Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Rapat Guru dan Disdik di DPRD Panas & Saling Maki


Seorang guru orasi di depan kantor Disdik. (Foto: Lazuardy Fahmi)Seorang guru orasi di depan kantor Disdik. (Foto: Lazuardy Fahmi)


























SIANTAR- Rapat puluhan guru, Dinas Pendidikan serta Dinas Pendapatan dengan anggota DPRD Siantar berlangsung panas dan diwarnai aksi saling maki, Kamis (31/5) sekira pukul 14.30 WIB. Penyebabnya, peserta rapat mempertahankan pendapat masing-masing terkait tunjangan sertifikasi dan insentif kesra dari gubernur yang belum cair.
Rapat dipimpin Ketua DPRD Marulitua Hutapea dan Wakil Zainal Purba, di ruang pertemuan komisi-komisi. Hadir pada rapat itu Ketua Komisi II Kennedi Parapat dan anggota DPRD Rudolf Hutabarat, Kepala Dinas Pendidikan Setia Siagian dan Kepala Dinas Pendapatan JA Setiawan Girsang.

Sementara dari guru-guru diwakili Ketua Forum Guru Siantar (FGS) Hendri Tampubolon, Sekretaris FGS Eastman Panjaitan dan beberapa anggota FGS lain, seperti Timbul Panjaitan, Gibson Tamba dan B Manurung. Turut mendampingi Ketua Dewan Pendidikan Kota Siantar Nasir Armaya Siregar dan Pemerhati Pendidikan DR Hilman  Pardede.

Zainal Purba menyebutkan, di antara 20 butir tuntutan guru-guru yang telah disampaikan ke DPRD, dia mengusulkan agar lima butir yang menjadi masalah utama selama ini, lebih dulu dituntaskan. Dia mengusulkan tunjangan sertifikasi Desember 2010 dan Desember 2011, tunjangan sertifikasi triwulan I 2012, insentif Kesra 2011 dari Gubernur, serta maraknya kutipan liar di Dinas Pendidikan saat ini.

Hal inipun disetujui peserta rapat. Kadisdik Setia Siagian mendapat giliran pertama memberikan pemaparan. Dia menyebutkan, kekurangan pembayaran tunjangan sertifikasi Desember 2010 telah dibayarkan kepada guru-guru April 2012. “Untuk kekurangan pembayaran Desember 2011, sudah kita ajukan ke pemerintah pusat 13 Januari 2012. Nama-namanya sudah kita lengkapi,” kata Setia.  

Pernyataan Setia langsung ditanggapi Eastman Napitupulu. Menurut Eastman, meski sudah dicairkan ternyata tidak semua guru-guru mendapatkannya. Hal inipun dikuatkan Gibson Tamba, bahwa pernyataan Setia tidak benar. Bahkan salah seorang guru yang hadir mengaku belum mendapatkan tunjangan sertifikasi selama 12 bulan, mulai tahun 2010 lalu.

Tiba-tiba salah seorang peserta rapat berdiri. Dia mengaku bernama Resi Nadeak atau  Suster Aurelia, selama 12 bulan tunjangan sertifikasinya tidak dibayarkan tahun 2010 lalu. Hal itu tidak pernah dipertanyakannya kepada Dinas Pendidikan. 

“Puji Tuhan, tiba-tiba rekening saya bertambah 25 Mei lalu, ada uang masuk lebih Rp30 juta. Sebenarnya saya sebagai suster segan membicarakan masalah seperti ini. Tetapi demi keimanan atau kebenaran, saya harus sampaikan,” jelasnya.

Pengakuan jujur suster ini membuat Nasir Armaya Siregar langsung angkat bicara. Menurut Armaya, tidak perlu lagi rapat-rapat seperti ini dilaksanakan di DPRD. Yang Perlu segera dilakukan, DPRD harus membentuk Pansus dan lakukan audit terhadap Dinas Pendidikan Kota Siantar. “Kita sudah melakukan empat kali pertemuan seperti ini di DPRD.

Tidak ada lagi gunanya pertemuan begini. Bentuk Pansus dan lakukan audit terhadap Dinas Pendidikan. Itu juga sudah keputusan kita pada rapat sebelumnya. Kalau begini terus kita kembali lagi ke belakang,” tegas Armaya. 

Namun sikap Armaya ini langsung ditanggapi keras oleh Rudolf Hutabarat. Rudolf menyebutkan, pertemuan tetap perlu dilakukan. Tidak sembarangan DPRD membentuk Pansus. Rapat yang dilakukan juga sebatas rapat kerja sehingga tidak bisa membentuk Pansus.

