Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Wisatawan Waswas Karena Longsor Jalan Siantar-Parapat


Berdampak Buruk Bagi Sektor Wisata
(Foto: Jetro Sirait) Jalan Siantar Parapat yang terancam longsor di kawasan Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan, Senin (25/6).(Foto: Jetro Sirait) Jalan Siantar Parapat yang terancam longsor di kawasan Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan, Senin (25/6).
PARAPAT- Hingga kini, longsor di jalan umum Siantar-Parapat tepatnya di Km 24 Nagori Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Simalungun, tak kunjung diperbaiki. Longsor yang terjadi pada Maret lalu kini sudah mulai melebar dan memakan hampir separuh bahu jalan.

Jika tak segera diperbaiki, akses Siantar-Parapat akan terputus total, dan arus lalu-lintas terpaksa dialihkan dari simpang Sidamanik-Sipolha-Tanjung Dolok. Selain jarak tempuh makin jauh, kondisi jalan via Sidamanik yang sempit dan berlubang akan berdampak buruk terhadap sektor wisata. 

Dampak lain juga dapat mengancam nyawa pengendara dan sering menimbulkan kemacetan ketika terjadi lonjakan kendaraan menuju daerah wisata Parapat di Danau Toba. Hal itu dirasakan sejumlah wisatawan dan pengemudi angkutan umum jurusan Siantar-Parapat dan Siantar-Bonapasogit, yang merasakan kekawatiran jika jalan tersebut tiba-tiba terputus, dapat mengganggu kelancaran arus transportasi kedua arah.

Sejumlah supir, pelaku wisata dan pengusaha angkutan di Ajibata dan Parapat, kepada METRO, Senin (25/6), meminta keseriusan pemerintah untuk segera memperbaiki jalan rusak khususnya di lokasi longsor.

“Ini tugas pemerintah, jangan dibebankan lagi kepada pihak swasta. Kita bayar pajak dan retribusi kemana semuanya itu jika jalan raya sebagai penunjang roda perekonomian masyarakat dibiarkan begitu saja. Apa menunggu terputus baru diperbaiki,” ujar Tuan Nanser Sirait.

Pengusaha Angkutan asal Ajibata ini menilai, pemerintah tidak serius dalam mengembangkan pariwisata Danau Toba dengan alasan banyaknya infrastruktur penunjang wisata yang kurang memadai. “Jika jalan rusak, maka wisatawan akan enggan datang berkunjung ke Danau Toba,” ucapnya.

Senada disampaikan Pengamat Pariwisata Danau Toba dan Wakit Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) Kabupaten Tobasa Monang S. Dia meminta pemerintah membenahi fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata. “Jika ingin Danau Toba maju sebagai daerah kunjungan wisata, pemerintah harus memperbaiki sejumlah jalan rusak dari Siantar-Parapat hingga Tarutung,” katanya.

Monang berharap pemerintah tidak hanya membuat program-program yang belum jelas arahnya. “Kita salut atas keseriusan mereka membuat program seperti Geopark di kawasan Danau Toba dan pembentukan Forum Pengembangan Pariwisata (FPP) atau Destination Management Organization (DMO), tapi yang terpenting diperbaiki adalah fasilitas-fasilitas yang sudah rusak seperti jalan, dermaga wisata dan mengadakan penyulusah sadar wisata terhadap masyarakat di kawasan wisata,” harapnya.

Sementara Manager Sapadia Hotel P Sidabutar, mengungkapkan dampak buruk dari rusaknya jalan menuju Danau Toba yang dapat mengakibatkan beralihnya pengunjung ke daerah lain. “Jalan dari Siantar ke Parapat lebih dekat jika melalui Pondok Bulu, kalau jalan itu terputus hanya ada satu jalan alternatif melalui Simpang Sidamanik ke Sipolha dan keluar dari  Simpang Tanjung Dolok.

Namun jarak tempuhnya akan memakan waktu 3 jam dari Siantar ke Parapat, jelas itu pemborosan waktu, di samping itu mereka akan lebih memilih menuju ke Kabanjahe dan Berastagi, karena jalan ke sana lebih bagus dan ramai,” terangnya.

Namun Sidabutar mengakui, keindahan panorama Danau Toba jika melitas dari arah tersebut akan melalui beberapa objek wisata. “Dulu jalan itu dibangun untuk memajukan wisata Batu Hoda, Tanjung Unta, Simarjarunjung, Pantai Sipolha dan Repa dengan pembukaan jalan lintas kanan Danau Toba, namun kurangnya fasilitas seperti hotel dan restoran di sana menjadikan pariwisata di daerah  itu tertinggal,” tandasnya. (MSC)

Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

0 Comments