Terancam Ambruk : Bangunan SD Impres 091383 Hutaimabru, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Simalungun kini nyaris ambruk. Tampak seorang warga, memperhatikan abrasi di sekitar sekolah itu. Foto sauhur/ asenk lee saragih
Abrasi atau pengikisan pantai akibat gelombang air di pesisir Danau Toba wilayah Haranggaol, Kecamatan Horisan dan pesisir di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun semakin parah. Abrasi pantai tersebut membuat bangunan-bangunan di tepi pantai semakin banyak yang terancam ambruk.
Pantauan penulis di Desa Haranggaol dan Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun, baru-baru ini menunjukkan, jarak antara pantai dengan beberapa bagian jalan ada yang hanya satu meter. Bahkan, sebagian tebing jalan sudah ambruk. Kemudian, beberapa bangunan penginapan seperti di Pemandian Sabas Haranggaol sudah ambruk. Pohon-pohon di tepi pantai seperti mangga dan kelapa sudah banyak yang tumbang.
Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Hutaimbaru. Pinggir pantai kini mengancam pemukiman penduduk serta sekolah SD Impres HUtaimbaru yang letaknya persis di pinggir danau kini sudah abrasi berat.
Upaya Pemerintah Kabupaten Simalungun dan Pemerintah Sumatera Utara mengatasi abrasi pantai tersebut adalah dengan membangun benteng atau dam di tepi pantai yang terbuat dari batu dibungkus kawat. Kemudian membangun turab atau benteng dari tembok. Namun, sebagian pantai tersebut belum dibangun turab, sehingga abrasi terus terjadi.
P Haloho (40), warga Desa Haranggaol mengatakan, pembangunan turab di pantai Haranggaol sudah lama terbengkalai. Di depan rumah warga yang persis di pinggir danau hingga kini belum dibangun turab, sehingga badan jalan di depan rumahnya terancam longsor.
Dikatakan, abrasi pantai tersebut sudah sering dilaporkan kepada pemerintah setempat. Namun tanggapan belum ada sampai sekarang. Pemerintah Kabupaten Simalungun sudah pernah mengusulkan kepada warga yang rumahnya di pinggir danau agar dipindahkan. Namun hingga kini warga mengindahkan intruksi tersebut, karena tidak punya lahan pemukiman lain.
Hal ini nampak dari belum dilanjutkannya pembangunan turab di sepanjang pantai. "Bila hal ini dibiarkan, abrasi akan semakin parah karena permukaan Danau Toba saat ini semakin tinggi. Ketika musim ombak nanti, bulan Juni-Juli, abrasi makin berat seperti tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di pantai Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimahuta, abrasi pantai mengakibatkan sebuah bangunan gereja, yakni Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) ambruk beberapa tahun lalu. Tanah lokasi bangunan gereja sudah habis terseret air. Sementara itu rumah warga yang dekat dengan GKPS Hutaimbaru amlas terbawa longsor tepi danau.
Sedangkan rumah-rumah di sekitar gereja juga terancam terseret air. Jarak antara rumah-rumah dengan pantai hanya sekitar satu meter. Pembangunan turab di sepanjang pantai desa itu hanya dilakukan warga secara darurat dengan membuat parit dari batu.
Sementara itu pembangunan jalan keliling danau dari Tongging, Kabupaten Karo- Haranggaol hingga kini masih terbengkalai. Sejumlah ruas jalan yang dibangun persis di pinggir danau seperti di Desa Gaol, Binangara, Sihalpe, Nagori, Kecamatan Horisan Haranggaol kini hancur dihantam ombak danau.
Sejak tahun 2000 lalu, hingga Mei 2010 pembangunan jalan lingkar Danau Toba di wilayah Simalungun amburadul. Perhatian Dinas Kimpraswil Provinsi Sumatera Utara minim terhadap kondisi jalan tersebut. (asenk lee saragih)
0 Comments