JAKARTA-Anggota komisi I DPR, Effendi Muara Sakti Simbolon menantang pihak berkompeten untuk melakukan investigasi forensik menyusul adanya kecelakaan pesawat militer TNI Angkatan Udara, Helikopter C-1310 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6).
Pesawat angkut produksi tahun 1964 dan berasal dari Skuadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur itu jatuh dan menewaskan sedikitnya 122 orang. Politisi PDIP itu yakin penyebabnya adalah masalah spare parts atau suku cadang.
"Mau enggak investigasi forensik. Pesawat kalau komponennya lengkap pasti bisa terbang. Sebab pesawat itu merupakan moda trasportasi paling aman, kalau benar-benar spareparts-nya baru atau orisinal. Karena itu, kalau terjadi musibah pasti unsur spare parts, " kata Effendi Simbolon dalam dialog bertajuk "Hercules dan Tantangan baru Panglima TNI" di Gedung DPR Jakarta, Kamis (2/7).
Effendi menyatakan, selama ini meskipun pesawat yang dimiliki masih baru, tetap saja diduga menggunakan suku cadang apkir, rekondisi atau KW.
“Ibarat mobil tua, selama ini kalau ada yang rusak, komponen yang diganti hanya kaca spion atau rem saja. Karenanya, meskipun pesawat baru yang digunakan, maka lambat laun pasti akan jatuh,” katanya.
Effendi mengatakan, jika TNI ingin mengusut penyebab kecelakaan pesawat Hercules itu harus dilakukan secara terbuka dan transparan.
“Kalau mau membenahi masalah alutsista, harus terbuka. TNI jangan mudah tersinggung, marah dan menggunakan kekuatan. Sebab TNI itu berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, “ katanya.
Rekan Komisi I DPR lainnya, Syaifullah Tamlicha berharap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tanggap akan kondisi internal TNI saat ini. Salah satu jalan untuk membenahi TNI adalah dengan menjadikan mata anggaran dalam APBN bagi TNI berdiri sendiri dan tidak tergabung dengan institusi lainnya. “Saya usul TNI menjadi nomenklatur sendiri,” kata Tamliha
Dengan anggaran mandiri, lanjut Tamlicha, pembenahan terhadap instutusi TNI, termasuk peralatan sistem persenjataan (Alutsista) akan lebih efektif dan maksimal.
Sebab, jika anggaran TNI masih tergabung dalam Kementerian Pertahanan, Tamlicha mengaku bahwa pihaknya relatif “sulit” membagi untuk masing-masing kesatuan.
“Kalau digabung kadang-kadang kita di Komisi I DPR bingung mau membaginya. Makanya terpaksa kami panggil masing-masing matra, darat ya darat saja. Lalu laut ya laut saja, begitu juga udara,” ujar Tamlicha.
Untuk ke depannya, politisi FPPP itu berharap agar pemerintah mempertimbangkan betul pengoperasian pesawat angkut jenis Hercules oleh TNI Angkatan Udara. Sebab, untuk tahun 2015 ini terdapat penambahan anggaran lebih besar bagi matra tersebut.
“Tahun 2015 ini pada anggaran perubahan (APBN-P) ada penambahan terbesar adalah angkatan udara,” ujar Tamlicha
Dalam kesempatan sama, pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati berpendapat tidak bisa dilihat dari bekas atau barunya pesawat dan secara teknis, tapi banyak variabel yang menjadi penyebab jatuhnya Hercules A-1310.
“Harus dilihat regulasinya karena ada overweight di Hercules itu. Dan harus ada punishment dalam sidang militer nanti, “ katanya.(Suarapembaruan.com)
e-Paper SP Edisi Kamis 2 Juli 2015 |
0 Comments