“Silahkan buka rekaman yang ada di DPRD. Di sini ada Wakil Ketua Zainal dan Ketua DPRD Marulitua, sudah jelas kemarin disepakati dibentuk Pansus. Kalau kita rapat lagi hari ini, berarti itu sama saja mengkerdilkan DPRD, ” teriak Armaya dan lalu dia berdiri dan walk out dari ruang pertemuan. Situasi semakin panas, beberapa guru kemudian ikut adu argumentasi terkait hasil rapat sebelumnya. 

Akibat situasi semakin ribut, beberapa guru langsung berdiri dari tempat duduknya masing-masing. Ketua Komisi II Kennedi Parapat meminta kepada Zainal Purba agar dia dipersilahkan bicara. Namun Zainal tidak kunjung memberikan kesempatan.

“Kalau saya tidak diperbolehkan memberikan penjelasan di sini, saya juga keluar,” teriak Kennedi dan langsung berdiri dan menuju pintu keluar. Namun Kennedi dicegat beberapa guru, sehingga Kennedi tidak jadi keluar. Setelah duduk kembali, Kennedi memberikan penjelasan. 

Sesuai tatib DPRD Pansus tidak bisa dibentuk per SKPD. DPRD hanya bisa membentuk Pansus terkait penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang walikota sebagai kepala daerah. Dengan penjelasan ini rapatpun dilanjutkan. Saat itu Nasir Armaya kembali masuk ke ruangan.

Zainal Purba Dimaki Bodoh
 
Kepala Dinas Pendapatan JA Setiawan Girsang mendapat giliran kedua memberikan penjelasan. Dia mengatakan, memang benar terjadi kekurangan pembayaran dari pemerintah pusat terkait sertifikasi guru-guru di Siantar tahun 2010 dan 2011 lalu.

“Per bulan diperlukan Rp1,6 miliar uang untuk membayar sertifikasi guru. Desember 2010 dan 2011 ada masalah, terjadi kekurangan bayar dari pemerintah pusat. Uang yang ada saat itu hanya Rp900 juta. Diambil kebijakan Dinas Pendidikan dan Dinas Pendapatan untuk Desember 2010 dan Desember 2011 tidak dibayarkan,” kata Setiawan Girsang.

Setia Siagian juga menambahkan terjadi kekurangan bayar saat itu. Sesuai Permenkeu 71/PMK.07/2011, maka kekurangan bayar ini akan dilakukan rekonsiliasi dan pembayaran dilakukan tahun 2012.

Hal ini mendapat tanggapan dan protes dari beberapa guru yang ada di sana, Eastman Napitulu dan guru SMP bermarga Manalu ikut bicara. Terjadi perdebatan antara guru-guru dengan Setia Siagian dan JA Setiawan Girsang. Pada perdebatan itu, terlihat ada kecenderungan Zainal Purba membela Pemko Siantar.
“Interupsi, kita semua yang ada di sini harus ingat pelajaran akuntansi. 

Kalau sudah tutup buku tahun anggaran, mana bisa lagi dibuka bukunya. Harus membuka buku tahun anggaran baru. Sama dengan APBD, mana bisa lagi dibuka APBD 2010 lalu dan ditampung lagi anggaran kekurangan bayar itu. Memang Oto, oto, oto, Bodoh, bodoh anggota DPRD ini. Tak ada yang paham pembukuan, termasuk Pak Rudolf,” teriak B Manurung, anggota FGS yang merupakan guru SMPN 5.

“Bah Bapak bilang saya bodoh, kenapa Bapak bilang saya bodoh. Bapak yang tidak paham anggaran,” balas Zainal Purba. “Interupsi, harusnya Bapak dengarkan dulu penjelasan Pak Girsang (Kadispenda). Bapak sudah  menyerang saya ini,” teriak Rudolf. ”Oto semua, bodoh, saya keluar dari ruangan ini,” teriak B Manurung lagi.

Dia pun berjalan keluar menuju pintu. Namun saat itu Rudolf dan Zainal masih terlihat emosi. Manurung berbalik lagi dan terlihat emosi.” Kenapa pula kau marah-marah, kau anggota dewan, saya guru,” balasnya.
Manurung ditenangkan kawannya dan memilih duduk lagi di tempat semula. Rapat pun berlanjut hingga pukul 18.00 WIB dan menghasilkan beberapa keputusan termasuk masalah insentif Kesra. (metrosiantar.com)

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments