Mangga Hutaimbaru: Sebanyak 50kg mangga asal Hutaimbaru dikirim St Berlin Manihuruk untuk anaknya di Kota Jambi, tiba Jumat 25 Juli 2014. Foto Asenk Lee Saragih |
BERITASIMALUNGUN.COM,
Hutaimbaru-Akibat dampak dari letusan Gunung Sinabung beberapa waktu lalu, daya
beli masyarakat Karo, khususnya di Kota Berastagi dan Kabanjahe terhadap mangga
asal Pesisir Danau Toba di Simalungun sangat minim. Sebelum letusan Gunung
Sinabung daya beli warga Karo terhadap mangga asal Danau Toba sangat tinggi.
“Dampak
dari letusan Gunung Sinabung itu, warga Karo, khususnya Berastagi dan Kabanjahe
sangat minim minat beli buah, khususnya mangga asal Pesisir Danau Toba di
Simalungun. Tahun-tahun lalu, distribusi mangga asal Simalungun hamper 80
persen ke Berastagi dan Kabanjahe. Kalau kini hanya 40 persen ke kota itu.
Sehingga harga mangga hanya dipatok Rp 5.000 per kilogram. Padahal tahun lalu
bisa hingga Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu ditingkat petani,” ujar St Berlin
Manihuruk, petani mangga Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimakuta,
Kabupaten Simalungun kepada BS, Sabtu 26 Juli 2014 lewat telepon.
Menurut
Berlin Manihuruk, kini harga di agen hanya Rp 5000/kg. Petani tak punya nilai
tawar untuk menaikkan harga. Alasan tengkulak karena daya beli mangga di
Berastagi dan Kabanjahe, Karo kini sangat minim akibat dampak letusan Gunung
Sinabung.
Kini
mangga asal Simalungun banyak dijual ke Siantar, Medan dan Binjei, Tebing
Tinggi. Minat warga konsumsi buah di kota itu sangat minim. “Minat konsumsi
buah sangat tinggi di Berastagi dan Kabanjahe,” ujar Berlin Manihuruk.
“Walau
harga Rp 5000/kg terpaksa harus direlakan. Karena itu yang ada untuk dijual,
daripada busk di pokok mangga itu sendiri. Syukurlah masih ada panen mangga di
Desa Pesisir Danau Toba Simalungun seperti Desa Hutaimbaru, Nagori Purba, Gaol,
Binangara, Nagori, Soping, Baluhut, Soping Sabah, Bage, Sibolangit,” katanya.
(Asenk Lee Saragih)
0 Comments