Beberapa pengumpul dan pedagang kol di kawasan Simalungun Atas yang ditanyai METRO mengatakan, naiknya harga kol saat ini disebabkan kurang tertutupinya permintaan pasar karena keberadaan kol yang siap panen di petani kurang. Namun ada juga petani yang menyampaikan hal berbeda.
Girsang, seorang pengumpul kol di Silimakuta menerangkan, saat ini kol di Simalungun Atas rata-rata berumur 2 bulan lebih, atau dengan kata lain masa panen diperkirakan berada di minggu ketiga April. Girsang berprediksi, gejolak kenaikan harga kol ini diperkirakan akan berlangsung sekitar lebih kurang 3 minggu, dan nanti minggu ketiga April atau akhir April harga kol diperkirakan akan kembali anjlok karena akan terjadi panen raya.
Sementara, Munthe yang berada di Purba mengatakan, saat ini permintaan kol dari luar negeri semakin meningkat. Karenanya, harga dengan sendirinya semakin tinggi. Menurut Munthe, kalau ternyata nanti permintaan kiriman barang keluar negeri, seperti Singapura, Hongkong dan lain-lain semakin tinggi, tidak menutup kemungkinan harga kol ini akan semakin memuncak.
Menanggapi hal ini, pengamat pertanian Umum Tarigan mengatakan, saat ini produk hortikultura Simalungun mulai dilirik negara luar, seperti Singapura, Thailand, Hongkong dan Malaysia. Katanya, hal ini sebagai bukti dan buah kerja berbagai pihak, khususnya dinas pertanian yang tahun-tahun terakhir begitu serius melakukan pembinaan terhadap petani.
Katanya, PEmkab Simalungun melalui dinas pertanian dengan serius melakukan pembinaan agar petani menerapkan standar operasional produksi terhadap tanaman hortikultura, sehingga hasil pertanian tersebut layak konsumsi dan bebas dari residu pestisida. Umum Tarigan berharap kepada pemerintah, agar ke depannya bisa menolak pemasokan barang pertanian dari luar. (sp/ara)(metrosiantar.com)
0 Comments