GUNUNG MALELA- Pengerukan parit di Jalan Asahan oleh PTPN III Bangun, dinilai telah memutus mata pencaharian warga. Pasalnya, sejak pengerukan parit, warga yang membuka usaha menjual minuman segar, seperti air kelapa di sekitar lokasi, kini tak bisa berjualan lagi.
Pengerukan parit terjadi sepajang dua ratus meter di Huta II, Nagori Senio, Kecamatan Gunung Malela, Simalungun. Sumarni (42) warga sekitar yang ditemui METRO mengaku dirinya dan sejumlah warga yang merupakan pedagang es kelapa muda tepi jalan ini kecewa dengan sikap PTPN III Kebun Bangun. ”Kami kecewa sekali dengan Kebun Bangun.
Tanpa alasan mereka mengorek parit pinggir jalan ini,” katanya. Katanya, selama enam bulan warga sekitar berjualan, pihak perusahaan tidak ada melakukan pengerukan parit. Namun, kini merekqa sangat kecewa dengan adanya pengorekan tersebut.”Kami rasa mereka sengaja mengorek parit pinggir jalan ini supaya kami tidak bisa berjualan,” kesalnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, sebelumnya pegawai perkebunan tersebut telah menemui sejumlah pedagang yang berjualan di tepi jalan dan meminta agar para pedagang ini hengakang dari lokasi tersebut. Kata pegawai tersebut, jika mereka masih bertahan maka pihak perusahaan akan mengeruk parit tanah dan membentuk parit.
”Seminggu yang lalu ada pegawai mereka datang dan katanya kami tidak boleh berjualan dekat dengan tanaman karet mereka. Jika tidak mau pindah mereka akan buat parit dekat jualan kami. Padahal entah apa masalahnya,” katanya.
Sebelumnya, lahan tepi jalan sepanjang dua ratus meter ini dipenuhi pedagang es kelapa muda. Para pedagang ini merupakan warga Nagori Senio yang sudah setahun menggeluti usaha dagang es kelapa muda ini.
Hasilnya, pedagang ini mampu membiayai kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan anaknya. Sementara, suami para pedagang ini hanya bekerja sebagai buruh bangunan ini. Lahan usaha yang dipakai para pedagang pun hanya sekitar dua meter. Bila mereka berjualan terlalu dekat dengan badan jalan, mereka takut akan membahayakan. Terpisah, Pegawai Pengawas Lapangan PTPN III Kebun Bangun, Liston Pakpahan (41) mengaku pembuatan parit tersebut bertujuan untuk mencegah maraknya pencurian getah milik perusahaan.
”Kita buat parit ini supaya tidak banyak maling yang masuk ke lahan karet. Kalau ada parit seperti ini, mereka tentu sulit masuk, terlebih jika memiliki kendaraan,” katanya. Disingung soal putusnya mata pencarian warga, Liston mengaku tidak mengetahui keluhan warga. “Saya tidak tahu kalau dampaknya bisa sebegitu besar. Tetapi mau bagaimana lagi, soalnya itu sudah perintah atasan,” elaknya. (mag-02/ara)
0 Comments