Berdampak Buruk Bagi Sektor Wisata

PARAPAT- Hingga kini,
longsor di jalan umum Siantar-Parapat tepatnya di Km 24 Nagori Pondok
Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Simalungun, tak kunjung diperbaiki.
Longsor yang terjadi pada Maret lalu kini sudah mulai melebar dan
memakan hampir separuh bahu jalan.
Jika tak segera diperbaiki, akses Siantar-Parapat akan terputus total,
dan arus lalu-lintas terpaksa dialihkan dari simpang
Sidamanik-Sipolha-Tanjung Dolok. Selain jarak tempuh makin jauh, kondisi
jalan via Sidamanik yang sempit dan berlubang akan berdampak buruk
terhadap sektor wisata.
Dampak lain juga dapat mengancam nyawa
pengendara dan sering menimbulkan kemacetan ketika terjadi lonjakan
kendaraan menuju daerah wisata Parapat di Danau Toba. Hal itu dirasakan
sejumlah wisatawan dan pengemudi angkutan umum jurusan Siantar-Parapat
dan Siantar-Bonapasogit, yang merasakan kekawatiran jika jalan tersebut
tiba-tiba terputus, dapat mengganggu kelancaran arus transportasi kedua
arah.
Sejumlah supir, pelaku wisata dan
pengusaha angkutan di Ajibata dan Parapat, kepada METRO, Senin (25/6),
meminta keseriusan pemerintah untuk segera memperbaiki jalan rusak
khususnya di lokasi longsor.
“Ini tugas pemerintah, jangan dibebankan lagi kepada pihak swasta. Kita bayar pajak dan retribusi kemana semuanya itu jika jalan raya sebagai penunjang roda perekonomian masyarakat dibiarkan begitu saja. Apa menunggu terputus baru diperbaiki,” ujar Tuan Nanser Sirait.
Pengusaha Angkutan asal Ajibata ini
menilai, pemerintah tidak serius dalam mengembangkan pariwisata Danau
Toba dengan alasan banyaknya infrastruktur penunjang wisata yang kurang
memadai. “Jika jalan rusak, maka wisatawan akan enggan datang berkunjung
ke Danau Toba,” ucapnya.
Senada disampaikan Pengamat Pariwisata
Danau Toba dan Wakit Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (
PHRI) Kabupaten Tobasa Monang S. Dia meminta pemerintah membenahi
fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata. “Jika ingin Danau Toba maju
sebagai daerah kunjungan wisata, pemerintah harus memperbaiki sejumlah
jalan rusak dari Siantar-Parapat hingga Tarutung,” katanya.
Monang berharap pemerintah tidak hanya
membuat program-program yang belum jelas arahnya. “Kita salut atas
keseriusan mereka membuat program seperti Geopark di kawasan Danau Toba
dan pembentukan Forum Pengembangan Pariwisata (FPP) atau Destination
Management Organization (DMO), tapi yang terpenting diperbaiki adalah
fasilitas-fasilitas yang sudah rusak seperti jalan, dermaga wisata dan
mengadakan penyulusah sadar wisata terhadap masyarakat di kawasan
wisata,” harapnya.
Sementara Manager Sapadia Hotel P
Sidabutar, mengungkapkan dampak buruk dari rusaknya jalan menuju Danau
Toba yang dapat mengakibatkan beralihnya pengunjung ke daerah lain.
“Jalan dari Siantar ke Parapat lebih dekat jika melalui Pondok Bulu,
kalau jalan itu terputus hanya ada satu jalan alternatif melalui Simpang
Sidamanik ke Sipolha dan keluar dari Simpang Tanjung Dolok.
Namun jarak tempuhnya akan memakan waktu
3 jam dari Siantar ke Parapat, jelas itu pemborosan waktu, di samping
itu mereka akan lebih memilih menuju ke Kabanjahe dan Berastagi, karena
jalan ke sana lebih bagus dan ramai,” terangnya.
Namun Sidabutar mengakui, keindahan
panorama Danau Toba jika melitas dari arah tersebut akan melalui
beberapa objek wisata. “Dulu jalan itu dibangun untuk memajukan wisata
Batu Hoda, Tanjung Unta, Simarjarunjung, Pantai Sipolha dan Repa dengan
pembukaan jalan lintas kanan Danau Toba, namun kurangnya fasilitas
seperti hotel dan restoran di sana menjadikan pariwisata di daerah itu
tertinggal,” tandasnya. (MSC)
0 Comments