Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Merajut Masa Depan di Atas Keranjang Sayur Sirpang Sigodang

Ibu-ibu rumah tangga dan anak sekolah remaja putri di Desa Sirpang Sigodang dan Raya Bayu¸ Kecamatan Paneitongah, Kabupaten Simalungun banyak yang mencari tambahan pendapatan keluarga sebagai perajin keranjang sayur dan buah. Seorang ibu rumah tangga bisa membuat 20 buah keranjang sehari dengan upah Rp 100.000 atau Rp 5.000 per keranjang. Gambar diambil baru-baru ini. (Foto Asenk Lee Saragih)
 
 
Ibu-ibu rumah tangga dan anak sekolah remaja putri di Desa Sirpang Sigodang dan Raya Bayu¸ Kecamatan Paneitongah, Kabupaten Simalungun banyak yang mencari tambahan pendapatan keluarga sebagai perajin keranjang sayur dan buah. Seorang ibu rumah tangga bisa membuat 20 buah keranjang sehari dengan upah Rp 100.000 atau Rp 5.000 per keranjang. Gambar diambil baru-baru ini. (Foto Asenk Lee Saragih)
 
Perajin Keranjang Sayur


BERITASIMALUNGUN.COM, Sirpang Sigodang
-Naluri bisnis orang-orang desa di Kecamatan Paneitongah, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara benar-benar tajam mencium peluang usaha di tengah melesatnya kegiatan pertanian sayur-mayur dan buah-buahan di Kabupaten Simalungun dan Karo.

Tingginya kebutuhan keranjang untuk pengiriman sayur-mayur dan buah-buahan di kedua kabupaten itu membuat warga desa di Kecamatan Paneitongah banyak yang berhasil menjadi pengusaha keranjang.

Demson Damanik (36), termasuk seorang perajin keranjang yang berhasil dari Desa Sirpang Sigodang, Paneitongah, sekitar 35 Km dari Kota Pematangsiantar. Ayah tiga orang anak tersebut banting setir dari pengemudi angkutan kota menjadi perajin keranjang sayur sejak lima tahun lalu. Dia melihat prospek usaha keranjang cukup cerah karena permintaan keranjang sayur dan buah dari Simalungun dan Karo cukup tinggi.

Demson yang ditemui SP di rumahnya baru-baru ini menjelaskan, kebutuhan keranjang sayur dan buah untuk Simalungun dan Karo selama ini mencapai puluhan ribu buah sebulan. Produksi keranjang sayur dan buah Desa Sirpang Sigodang hanya mampu memenuhi permintaan itu maksimal 2.000 buah per bulan.

“Saya sendiri kini hanya mampu memproduksi 500 buah keranjang per bulan. Jadi peluang usaha kerajinan keranjang ini masih sangat terbuka lebar. Karena itu saya tetap tertarik menekuni usaha keranjang ini,”katanya.

Keuntungan usaha keranjang sayur dan buah, kata Demson Damanik, cukup menjanjikan. Para perajin menjual keranjang kepada pedagang pengumpul rata-rata Rp 15.000 per buah. Sedangkan modal membuat keranjang, termasuk pengadaan bahan baku dan upah pekerja Rp 10.000 per buah.

Keranjang yang mereka produksi rata-rata mampu memuat sayur dan buah 60 kg. Untung yang diperoleh Demson dari produksi 500 buah keranjang sayur dan buah sebulan mencapai Rp 2,5 juta, jauh lebih besar dibanding gaji sebagai pengemudi angkutan umum di desanya yang tak mencapai Rp 1 juta per bulan.

Pekerja Wanita

Menurut Demson, usaha kerajinan keranjang sayur dan buah tersebut juga membuka peluang kerja bagi ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri yang masih sekolah. Demson misalnya mempekerjakan minimal lima orang wanita setiap hari, baik ibu rumah tangga maupun remaja putri (anak sekolah).

Upah membuat sebuah keranjang Rp 5.000. Seorang pekerja mampu membuat keranjang 20 buah sehari. Sedangkan anak-anak sekolah yang bekerja setengah hari mampu membuat 10 buah.

