Info Terkini

10/recent/ticker-posts

MENGAPANYA TARALAMSYAH TAK JADI KIAN KE JAKARTA?

Taralamsyah bersama Istri. Dok Simon Saragih
Walau sudah 30 tahun lebih meninggalkan Siantar tetapi gaya bahasa Siantar masih ingat juga, he he. "Ai mengapanya Taralamsyah tak jadi kian ke Jakarta?"

Bahasa Indonesia-nya yang benar adalah, "Sebenarnya mengapa Taralamsyah dulu tidak jadi ke Jakarta?"
Mengapa juga muncul pertanyaan ini?

Ini berkembang dari sebuah diskusi beberapa bulan lalu. Terdengar rencana dekade 1970-an ketika DR Cosmas Batubara pernah berniat memanggil Bapak alm Taralamsyah untuk berkarya di Jakarta saja dan bukan di Jambi. 

Saat itu Jambi mengalami kemajuan budaya, salah satunya karena Taralamsyah. Dalam acara budaya di TMII Jakarta, saat ada acara seni budaya, Taralamsyah adalah wakil budaya Jambi sementara seni SImalungun yang dia cintai sungguh mati diwakili orang lain yang memang Simalungun tetapi yang jelas tidak sekaliber Taralamsyah itu sendiri. 

Nah, terjadilah rapat-rapat di Markas Polisi di Jalan MT Haryono Jakarta, dekat GKPS Cikoko. Dirancanglah upaya mendatangkan Taralamsyah. Namun rangkaian rapat tidak jadi mendatangkannya.
Terdengar, hal itu karena dijegal seseorang. Lalu saya ke DR CB menanyakan mengapa hal itu tidak terjadi. DR CB menjawab samar-samar.

Lalu kukejarlah Kak Lenny Garingging karena terdengar selentingan bahwa dialah yang membuat semua itu gagal, 

Tidak enak dan tidak elok dan tidak etis menuliskan sebuah selentingan. Karena itulah juga saya mendatangi Kak Lenny Garingging. 

Saat bertemu, kutanyakan padanya. "AI mengapanya ge tak jadi bapak Taralamsyah ai ke Jakarta?"
Berikut ini kurang lebih jawaban Kak Lenny: 

Ya begitulah kita Simalungun ini, memang kuranglah... Tidak ada yang mau berkorban untuk merealisasikan kedatangannya dan perpindahannya ke Jakarta. 

Dan saya sendiri memang berkata pada panggi Taralamsyah. "Panggi, tidak usahlah ke sini, ke Jakarta. Kasian aku nanti lihat Panggi. Di Jambi kan Panggi sudah dapat rumah dapat honor dari Pemda Jambi. Kalau panggi lepas dukungan Pemda Jambi, sementara dukungan di Jakarta tidak pasti, nanti panggi pasti kecewa. Jika panggi ke Jakarta dan tidak pasti dukungan, akan sulit pula panggi kembali ke Jambi karena sudah melepas dan sudah kehilangan dukungan Pemda Jambi."

Hal ini kurang lebih cocok dengan jawaban DR CB: "Hita Simalungun kurang mau berkorban bersama. Hal yang ada adalah mate-mate sada."

DR CB tidak merinci lebih jauh. Kesimpulan saya pribadi dan rasanya tidak salah, mungkin yang terjadi adalah sebagai berikut ini.

Ketika membicarakan sesuatu, selalu ada terlihat antusiasme bersama. Namun ketika tiba pada tuntutan pengorbanan, katakanlah mengeluarkan uang, maka hal itu tidak didapatkan. Tampaknya yang baru bisa terjadi adalah, rapat berlangsung dan semua bersuara (mengeluarkan pendapat. (Istilah ni Purba Simalungun, "Banggal-banggal sora nasiam.")
Namun dalam pertemuan di MT Haryono itu, semua mendadak diam ketika tiba pada pertanyaan, "Sadia han bam, han hanima, han ho?" 

Tampaknya saat-saat seperti itu, semua mendadak diam dan diam-diam pula meninggalkan rapat. Gagallah Taralamsyah hijrah ke Jakarta.
He he he....(Simon Saragih)

  • Erond L Damanik Specific and uniqly

  • Simon Saragih Gantung ope nakkan ai, he hehe. Bassa ham sonari, domma lengkap hubaen.

  • Sarmedi Purba Mate-mate sada" bukan mate sada-sada, he he he

  • Simon Saragih Eak, mate-mate sada. He he he

  • Erond L Damanik Hahaha......semskin matang ma ham lawei mangidah simalungun on. beda dgn ketika mau ngurus proyek di pemerintah lawei. Biasanya, ketika mau ngusul program, semua dilibatkan baik lsm, penerhati maupun akademisi. Program ditampung, mulai dikyrangi jumlah yg terlibat. Jetika eksekusi dana, tinggal 4-5 orang saja. Jadinya marsimburu_ simburuan.....wkwkwkwk

  • Purba Simalungun Aih lakan mallapak huahab.... hehehe
    Tulisan ni tondong @SS on ma sada sontoh "talk within action"
    ...Lihat Selengkapnya

  • Jaberkat Purba surut-surut sada ...
  • Simon Saragih Tapi ge, nai pe ningun, pangalaman hagoluhan diri na dop marhasoman pakon halak ise pe i dunia on, halak Simalungun on do na paling mantap huahap homa. Boi marsahap Simalungun pakon lang homa manguhurhon halak anggo Simalungun on.

    Pengalaman pribadi ma on.

  • Halani Holong @Bang Simon: Karakter 'sangat sulit diubah'... Simalungunpe pambere do anggo hona bani uhurni.. anggolang, haru gondangi ge, sapeser pelang matektek ge... he he he..

  • Simon Saragih Ha ha ha, karakter sangat sulit diubah tene. Ha ha ha. Sebenarnya ada penjelasan teoritis untuk itu, soal pelit itu dan ini soal orang kaya.

    - Orang kaya lama, Kerajaan Inggris menjadi contoh, cenderung menjadi pelit atau lebih pelit dari orang kaya b
    aru. Mereka sudah terbiasa kaya dan tidak kaget dan merasa kekayaan itu harus dipelihara serta tidak diumbar.

    - Orang kaya baru (OKB), cenderung mengidap yang dinamakan "international demonstration effect". Mereka terkaget-kaget menjadi kaya dan tidak siap mental. Mereka akan memikirkan BMW, Baby Benz, ekspansi kelapa sarit, liburan ke Jerusalem, dan sumbangan sosial dengan nama diumumkan. On contoh nyata ma on, artini, adong ma contoh na tarida hita.

    Tapi nini pakarna, efek psikologis do on, lang salah ni kekayaan ai on. Efek psikologis kepada kecenderungan untuk pamer (demonstration effect).

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments