Dia pembelajar, pendidik, dokter, pengusaha, pekerja sosial, juga
politisi. Termasuk, dia agamawan yang meski pun tergolong kaum awam di
Gereja, organisatoris, dermawan, pemerhati masalah-masalah sosial.
Dia
juga adalah seorang ayah yang baik bagi tiga putra-putrinya, Nia Citama,
Morgan Citama dan Vita Citama, plus suami yang disayang oleh istrinya
Drg Risma Sitorus MPPM yang sehari-hari bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil di Kementerian Kesehatan RI di Jakarta. Dan dia adalah Dr Sortaman
Saragih SH MARS, putra petani dari pasangan St Bosi Haifan Saragih
Simarmata/ Lukertina Boru Silalahi dari Desa Purba Tongah di Kecamatan
Purba, Simalungun.
Namanya sangat populer dan tenar di Depok,
Jawa Barat, Jakarta, dan sudah tentu di Pematangsiantar serta
Simalungun. Juga di tengah akademisi, apalagi masyarakat kebanyakan. Itu
disebabkan di Depok dia mendirikan sekaligus pemilik Rumah Sakit Citama
Grup, Pendiri Akademi Kebidanan di bawah bendera Citama Grup, serta
pendiri Yayasan Logos.
Dia juga kerap diundang sebagai pembicara pada
berbagai seminar, termasuk penulis buku Orang Simalungun (2008) dan
Revolusi Diri (2011), jauh sebelum Jokowi memproklamirkan revolusi
mental.
Sebagai seorang organisatoris, dia aktif sebagai Anggota
PERMIAS, Wakil Ketua DPC PDP, Ketua KIRA-GERINDRA, serta Anggota Majelis
Gereja. Juga Ketua Yayasan Logos Indonesia, Ketua Yayasan Akademi
Kebidanan Citama di Depok.Dia pernah menjadi guru di BT/ BS MEDICA yang
kesohor itu, dokter klinik di Biro Pusat Statistik Jakarta, Dokter di
Klinik Citama juga di Rumah Bersalin Citama, Dosen di Akademi Kebidanan
Citama, dan dokter di Puskesmas Mauara Gembong, Bekasi. Mapan memang
dia. Baik dalam pengalaman sebagai pendidik, pengusaha, organisatoris.
Dan kemapanannya inilah yang belakang membuat dia terjun ke bidang
politik.
"Politik itu baik, sebab tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan ummat manusia. Meski pun, politik bisa
menjadi buruk kalau dikendalikan oleh orang jahat", katanya kepada saya
ketika kami berbincang berlama-lama di Pematangsiantar belum lama ini.
Di mata saya. Sortaman adalah orang yang tepat waktu hidup di zamannya.
Dia memang pemilik gerakan perubahan yang sesungguhnya, yang memang
sangat dibutuhkan masyarakat kita saat ini.
Di tengah hiruk pikuk
pemimpin-pemimpin pemerintahan (daerah) yang hura-hgura, glamour serta
korup, Sortaman lahir dan hadir. Karena itulah, keikhlasannya untuk
menjadi Walikota Pematangsiantar periode 2015 - 2020 saya sambut dengan
gembira, dan yang paling penting lagi, disambut masyarakat Kota
Pematangsiantar dengan keplokan tangan membahana.
"Betul. Saya
akan maju menjadi Calon Walikota Pematangsiantar, dan beberapa kawan
mendorong serta mendukungsaya untuk itu", katanya kepada saya ketika
saya telepon dia beberapa hari lalu.
Niatnya yang ikhlas dan
tulus untuk menjadi Calon Walikota Pematangsiantar yang didorong serta
didukung beberapa kawannya itu, saya pikir tidak berlebihan. Wajar dan
pantas bahkan sudah menjadi kewajibannya. Saya melihat, adalah kewajiban
baginya bahkan ibadahnyalah untuk menjadi Walikota Pematangsiantar.
Kota ini memang membutuhkan sosok seperti Sortaman, seorang yang
bersahaja, sederhana, santun, peduli serta penuh perhatian. Sifat atau
karakter yang sudah melekat pada dirinya, sesuatu yang memang tak bisa
dibuat-buat.
Menyelisik dan mencermati masa lalunya siapa dia dan
bagaimana, dia memang pantas dan patut untuk diacungi jempol. Sebagai
putra petani yang sederhana, sejak kecil Sortaman sudah diajar dan
terbiasa hidup dalam kesederhanaan.
Menyelesaikan SD dan SMP di tanah
leluhurnya Tigarunggu, dia selalu mendapat prestasi di sekolahnya.
Menyelesaikan sekolahnya di SMA Budi Mulia Pematangsiantar 1987 dengan
cemerlang, dia pun diterima pada Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara (USU) Sebuah sekolah yang tidak bisa sembarangan dimasuki
lulusan SMA.
