Bona Petrus Purba, Ak, MM, CFE, CA |
Tempat Tanggal Lahir : Seribudolok, 22 Februari 1965
Pekerjaan : PNS BPKP
Istri : DRA Sri Lestari
Anak : Clara Donadei Purba dan Alexander Purba
Riwayat Pendidikan :
SD Seribudolok
SMP Seribudolok
SMA Seminari Menengah P. Siantar
STAN – Jakarta
Universitas Mercu Buana S-2
Gelar Profesi CFE dari Association of CFE, Austin, USA
Gelar CA dari ari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Riwayat Karir :
Auditor BPKP Pusat, Jakarta. 1987
Ketua Tim Audit di BPKP Provinsi Riau, Pekanbaru., 1989 – 2000
Kepala Seksi Pemeriksaan Khusus di BPKP Provinsi Kalimantan Timur . 2000 – 2003
Pengendali Teknis Audit di BPKP Pusat, 2004-2013
Kepala Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah di BPKP Provinsi Papua, 2013 – Sekarang
((Berita Terkait: PEMIKIRAN BONA P PURBA SOAL SIMALUNGUN)
Lahir di Saribudolok pada 22 Februari
1965 dan memulai sekolah di SD dan SMP di Saribu Dolok juga. Bona Petrus
Purba konstan meraih predikat Juara I di ruang kelasnya dan menjadi
juara umum dari satu kelas sejak kelas I sampai 6 SD.
Kesibukan sang ayah Bonaventura Purba
sebagai Katekis dan kesibukan sang Ibu Sannaria Lingga sebagai pedagang
pekan-pekan membuat Bona sering ditinggal sendirian. Akan tetapi hal itu
tidak membuatnya melenceng dari status anak baik.
Keadaan serupa berlanjut hingga di memasuki SMP. Bona terus meraih predikat juara I.
Untuk mengikuti jejak keluarga yang tak
pernah lupa agama, Bona dikirim untuk bersekolah sebagai calon pastor di
SMA Seminari Menengah Pematang Siantar. Seperti biasa, di SMA ini pun
dia selalu meraih predikat juara I.
Di mata rekan-rekannya Bona adalah orang
baik, bersahabat dan perhatian. “Sampai-sampai saya setuju menjulukinya
“par Taman Getsemane’,” kata Jenda Damanik, sekelasnya sejak SD hingga
SMA.
Julukan “Par Taman Getsemane” merujuk pada kehidupan yang selalu mencoba menjauhi hal-hal buruk dalam hidupnya.
Bona tidak melanjut menjadi pastor karena
saat itu abangnya juga sedang menjalani panggilan sebagai pastor.
Karena hanya ada dua putra di dalam keluarga mereka, Bona memilih duluan
keluar dan menjadi awam.
Setamat SMA Bona diterima di Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Akan tetapi karena ketiadaan biaya Bona
memilih kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), yang memberi
kuliah gratis.
Maklum, ayahnya telah duluan berpulang
untuk selamanya ketika Bona masih SD. Ibunya hanya seorang petani dan
pedagang kecil dengan tiga anak, yakni Fransiska, Fransiskus dan Bona
sendiri.
Dia menamatkan kuliah di STAN tepat waktu
dengan IP di atas 3,5. Selesai program D3 tahun 1987 dia dipekerjakan
di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Pusat, Jakarta.
Penempatan di BPKP pusat merupakan sebuah keistimewaan dan pada umumnya
hal itu didapat para lulusan STAN karena prestasi akademik selama
kuliah.
Baru dua tahun bekerja di BPKP Pusat,
Bona kembali diizinkan kuliah program D4 di STAN. Cepat tidaknya seorang
lulusan STAN untuk dikuliahkan kembali, tergantung pada kondute masa
kerja.
Bona tergolong istimewa dalam kondute
kerja. Karena itu dia diizinkan kembali kuliah tetapi tetap dengan
mengikuti test. Hal ini tidak sulit baginya dan dari sekian yang mencoba
kuliah kembali dan banyak yang gagal, Bona termasuk yang diterima
kuliah pada 1989.
Dia lulus D4 pada 1993 dengan rata-rata IP 3,9.
Lulus D4 dari STAN, Bona hingga tahun 2000 bertugas sebagai Ketua Tim Audit di BPKP Provinsi Riau, Pekanbaru.
Periode 2000 – 2003 Bona dipromosikan lagi menjadi Kepala Seksi Pemeriksaan Khusus di BPKP Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
Setelah menimba pengalaman di daerah,
Bona ditarik ke BPKP Pusat selama periode 2004 – 2013 sebagai Pengendali
Teknis Audit di BPKP Pusat.
Dari semua pengalaman kerja itu Bona
tidak saja menapaki karir yang menanjak. Bona memahami dan menimba
pengalaman tentang keuangan negara.
Lebih dari itu Bona juga sedikitnya paham
bagaimana keuangan negara dijalankan. Lebih jauh lagi, dia paham
perangai para pejabat pemerintahan dan paham bagaimana seluk beluk-beluk
pemerintahan.
Bona bisa dikatakan sering menjadi
“kesepian” dalam menapaki karir. Bukan karena dia tidak bergaul. Bona
berteman dengan siapa saja, golongan mana saja. Dia tidak masalah dengan
pluralisme dan latar belakang orang yang ditemuinya dalam perjalanan
hidup.
Bona “kesepian” karena kukuh
mempertahankan nurani yang sejak kecil ditanamkan ayahandanya, “Carilah
dulu Kerajaan Surga maka semuanya akan beres.”
Dunia ini bukan surga tetapi Bona tetap
tidak goyah dengan terpaan angin. Dia sabar saja menjalani semuanya dan
tidak terdengar mengeluh karena dia menganggap kehidupan ini harus
dijalani dengan sabar, tabah sebab semuanya akan indah pada waktunya.
Dia pun terus melanjutkan karir dengan
perasaan riang. Pada Maret 2013 sampai sekarang Bona dipromosikan
menjadi Kepala Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah di BPKP Provinsi
Papua.
Bona tidak saja mengejar karir. Dia juga
tak lupa menambah ilmu dengan kuliah dan meraih gelar Magister
Management dengan konsentrasi Manajemen keuangan dari Universitas Mercu
Buana Jakarta.
Kemampuannya dan ketekunan bekerja
membuat Bona juga mendapatkan gelar profesi CFE (Certified Fraud
Examiner) dari Association of CFE, Austin, USA dengan fasilitas dari
kantor. Selain itu, Bona juga memperoleh CA (Chartered Accountant) dari
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Dari semua yang dia raih, Bona suami dari
DRA Sri Lestari perempuan kelahiran Solo, Jawa Tengah, diminta sebagai
dosen akuntansi di Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo Karawaci
Tangerang.
Ayah dari Clara Donadei Purba dan Alexander Purba ini, juga menjadi dosen akuntansi di Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Di luar kerja, dia aktif bersosialisasi.
Ikat alumnus SMA Seminari Pematang Siantar yang ada di Jakarta
menunjuknya sebagai Ketua CMVE dengan suara telak dengan mengalah dua
pesaingnya.
CMVE adalah singkatan dari Corona Mea Vos Estis. Artinya, Engkaulah Mahkotaku. (Uncle Mon) (Sumber: http://bonapetruspurba.wordpress.com)
0 Comments