Riwayat Hidup Mr. Djariaman Damanik (1920 - 2013)
Mr. Djariaman Damanik. Foto FB KJS |
WE MISS U...
Riwayat Hidup Mr. Djariaman Damanik
Lahir 19 November 1920 di pamatang sidamanik. Putra dari pasangan Tuan Ramahadin Damanik (Raja Harajaon Sidamanik) dengan Puang Inim br. Saragih Turnip (puteri Panghulu Gortak Simpang Raya ), Anak Sulung dari 12 bersaudara.
- 1928 - Pada usia 7 tahun belajar di Zendings School (pamatang sidamanik), sekolah yang didirikan oleh RMG atas rekomendasi kakek nya, Tuan Riahata Damanik (Pemangku Harajaon Siattar).Kemudian masuk Hollands Inlandse School (HIS) pematang siantar jl. simarito dengan sistem asrama di Internaat voor Hoofden Zonen (asrama untuk anak raja dan pemuka simalungun)
1936 -melanjutkan sekolah di Hogere Burger Scholl (HBS) Medan selama 5 tahun, pernah mondok di rumah Mevr. Freichmann di jl. Padang Bulan bersama puta putri RAJA BANDAR, Tuan Rafii Damanik, Salimah Damanik, Satia Damanik, Bunga Damanik, bergabung anak Raja Dolok Silou, Tuan Bandaralam Purba Tambak, T. Omsyah Sinaga putera Tanah Djawa sehingga mempelajari tata krama barat, kemudian melanjutkan latihan ketentaraan Jepang di Bengkulu. Di sini, ia digembleng disiplin ala Jepang seperti baris berbaris, mengurus asrama, bercocok tanam serta disiapkan kelak menjadi komando (Taicho) untuk strategi perang gerilya dan diangkat menjadi pelatih.
Pada tahun 1944 ditugaskan kembali ke daerah dan melapor kepada Bun Syu Cho (bupati) Simalungun lalu mendapat pelatihan ketentaraan kembali di Gunung Rintih serta melatih pemuda desa di sepanjang pantai Cermin, Labuhan Deli sepanjang pantai sumatera timur.
1945 - MENDIRIKAN PESINDO di pamatang sidamanik bersama pemuda setempat dan Ketua Tani pada masa peralihan kemerdekaan, setahun kemudian bertunangan dengan Martha br. Saragih Sidauruk (dari Silampuyang), putri dari partuanon Banggal di Harajaon Siattar, sesuai tradisi menjadi Puang Bolon.
Ia mengalami dan menyaksikan peristiwa mencekam REVOLUSI SOSIAL'46 yang memiliki sasaran berusaha menghapuskan sistem feodalisme dengan melenyapkan sistem raja raja dengan cara yang sangat keji. Setelah mendengar berita penculikan Raja Panei dan keluarga serta penjarahan, ayah nya memboyong keluarga untuk menghindari hal yang sama dengan bergabung bersama pemuka simalungun lain (Tuan Bisara Sinaga, Tuan Jansen Saragih, Tuan Baja Purba, Tuan Dolog Batu Nanggar, Tuan Raya Kahean, Tuan Jorlang Hataran) di pamatang siantar. Pada tanggal 5 Maret 1946, mereka mendengar berita bahwa Tuan Kaduk Garingging telah di bunuh di jembatan Huta Iling.
Pada bulan yang sama, Opsir Menengah Yoshida menyarankan agar ia beranjak ke Tapanuli, karena ada beberapa rombongan gerakan dari Panei yang masih mencari Raja Muda Sidamanik. Ia bergabung dengan ketentaraan di sana, masuk menjadi anggota PNI di Tarutung dan menjadi staf di KOMANDO RESIMEN II di bawah pimpinan Jansen Siahaan.
Setelah mengalami pergolakan pasca kemerdekaan yaitu Agresi Militer, pembentukan Negara Sumatera timur, keberadaan pasukan Blauw Pijpers, saling mencurigai, perebutan kekuasaan, dan perpecahan dalam pasukan TKR dan eks laskar, usai, ia kembali ke Pamatang Siantar dan menikah dengan Martha br. Sidauruk (1949)
Djariaman Damanik melanjutkan studi ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tinggal dalam asrama serta bekerja di perpustakaan sebagai "part timer student" untuk menambah biaya hidup. Pada tahun 1954 menyelesaikan studi dengan gelar "Meester in de rechten" (Mr). 1956 berkarir menjadi Hakim di Pengadilan Negeri Medan dan menjadi Ketua Pengadilan Negeri Binjai pada tahun 1959. Tahun 1963 diangkat menjadi Hakim Tinggi Pengadilan Negeri Medan dan mengikuti pendidikan hukum (post graduate) selama 2 tahun di Cambridge University, London, Inggris.
Mengikuti pendidikan yang diselenggarakan PBB selama 4 bulan di Tokyo bersama delegasi dari negara Asia Pasific (India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Singapura, Thailan, Korea Selatan dll) dan meraih predikat terbaik kedua.
1967 menjadi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Medan
1972 diangkat menjadi Ketua Pengadilan Tinggi Denpasar Bali
1972-1980 Dosen Luar Biasa di Fakultas Hukum Udayana Bali
1983 Rektor Universitas Simalungun
Berkaitan dengan upaya memajukan budaya simalungun, Mr. Djariaman menggagas seminar bersama COSMAS Batubara, JOOP AVE, A. TAHIR di USI, salah satu hasilnya adalah inventasisasi legenda yang berhubungan dengan falsafah Habonaron Do Bona seperti cerita si JONAHA, HUDA SI TAJUR, SI PANOKTOK HITEI, AMBOU SIANTAR yang menjadi PUTERI ULAR.
Ia tidak pernah pensiun, selalu berusaha berkiprah dalam pelbagai bidang kemasyarakan untuk memajukan Simalungun. (KJS) -
sumber : Buku 80 Tahun Mr. Djariaman Damanik, Penerbit IKAPI Jakarta, 2000
Foto : Orasi Kebudayaan, ULTAH MUSEUM SIMALUNGUN, 2011 - KJS
Riwayat Hidup Mr. Djariaman Damanik
Lahir 19 November 1920 di pamatang sidamanik. Putra dari pasangan Tuan Ramahadin Damanik (Raja Harajaon Sidamanik) dengan Puang Inim br. Saragih Turnip (puteri Panghulu Gortak Simpang Raya ), Anak Sulung dari 12 bersaudara.
- 1928 - Pada usia 7 tahun belajar di Zendings School (pamatang sidamanik), sekolah yang didirikan oleh RMG atas rekomendasi kakek nya, Tuan Riahata Damanik (Pemangku Harajaon Siattar).Kemudian masuk Hollands Inlandse School (HIS) pematang siantar jl. simarito dengan sistem asrama di Internaat voor Hoofden Zonen (asrama untuk anak raja dan pemuka simalungun)
1936 -melanjutkan sekolah di Hogere Burger Scholl (HBS) Medan selama 5 tahun, pernah mondok di rumah Mevr. Freichmann di jl. Padang Bulan bersama puta putri RAJA BANDAR, Tuan Rafii Damanik, Salimah Damanik, Satia Damanik, Bunga Damanik, bergabung anak Raja Dolok Silou, Tuan Bandaralam Purba Tambak, T. Omsyah Sinaga putera Tanah Djawa sehingga mempelajari tata krama barat, kemudian melanjutkan latihan ketentaraan Jepang di Bengkulu. Di sini, ia digembleng disiplin ala Jepang seperti baris berbaris, mengurus asrama, bercocok tanam serta disiapkan kelak menjadi komando (Taicho) untuk strategi perang gerilya dan diangkat menjadi pelatih.
Pada tahun 1944 ditugaskan kembali ke daerah dan melapor kepada Bun Syu Cho (bupati) Simalungun lalu mendapat pelatihan ketentaraan kembali di Gunung Rintih serta melatih pemuda desa di sepanjang pantai Cermin, Labuhan Deli sepanjang pantai sumatera timur.
1945 - MENDIRIKAN PESINDO di pamatang sidamanik bersama pemuda setempat dan Ketua Tani pada masa peralihan kemerdekaan, setahun kemudian bertunangan dengan Martha br. Saragih Sidauruk (dari Silampuyang), putri dari partuanon Banggal di Harajaon Siattar, sesuai tradisi menjadi Puang Bolon.
Ia mengalami dan menyaksikan peristiwa mencekam REVOLUSI SOSIAL'46 yang memiliki sasaran berusaha menghapuskan sistem feodalisme dengan melenyapkan sistem raja raja dengan cara yang sangat keji. Setelah mendengar berita penculikan Raja Panei dan keluarga serta penjarahan, ayah nya memboyong keluarga untuk menghindari hal yang sama dengan bergabung bersama pemuka simalungun lain (Tuan Bisara Sinaga, Tuan Jansen Saragih, Tuan Baja Purba, Tuan Dolog Batu Nanggar, Tuan Raya Kahean, Tuan Jorlang Hataran) di pamatang siantar. Pada tanggal 5 Maret 1946, mereka mendengar berita bahwa Tuan Kaduk Garingging telah di bunuh di jembatan Huta Iling.
Pada bulan yang sama, Opsir Menengah Yoshida menyarankan agar ia beranjak ke Tapanuli, karena ada beberapa rombongan gerakan dari Panei yang masih mencari Raja Muda Sidamanik. Ia bergabung dengan ketentaraan di sana, masuk menjadi anggota PNI di Tarutung dan menjadi staf di KOMANDO RESIMEN II di bawah pimpinan Jansen Siahaan.
Setelah mengalami pergolakan pasca kemerdekaan yaitu Agresi Militer, pembentukan Negara Sumatera timur, keberadaan pasukan Blauw Pijpers, saling mencurigai, perebutan kekuasaan, dan perpecahan dalam pasukan TKR dan eks laskar, usai, ia kembali ke Pamatang Siantar dan menikah dengan Martha br. Sidauruk (1949)
Djariaman Damanik melanjutkan studi ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tinggal dalam asrama serta bekerja di perpustakaan sebagai "part timer student" untuk menambah biaya hidup. Pada tahun 1954 menyelesaikan studi dengan gelar "Meester in de rechten" (Mr). 1956 berkarir menjadi Hakim di Pengadilan Negeri Medan dan menjadi Ketua Pengadilan Negeri Binjai pada tahun 1959. Tahun 1963 diangkat menjadi Hakim Tinggi Pengadilan Negeri Medan dan mengikuti pendidikan hukum (post graduate) selama 2 tahun di Cambridge University, London, Inggris.
Mengikuti pendidikan yang diselenggarakan PBB selama 4 bulan di Tokyo bersama delegasi dari negara Asia Pasific (India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Singapura, Thailan, Korea Selatan dll) dan meraih predikat terbaik kedua.
1967 menjadi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Medan
1972 diangkat menjadi Ketua Pengadilan Tinggi Denpasar Bali
1972-1980 Dosen Luar Biasa di Fakultas Hukum Udayana Bali
1983 Rektor Universitas Simalungun
Berkaitan dengan upaya memajukan budaya simalungun, Mr. Djariaman menggagas seminar bersama COSMAS Batubara, JOOP AVE, A. TAHIR di USI, salah satu hasilnya adalah inventasisasi legenda yang berhubungan dengan falsafah Habonaron Do Bona seperti cerita si JONAHA, HUDA SI TAJUR, SI PANOKTOK HITEI, AMBOU SIANTAR yang menjadi PUTERI ULAR.
Ia tidak pernah pensiun, selalu berusaha berkiprah dalam pelbagai bidang kemasyarakan untuk memajukan Simalungun. (KJS) -
sumber : Buku 80 Tahun Mr. Djariaman Damanik, Penerbit IKAPI Jakarta, 2000
Foto : Orasi Kebudayaan, ULTAH MUSEUM SIMALUNGUN, 2011 - KJS
******************
KITA KEHILANGAN TOKOH DENGAN ENERGI BESAR UNTUK SIMALUNGUN.
Tadi sore telah kami terima berita duka cita, telah berpulang ke rumah Tuhan, Opung Mr. Djariaman Damanik (93 tahun) di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Haru dan separuh semangat seketika serasa hilang. Komunitas Jejak Simaloengoen kehilangan salah satu budayawan dengan energi besar yang selalu memberi dukungan dan tak berhenti memberikan pengharapan akan cita kepada kita kaum muda, motivasi yang kuat mendalam untuk terus bekerja dan berkarya apa pun hambatan, rintangan dan kesulitan untuk mencapai nya.
"FIGHT TILL THE END FOR SIMALUNGUN" ucapnya kepada kami sore hari usai latihan drama untuk pementasan Panakboru Anggarainim Damanik November tahun lalu (2012).
Selamat jalan, Opung Mr. Djariaman Damanik. Kita akan bersama bergandengan tangan dalam luas nya samudera kehidupan. Terima kasih atas spirit yang penah di berikan serta petuah petuah rahasia tentang simalungun. Kami akan terus menjaga dan mengawal simalungun. "FIGHT TILL THE END", Salam Cinta .
Foto : Opung Mr. Djariaman Damanik (93 tahun) duduk bersama penasehat KJS saat merayakan ULTAH MUSEUM SIMALUNGUN 2011 bersama Komunitasjejak Simaloengoen.
— bersama Sarmedi Purba.Tadi sore telah kami terima berita duka cita, telah berpulang ke rumah Tuhan, Opung Mr. Djariaman Damanik (93 tahun) di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Haru dan separuh semangat seketika serasa hilang. Komunitas Jejak Simaloengoen kehilangan salah satu budayawan dengan energi besar yang selalu memberi dukungan dan tak berhenti memberikan pengharapan akan cita kepada kita kaum muda, motivasi yang kuat mendalam untuk terus bekerja dan berkarya apa pun hambatan, rintangan dan kesulitan untuk mencapai nya.
"FIGHT TILL THE END FOR SIMALUNGUN" ucapnya kepada kami sore hari usai latihan drama untuk pementasan Panakboru Anggarainim Damanik November tahun lalu (2012).
Selamat jalan, Opung Mr. Djariaman Damanik. Kita akan bersama bergandengan tangan dalam luas nya samudera kehidupan. Terima kasih atas spirit yang penah di berikan serta petuah petuah rahasia tentang simalungun. Kami akan terus menjaga dan mengawal simalungun. "FIGHT TILL THE END", Salam Cinta .
Foto : Opung Mr. Djariaman Damanik (93 tahun) duduk bersama penasehat KJS saat merayakan ULTAH MUSEUM SIMALUNGUN 2011 bersama Komunitasjejak Simaloengoen.
*******************
Sultan Saragih IImengirim keKomunitasjejak Simaloengoen
"Reinkarnasi
budaya" ucap nya dalam orasi kebudayaan, meyakinkan generasi muda agar
tak berhenti melangkah. "WE LOVE U, Opung " malu kami jika masih muda
memiliki waktu dan tenaga bila tidak berbuat apa apa untuk simalungun.
Tunas bangsa akan terus tumbuh, Opung. Kami akan terus bekerja.
Selamat jalan Intelektual Besar Simalungun ....In memoriam Mr. Djariaman
Damanik....kenangan bersama mu tak kan kami lupakan, Rest In Peace...
0 Comments