Dan disini, Sortaman juga mampu menyelesikan pendidikannya
tepat waktu serta segera bekerja di Puskesmas Muaragembong , Bekasi
sebagai dokter PTT.
Masa-masa menjalani pendidikannya di FK USU
Medan, bagi Sortaman bukanlah hal yang gampang. Itu disebabkan kiriman
uang dari orang tuanya pun terhenti oleh sesuatu seba dan lain hal. Tapi
dia tidak menyerah. Kuliah sambil bekerja pun dilakoninya dengan tekun
dan setia, taat dan patuh serta penuh disiplin serta loyalitas yang
tinggi. Tak heran, Dr Renhart Silalahi seniornya yang jga pemilik BT/ BS
MEDIKA, sangat mengagumi pribadi Sortaman.
"Dia seorang yang
tekun dan setia. Dan terutama, dia seorang yang jujur, ikhlas, pekerja
keras dan taat aturan", kata Reinhart kepada saya. Di mata Renhart,
Sortaman juga pegaul yang luwes, ramah, santun dan bertutur kata
sederhana. Karenanya tak heran dia memiliki teman dari berbagai
kalangan, baik Minang, Aceh, Nias, Cina, Melayu, Jawa.
"Dari
pergaulannya yang luas itulah akhirnya Sortaman terbentuk sebagai
seorang nasionalis. Dia memang bergaul lintas etnis, lintas agama bahkan
lintas tingkatan", ujar Dr Reinhart.
Cerita Sortaman mampu
menerobos kemiskinan dan ketertinggalan antara lain berkat
pembelajarannya, pergaulannya, kerja kerasnya, serta kepercayaan dan
disiplinnya termasuk kesetiaannya. Saat bertugas di Puskesmas
Muaraembong, dia juga membuka praktek pada sore harinya.
Disana dia
menomorkanduakan tarif atau biaya. Yang menjadi nomor satu adalah
pelayanan, kenangnya, dan itulah yang membuat tempat prakteknya
dikungjungi banyak sekali pasien. Apalagi, prinsip yang dilakoninya
pasien ditangani terlebih dahulu secara cepat dan tepat, sedang
pembiayaan menjadi urusan belakang.
Dalam kemapanannya di bidang
ekonomi, Sortaman pun mengikuti pendidikan di Amrik. Di Negeri Paman Sam
inilah anak Tigarunggu itu melihat dan belajar bahwa sebagai negara
maju disana warganya secara umum tertib dan disiplin, taat aturan, tidak
ada diskriminasi antara kaum mayoritas dan kaum minoritas, juga antara
kulit hitam dengan kulit putih, juga tidak ada diskriminasi agama. Dan,
yang paling penting pemerintahnya selalu meenjadi penyedia kenyamanan
serta kesejahteraan bagi rakyatnya.
Kembali ke tanah air,
Sortaman pun mulai mengalihkan perhatian kepada bidang politik.
Pengalamannya di banyak bidang dan sektor dijadikannya alasan kenapa
akhirnya dia menekuni bidang ini. Sebuah ladang pengabdian yang menjadi
harapan dan cita-citanya.
Di mimpinya pemerintahan adalah dimana
pemimpinnya hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup yang
dipimpinnya. Mensejahterakan rakyat dalam artian luas, dan untuk itulah
dibutuhkan pemimpin yang baik dan benar.
Kalau orang baik dan benar
tidak maju untuk mengendalikan pemerintahan, maka orang jahatlah yang
akan menentukan nasib rakyat, katanya.
"Dan apabila ada
masyarakat yang sengsara diizinkan Tuhan di hadapanmu, berarti Tuhan
sedang menyuruhmu untuk memikirkan nasibnya", ujar Sortaman penuh nuansa
filosofis.
Karena itulah saya melihat, niat tulus dan keikhlasan
Sortaman untuk menjadi Walikota Pematangsiantar, wajib untuk didukung
oleh segenap warga kota ini. Wajib, sebab kalau tidak Sortaman yang
menjadi Walikota Pematangsiantar sekarang ini niscaya warga akan tetap
kecewa pada pemimpinnya. Maka, penderitaan bahkan kesengsaraan masih
akan tetap menyelimuti kehidupan warga kota ini, dan sesal kemudian
tidak berguna.
Tapi juga, tidak mudah untuk menjadi seorang
kepala daerah. Antara lain, dibutuhkan uang yang cukup banyak untuk
ongkos-ongkos operasional. Karena itulah, Sortaman wajib pula didukung.
Tidak saja dalam bentuk tenaga, pikiran, waktu dan doa. Termasuk, dan
ini yang penting sekali : Uang ! Lantas bagaimana caranya ?. Siantar Estate, 26 Mei 2015. (Ramlo R Hutabarat)
0 Comments