Cerahnya prospek usaha kerajinan keranjang sayur dan buah ini juga diakui pengusaha kerajinan keranjang Desa Sirpang Sigodang lainnya, Edi Simarmata (40). Edi yang sudah 11 tahun menggeluti usaha kerajinan keranjang ini kini mampu memproduksi minimal 2.000 buah keranjang sebulan.

Dia mempekerjakan 15 orang wanita sehari dengan produksi rata-rata 130 buah keranjang per hari. Produksi keranjang mereka dipasarkan khusus ke Kabupaten Karo untuk keperluan pengiriman buah jeruk. Penghasilan bersih keluarga Edi dari usaha keranjang sayur dan buah tersebut minimal Rp 10 juta per bulan.

Bahan Baku

Kendati prospek usaha cerah, para perajin keranjang sayur dan buah dari Desa Sirpang Sigodang dan Raya Bayu, Kecamatan Paneitongah, Simalungun belum mampu memaksimalkan usaha mereka. Persoalannya bahan baku bambu untuk pembuatan keranjang di daerah itu semakin sulit.

Belakangan ini sebagian besar petani Desa Sirpang Sigodang dan Raya Bayu, Kecamatan Paneitongah telah mengganti areal tanaman bambu menjadi kebun kopi dan coklat. Petani banyak beralih ke tanaman kopi dan coklat karena lebih cepat menghasilkan. Sementara pengembangan tanaman bambu sulit karena pertumbuhannya relatif lambat.

Kemudian bantuan pemerintah terhadap pengembangan tanaman bambu dan permodalan perajin keranjang di daerah itu juga tidak ada. Hal itu disebabkan belum adanya kelompok usaha berbadan hukum para perajin keranjang di Kecamatan Paneitongah. Usaha kerajinan keranjang di Paneitongah masih bersifat usaha pribadi skala kecil.

Memupuk Bambu

Menurut Demson Damanik, menyiasati kesulitan bahan baku bambu tersebut, para perajin yang rata-rata memiliki areal tanaman bambu mempercepat pertumbuhan bambu dengan melakukan pemupukan. Penggunaan pupuk urea pada pohon bambu membuat pertumbuhan tunas bambu makin cepat. Pemupukan juga membuat mambu bisa cepat dipanen.

“Tanpa pemupukan, bambu khusus untuk bahan baku keranjang baru bisa dipanen paling cepat lima tahun. Kemudian pertumbuhan tunasnya juga sedikit. Melalui pemupukan, bambu sudah bisa dipanen pada umur dua tahun dan pertumbuhan tunasnya lebih cepat dan banyak,”katanya.

Demson mengatakan, kesulitan lain yang mereka hadapi saat ini, yakni sulitnya mendapatkan pupuk urea bersubsidi. Para petani bambu dan perajin keranjang di daerah itu tidak mendapatkan alokasi pupuk urea bersubsidi.

“Pemerintah hanya menyediakan pupuk urea bersubsidi untuk tanaman pangan. Kalau masalah pengadaan pupuk ini taka ada solusinya, bahan baku bambu untuk keranjang di desa ini akan punah dan usaha kerajinan bambu ini pun akan tutup,”katanya.

Perlu Dilestarikan

Sementara itu, Edi Simarmata mengatakan, persoalan kesulitan bahan baku bambu untuk kerajinan keranjang sayur dan buaah di daerah itu perlu disikapi pemerintah lebih serius. Sebab, kebutuhan keranjang sayur dan buah semakin tinggi.

Selain itu, usaha kerajinan keranjang tersebut membuka lapangan usaha dan sumber pendapatan bagi masyarakat setempat. Saat ini lebih 200 orang warga Desa Sirpang Sigodang merajut masa depan keluarga di atas usaha keranjang sayur dan buah. Sebagian besar mereka menjadi perajin di tempat-tempat usaha pengusha kerajinan keranjang.

“Tradisi Desa Sirpang Sigodang sebagai sentra kerajinan keranjang sejak tahun 1970-an perlu dilestarikan. Karena itu pengembangan tanaman bambu khusus bahan baku keranjang yang hanya ditemukan di desa ini perlu mendapat perhatian pemerintah,”katanya. (Asenk Lee Saragih)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments