dan perpecahan.
Meletakkan
kembali pemuda GKPS pada posisi idealnya di masa kini dan mendatang menjadi
tantangan yang harus segera dijawab. Keberadaan seksi Pemuda GKPS haruslah
memiliki arti dan kontribusi, bukan pelengkap. Seksi Pemuda GKPS juga harus
menjadi mitra sejajar dengan seksi-seksi lain (Bapa, Wanita, dan Sekolah
Minggu) dalam upaya memikirkan pembangunan dan panggilan gereja (bersaksi,
bersekutu, melayani).
Untuk mencapainya, perlu keterlibatan dua pihak. Pertama,
pemuda sendiri yang memang harus pro aktif mencari dan memasuki ruang-ruang
dimana ia bisa memberi kontribusi maksimal bagi gereja. Kedua, pimpinan gereja
pun harus turut mendorong, melibatkan dan memberi ruang bagi pemuda untuk turut
berperan serta secara aktif memikirkan pembangunan gereja. Jadi, pemuda tidak
sekadar pembantu pelaksana program kegiatan yang sudah direncanakan dan
ditetapkan oleh pimpinan gereja.
Alangkah
indahnya jika pengalaman, kematangan, dan kearifan para orangtua yang didukung
oleh ide segar dan semangat nya kaum muda menjadi padu demi membangun gereja
sebagai tubuh Kristus. Kita percaya pemuda memiliki banyak potensi yang jika digali
dan digunakan secara positif serta maksimal akan memberi andil cukup besar bagi
kemajuan gereja. Selain itu, pemuda juga memiliki lebih banyak waktu karena
belum dijejali urusan-urusan rumah tangga, anak, dan juga adat istiadat.
Permenungan bagi pemuda, ada pepatah
yang menyatakan, “Tua itu sudah pasti tetapi menjadi dewasa dan bijak itu
adalah pilihan”. Makna sederhananya, menjadi pemuda GKPS merupakan salah satu
fase yang harus kita lewati sebelum menikah dan menjadi orang tua. Tinggal
pertanyaannya, apa saja yang sudah, sedang dan akan kita lakukan dalam mengisi
hari-hari dalam fase kepemudaan yang sedang kita jalani saat ini. Apakah itu
semua mengarah pada tujuan pendewasaan iman dan karakter kita atau tidak?.
*Tulisan ini disampaikan
untuk membuka wacana jelang pelaksanaan RPL Pemuda GKPS 2012 di Jambi
**Penulis pertama adalah Ketua Pemuda Resort Jambi
sekaligus Ketua Umum RPL Pemuda GKPS 2012. Penulis kedua adalah Anggota
Panitia RPL Pemuda GKPS 2012, bekerja di UPT Kementerian Kehutanan BPDAS
Batanghari Jambi.
Sekadar info:
Panitia RPL 2012 membuka ruang
informasi
dan diskusi di Fb: RPL Pgkps
Duaribuduabelas
Komentar, kritik, dan saran juga dapat
dikirim ke
Email: Rpl_jambi2012 @yahoo.com
16:47
JAMBI.BLOGNEWS
Keunikan serta keajaiban situs
purbakala di Komplek Candi Muarojambi di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marasebo
Kabupaten Muaro Jambi sekitar 40 kilo meter (KM) dari Kota Jambi mulai dilirik
dunia. Pemerintah Provinsi Jambi kini memimpikan Situs Candi Muarojambi yang
mencapai luas lebih 12 KM persegi
menjadi asset serta warisan budaya dunia.
PESERTA RPL PGKPS 2012 AKAN BERWISATA KE SITUS CANDI MUAROJAMBI
Written By GKPS JAMBI on Friday, 7 October 2011 | 16:47
JAMBI.BLOGNEWS
Situs Candi Muaro Jambi yang
terletak ditepi Sungai Batanghari Kecamatan Marasebo Kabupaten Muaro Jambi itu
merupakan tempat peninggalan purbakala terluas di Indonesia, membentang dari
barat ke timur 7,5 kilometer di tepian Sungai Batanghari, dengan luas kurang
lebih 12 KM persegi.
Secara Geografis Wilayah Muaro Jambi
sebagian besar berada di daerah aliran Sungai Batanghari. Beberapa abad silam
daerah ini sudah dikenal menjadi jalur perdagangan baik antara suku bangsa di
nusantara maupun asing seperti China,
India, Persia, Arab, Eropa serta
negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara.
Keberadaan situs Muaro Jambi
diketahui untuk pertama kalinya dalam literatur barat dari laporan seorang
perwira angkatan laut kerajaan Inggris bernama SC. Crooke pada tahun 1883.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY), Kamis (22/9/11) akan meninjau komplek Percandian Muarojambi dan
melakukan pencenangan Candi Muarojambi sebagai situs purbakala serta bagian
dari warisan budaya dunia.
Sementara dengan ditemukan makara
di Candi Kadaton oleh Tim pemugaran Candi Kedaton menemukan makara pada Rabu
(10/8/11) silam banyak mengundang keingin tahuan dari berbagai negara termasuk
para Bhiksu.
Makara tersebut saat ditemukan
berada dalam timbunan tanah yang biasa disebut menapo. Kondisi dua makara yang
ditemukan relatif utuh dan masih berada pada konteks bangunan yang berupa
reruntuhan bata.
Secara tidak sengaja para pekerja
pemugaran di Candi Kedaton, Selasa (16/8/11) kembali menemukan sebuah makara di
menapo kompleks Candi Kedaton. Arca tersebut ditemukan dalam posisi miring ke
kiri diantara tumpukan bebatuan menapo.
Penemuan makara di Candi Kadaton,
membuat nama komplek Percandian Muarojambi semakin banyak dikunjungi orang,
bahkan banyak dikunjungi para Bhiksu dan jurnalis luar negeri.
Bhiksu Sasana Bodhi dari Gunung
Kidul, Yogyakarta (Jateng) serta pengurus
Vihara Sakyakirti Jambi, Rabu (31/8/11) mengunjungi Candi Kadaton untuk melihat
langsung penemuan tiga makara itu. Dugaan Bhiksu Sasana Bodhi, manapo tersebut
terdapat empat penjuru. Manapo ini ada empat penjuru, pintu gerbangnya berada
di timur.
Selain mengunjungi Candi Kadaton,
Bhiksu Sasana Bodhi juga menyempatkan diri mengunjungi Candi Tinggi I, Candi
Tinggi II dan Candi Gumpung. Di beberapa Candi itu Bhiksu Sasana Bodhi
berhenti. Menerawang disusul kemudian tangannya menengadah rendah, pada
kesempatan itu Bhiksu Sasana Bodhi melakukan meditasi.
Makara di gapura Candi Kedaton,
merupakan temuan yang tidak lazim, karena makara pada umumnya ditemukan pada
tangga-tangga masuk menuju bangunan induk candi.
“Temuan seperti ini terjadi ada
Candi Gumpung. Salah satu makara masih menempel pada tangga masuk candi hingga
kini. Temuan kali ini tidak lazim, karena makaranya menempel di gapura, bukan
di tangga masuk,”katanya.
Sementara menurut analisa dari
ahli arkeologi, Bambang Budi Utomo dan Ir. Hudaya
Kandahjaya, bahwa dugaan yang tertulis disalah satu makara nama Mpu
Kusuma. Sedangkan ungkapan di depan nama ini, bisa dibaca Pamurwitanira,
artinya: tempat sirnanya sesepuh.
Dengan kata lain ini rupanya
tempat memperingati kepergian sesepuh bernama Mpu Kusuma. Untuk waktunya
sekitar tahun 1017 (tahun Saka), atau kira-kira tahun (1017 + 78 =) 1095
Masehi.
Situs Candi Muarojambi juga sudah
mulai diliput oleh media Luar Negeri seperti Jurnalis dari CCTV (China), Taiwan Macroview TV (Taiwan) dan Metro TV (Indonesia) Selasa (6/9-2011) lalu.
Rombongan rombongan mengunjungi
Candi Muarojambi dan menyempatkan diri bertandang ke Kantor Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Jurnalis luar negeri tersebut menelusuri
komplek percadian yang dinyakini sebagai pusat Agama Budha di Sumatera.
Sebelumnya juga situs purbakala
kebanggaan masyarakat Provinsi Jambi, yakni situs Candi Muarojambi juga dikunjungi
oleh Bhikkhu asal Bhutan,
Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup beserta rombongan, Sabtu (3/9-2011) lalu. Candi
Muarojambi merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang cukup terkenal
bahkan terbesar di asia tenggara.
Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup
mengaku sangat tertarik untuk melihat situs tersebut secara dekat, yang berada
di areal Candi Muarojambi luasnya lebih besar dari Candi Borobudur.
“Saya pernah ke sini, makanya
keinginan kembali melihat penemuan Makara di Candi Kadaton. Saya sudah keliling
candid an ingin melihat makara yang ditemukan tim Ekskavasi (Pemugaran) Candi
Kedaton,”katanya.
Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup
menjelaskan bahwa keberadaan Candi Muaro Jambi ini merupakan salah satu bukti
bahwa, banyak sekali benda peninggalan sejarah yang terdapat di Provinsi Jambi.
Selain melihat makara di Candi
Kadaton, Rinpoche Ngagpa Thsering Dendup juga melakukan ritual sembahyang,
Gelar Pradaksina. Ritual ini dilakukannya sebagai salah bentuk penghormatan
kepada candi yang dianggap sebagai salah satu benda suci.
Rinpoche juga meninjau Gedung
Museum Candi Muarojambi, serta melepaskan ratusan ekor burung yang dikenal fang
shen.
Bhiksu Thailand, Bante Sujid juga membuat
penasaran terkait dengan penemuan dua makara atau arca batu yang ditemukan
pekerja pemugaran Candi Kedaton di kompleks Situs Candi Muaro Jambi.
Dirinya benar-benar mampu
menggugah rasa ingin tahu masyarakat terhadap sejarah benda kuno. Masyarakat juga
antusias melihat dari dekat dua makara yang berdiri tegak di antara anak tangga
di candi tersebut. Bahkan Gubernur H Hasan Basri Agus dan seorang biksu asal Thailand
yang akrab disapa Bante Sujid juga meninjau makara tersebut.
Menurut Bante Sujid, bentuk
makara menyerupai ular besar dan kepala kambing. Dengan seksama, Bante Sujid
menjelaskan alasan ‘menangkap’ makara menyerupai kepala kambing di mulut ular.
Di bawah ada tonjolan batu kecil
menyerupai kepala kambing, kemudian ada kesan mulut menganga ular besar berikut
gigi ular.
Struktur tangga andesit, Bante
Sujid memperkirakan di atas ada hamparan yang bisa saja untuk beribadah atau
singgasana. Bante Sujid bercerita bahwa begitu mengetahui ada penemuan makara,
langsung mengontak para Bhiksu di Thailand.
Saat itu Bante Sujid menjalani
masa wasa ini di Vihara Maha Citiya Oenang Hermawan Jambi. Respon Bhiksu di
Thailand senang mendengar kabar atas penemuan makara tersebut. Bhiksu dari Thailand
akan datang sekitar November atau Desember 2011 ke Candi Kedaton untuk melihat
langsung semuanya.
Gubernur Jambi Hasan Basri Agus
mengatakan, dirinya menyaksikan langsung makara itu dan meminta informasi ini
disebarkan luas bahwa kita mempunyai potensi budaya yang cukup besar pada saat ini.
Disebutkan, dengan adanya
beberapa temuan yang dua di antaranya adalah makara bisa menjadi petunjuk
sejarah di perkembangan agama di Jambi, khususnya Budha. Terlebih kaitannya
dengan kian giatnya Pemerintah Provinsi Jambi untuk mendaftarkan Situs Candi
Muaro Jambi sebagai salah satu warisan budaya dunia.
“Hal ini semakin membuktikan bahwa
lokasi Candi Muaro Jambi merupakan lokasi yang cukup strategis bagi
perkembangan agama Budha saat itu. Kompleks Candi Muaro Jambi sebagai sebuat
lembaga pendidikan atau kampus. Hal itu didasarkan atas beberapa penelitian
terdahulu dan berdasarkan dokumen yang ada,”katanya.
Dengan adanya temuan-temuan dari
pemugaran ini, maka semakin memperkaya kepemilikan candi di Situs Candi Muaro
Jambi. “Jika selama ini bagian kompleks Candi Gumpung dan Candi Tinggi sebagai
Candi Induk, maka dengan temuan ini bisa jadi menjadi yang lebih besar,”katanya.
Disebutkan, pemugaran kompleks
Candi Muaro Jambi, khususnya Candi Kedaton ini dibiayai dari dana APBN. Kendati
demikian, Pemerintah Provinsi Jambi berkewajiban untuk mengamankan proses
tersebut. Terlebih dengan adanya temuan bersejarah yang diperkirakan merupakan
tinggalan Abad VII-XIII sesuai catatan diketemukan Situs Candi Muaro Jambi.
“Untuk memajukan sektor wisata di
Jambi, perlu dilakukan renovasi peninggalan sejarah itu. Situs Muarojambi
diperkirakan berasal dari Abad 9-14, rentan waktu masa kejayaan Raja Sriwijaya
dan Melayu Kuno,”katanya.
Saat ini telah ditemukan 83 candi
termasuk benteng dan sungai yang mengelilinginya. Selain itu ada juga gundukan
tanah (menapo), patung Prajnaparamita. Para
ahli menduga bahwa situs itu adalah komplek peribadatan agama Buddha yang
terluas di Nusantara.
Obyek Wisata
Etnis Tionghoa
Sementara itu ribuan warga etnis
Tionghoa di Jambi yang menganut agama Buddha menjadikan Candi Muarojambi
sebagai lambang sejarah dan bukti adanya penyebaran agama Buddha di Provinsi
Jambi. Candi Muarojambi punya arti penting bagi Etnis Tionghoa Jambi.
Tokoh masyarakat etnis Tionghoa Jambi,
Darman Wijaya mengatakan, Candi Muarojambi menjadi salah satu peninggalan
sejarah kebanggaan masyarakat Jambi, khussnya etnis Tionghoa.
Bahkan situs purbakala dijadikan
tempat perayaan Hari Suci Waisak 2551 Buddhis Era (BE) tahun 2007 secara
nasional. Sekitar 5000 umat Buddha dan 60 orang Bhiku Sangha dari berbagai
daerah di Indonesia
hadir saat itu.
Dipilihnya Candi Muarojambi
sebagai pusat pelaksanaan Waisak, menjadi kebanggaan tersendiri bagi etnis
Tinghoa Jambi.
Kemah Budaya Dan Wisata Keluarga
Komplek Candi Muarojambi juga
pernah dipusatkan menjadi tempat kemah budaya ribuan pemuda dan pelajar se
Provinsi Jambi. Kegiatan itu dilakukan untuk menarik minat wisatawan berkunjung
ke Candi Muarojambi.
Acara itu merupakan program rutin
Disbudpar Provinsi Jambi setiap tahun sebagai agenda wisata di Muarojambi.
Penyelenggaraan juga diupayakan sejalan dengan kegiatan vestifal Candi
Muarojambi setiap tahunnya.
Bahkan kini untuk menikmati
keindahan alam disekitar candi, bias mengelilingi komplek percandian seluas 12
kilometer dengan bersepeda. Pengunjung tidak usah membawa sepeda dari rumah, karena
semua telah tersedia di komplek percandian dengan biaya sewa Rp 5.000 per
orang. Jasa lainnya juga ada tukang ojek setempat.
Saat memasuki pintu gerbang
candi, sekitar 200 meter ada sebuah pos satpam dan telah terjejer puluhan
sepeda, tingal anda memilih sepeda untuk dinaiki dua orang atau untuk tiga
orang.
Pengunjung bisa keliling Candi
Gumpung, Candi Tinggi, Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan II, Candi
Kedaton, Candi Koto Mahligai dan candi-candi lainya.
Kawasan Candi Muaro Jambi cukup
eksotik. Hamparan rumput, pepohonan besar dan bangunan candi dari bata, baik
yag utuh ataupun reruntuhan. Tak heran, lokasi ini cocok untuk tempat wisata
keluarga. (ASENK LEE SARAGIH)
FOTO-FOTO SITUASI DI KOMPLEKS CANDI MUAROJAMBI SEPTEMBER 2011 OLEH ASENK LEE SARAGIH
Add caption |
DIABADIKAN OLEH ROSENMAN MANIHURUK SEPTEMBER 2011
DANRINDAM I BB/ Mengucapkan

DIRGAHAYU TNI ' Semoga TNI Selalu di Hati Rakyat, Menjadi Kebanggaan Ibu Pertiwi, Sinergi, dan Maju Bersama Negeri, AMIN

Tinuktuk Sambal Rempah Khas Simalungun Dari Devi Damanik

Tinuktuk adalah Sambal Rempah Khas Simalungun yang berkhasiat bagi tubuh dan enak untuk sambal Ikan Bakar atau sambal menu lainnya. Permintaan melayani seluruh Indonesia dengan pengiriman JNT dan JNE. Berminat hubungi HP/WA Devi Yusnita Damanik 0815 3445 0467 atau di Akun Facebook: Devi Damanik.

Peletakan Batu Pertama Pembangunan “Monumen Makam Hinalang” (St RK Purba)

Hinalang- Pdt Jhon Rickky R Purba MTh melakukan peletakan batu pertama pembangunan Pusara “Monumen Makam Hinalang” (St RK Purba) di Desa (Nagori) Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (22/10/2019). Acara Peletakan Batu Pertama dilakukan sederhana dengan Doa oleh Pdt Jhon Rickky R Purba MTh. Selengkapnya KLIK Gambar

Catatan Kecil Lomba Cover Lagu Simalungun “Patunggung Simalungun”

“Lang jelas lagu-lagu Simalungun sonari on. Tema-tema pakon hata-hata ni lagu ni asal adong. Irama ni pe asal adong, ihut-ihutan musik sonari. Lagu-lagu Simalungun na marisi podah lang taridah.” (Semakin kurang jelas juga lagu-lagu Simalungun belakangan ini. Tema dan syairnya asal jadi. Iramanya pun ikut-ikut irama musik zaman “now” yang kurang jelas. Lagu-lagu Simalungun bertema nasehat pun semakin kurang”.
