MY
FATHER IS MY HERO. Ayah sedang bekerja di ladang. Kehidupan sebagai petani
sudah dijalani ayah bertahun-tahun. Dalam sebuah kisah keluarga yang kami
jalani, saya selalu bangga bercerita bahwa saya adalah anak seorang petani;
yang dalam sebuah kesusahan hidup yang menekan, pernah tidur di ladang
berhari-hari, selama kurun waktu enam tahun.
Sejak
ayah ditinggal ibunda tercinta tiga tahun yang lalu, semangat ayah untuk
bekerja tidak pernah luntur. Pagi sampai sore selalu di ladang. Bekerja keras
melebihi kekuatan yang ayah miliki.
Sebuah
cita-cita luhur terpatri kuat di hati ayah. Beliau ingin memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Di usia ayah yang sudah menginjak 55 tahun, sudah
sepatutnya ayah menikmati kehidupan ini dengan memberi tubuhnya tidak terlalu
bekerja keras.
Tapi
beban tanggung jawab dan cita-cita ayah untuk anak-anaknya tidak memberi ruang
untuk itu. Semogalah Dia Pemilik Kehidupan ini, berkenan memberikan
kemurahan-Nya, kelemah lembutan-Nya, belas kasihan-Nya kepada ayah. Ayah, saya
sangat bangga dan sangat menyayangimu. (Sumber Facebook : Pdt Defri Judika
Purba STh)
HIDUP
ADALAH TUGAS, Tekunilah. Ramai-ramai pulang partonggoan bersama jemaat.
Berjalan kaki dengan kondisi jalan yang berbatu-batu. Badan yang letih tidak
terasa karena alam menghadirkan dirinya dengan megah, pebukitan yang menawan
dan hamparan danau toba yang indah.
Sepanjang
perjalanan, berbagi cerita dalam sebuah sukacita. Hidup ini sungguh indah
adanya. Bekerjalah...selama masih siang; akan datang malam, dimana tidak
seorang pun yang dapat bekerja (Yoh.9:4). (Sumber Facebook : Pdt Defri Judika
Purba STh)
HIDUP
ADALAH CINTA –terimalah dan bagilah. Bersama salah seorang jemaatku. Beliau
dipanggil na patar, sesuai dengan nama anaknya yang paling besar. Ibu dari
empat anak ini sudah hampir tiga tahun ditinggal oleh suami yang dia cintai.
Anak-anaknya
dua orang sudah berumah tangga, yang sulung dan bungsu belum berumah tangga.
Tentu beban kehidupan sejak ditinggal oleh suami semakin berat. Untuk mencukupi
dan memenuhi kebutuhan dalam keluarga, inang ini berjualan.
Membawa
dagangan ikan mas, nila, pora-pora (haporas Danau Toba) yang diperolehnya dari
penduduk sekitar Danau Toba di Desa Tambun Raya dan menjualnya ke pekan yang
ada di Sarimatondang dan Sait Buttu, Kabupaten Simalungun.
Kalau
dagangan inang ini tidak habis di pekan, beliau akan memasuki perkampungan yang
ada di PTPN IV Kebun Toba Sari, menjajakan dagangannya kepada masyarakat di Perumahan
Emplasmen atau Afdeling.
Dari
usaha inilah inang ini bertahan memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai anaknya
yang masih berada di bangku perkuliahan. Doa yang tulus yang dilatarbelakangi
oleh kisah Petrus dan Yohannes yang menyembuhkan seorang yang lumpuh sejak
lahirnya di Bait Allah itulah yang kupanjatkan. (Kis.3:1-10).
Dalam
kisah tersebut, diceritakan Petrus dan Yohannes akan bersembahyang di Bait
Allah. Di situ ada seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahirnya dan harus
diusung. Tiap-tiap hari dia diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah untuk
meminta sedekah.
Ketika
dia bertemu Petrus dan Yohannes, orang lumpuh tersebut menatap mereka dengan
harapan mendapat sesuatu. Tetapi Petrus berkata: emas dan perak tidak ada
padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus
orang Nazaret itu, berjalanlah.
Dan
orang lumpuh itu menjadi sembuh. Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi yang
kupunyai, kuberikan kepadamu; itulah yang kulakukan saat ini. Saya tidak
memiliki emas dan perak untuk dibagi kepada jemaatku, karena mustahil untuk
memiliki benda-benda tersebut dan saya juga yakin mereka tidak mengharapkan
itu.
Yang
saya miliki hanyalah cinta, cinta dan cinta. Cinta dalam sebuah tawa, cinta
dalam keberpihakan kepada seorang inang yang sudah mabalu, cinta dalam sebuah
kepedulian. Semoga inang ini bertambah-tambah rejekinya, dipenuhi sukacitanya
dan dimuluskan setiap rencananya. (Sumber Facebook : Pdt Defri Judika Purba
STh)
0 Comments