FOTO DOK/BS |
Catatan : Tigor Munthe
Siapa figur yang bakal bertarung dalam Pilkada Pematangsiantar 9
Desember 2015 nanti? Dari pasangan bakal calon yang sudah masuk ke KPU
Pematangsiantar ada 10 yang mendaftar, 6 dari jalur perseorangan dan 4
dari jalur parpol, meski kemudian KPU menolak satu pasangan bakal calon
karena dokumen pencalonan tidak memenuhi syarat sesuai PKPU Nomor 12
tahun 2015.
Dari 9 pasangan bakal calon itu, nantinya KPU masih akan melakukan
serangkaian verifikasi atau penelitian dokumen syarat calon dan syarat
pencalonan para pasangan bakal calon, sebelum kemudian ditetapkan
sebagai pasangan calon yang berhak ikut dalam pemilihan.
Meski masih akan menunggu pleno KPU Pematangsiantar untuk menetapkan
pasangan calon tetapi sudah banyak pihak yang memprediksi figur atau
pasangan yang bertarung nantinya. Sorotan lebih pada pasangan yang
diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik, selain tentu
peluang bagi pasangan yang melaju dari jalur perseorangan nantinya juga
akan tetap ada.
Ada tiga pasangan bakal calon diprediksi kuat melaju menjadi pasangan
calon, yakni Teddy Robinson Siahaan-Zainal Purba yang diusung Partai
Nasdem, PAN dan Partai Hanura. Wesly Silalahi-H Sailanto yang diusung
PDI Perjuangan, PKPI dan PKS dan Hulman Sitorus-Hepriansyah Noor yang
diusung Partai Demokrat.
Jika saja pasangan Surfenov Sirait-Parindungan Sinaga yang diusung
gabungan tiga partai politik, Partai Golkar, Partai Gerindra dan PPP
lolos, bisa jadi kalkulasi politik berubah. Tapi pasangan ini masih
tersandung. Jadi, sementara belum dihitung khalayak politik.
Nama Teddy Robinson Siahaan (TRS) saat ini cukup diperhitungkan akan
bisa bersaing. Itu tak lain starting sosok ini masuk ke ruang publik
melalui sosialisasi media massa seperti spanduk, baliho, stiker, poster
dan juga membangun tim yang bekerja di awal, setidaknya menjadi modal
obyektif selain modal subyektif seperti penyampaian program, visi misi
membangun kota ini.
Pria berambut putih dengan perawakan kecil itu memang sejak awal
yakni 2014 sudah mendeklarasikan diri bakal maju merebut kursi Walikota
Pematangsiantar. Dia secara sistematis sudah membangun niat politik itu.
Tak heran saat proses pendaftaran ke KPU, TRS menunjukkan benderanya,
dengan membawa tim dan massa sebagai representasi niat besarnya menjadi
Walikota Pematangsiantar berikutnya.
Pesaing bagi TRS adalah Wesly Silalahi. Datang dengan slogan yang
menghentak publik kota ini dengan menyebut Siantar Soposurung, sempat
membuat banyak orang mengernyitkan dahinya. Ini orang ngapain bawa-bawa
kultur dari luar sana ke kota yang didirikan Raja Siantar Sangnaualuh.
Tak heran sejumlah tokoh etnis Simalungun pernah menghardik Wesly dengan
sebutan Siantar Soposurung itu. Belakangan memang itu diganti, entah
karena memang mengerti ketersinggungan atau memang durasi jargon itu
sudah selesai masanya. Bisa saja itu trik politik untuk menaikkan rating
Wesly. Bisa ya bisa tidak.
Wesly dengan lokomotif sosok TB Silalahi di awal cukup gencar dan
massif masuk ke akar rumput. Dengan pola berbeda, dia lebih memakai
angkutan kota untuk menyebarkan wajahnya dan namanya ke masyarakat,
meski juga belakangan memakai alat peraga seperti poster, baliho, stiker
dan spanduk.
Wesly juga serius dengan membangun tim.
“Anak Parluasan” ini memang
sama seperti TRS yang notabene kelahiran Laras, Kabupaten Simalungun,
sangat serius untuk duduk menggantikan kursi Hulman Sitorus di Jalan
Merdeka. Tak heran dia terus melakukan penetrasi ke akar rumput pemilih.
Tampaknya Wesly lebih banyak bekerja menemui calon pemilihnya ketimbang
gonjang-ganjing di media sosial atau membuat kegaduhan politik, pasca
“kecelekaan” Siantar Soposurung.
Lantas, Hulman Sitorus. Sosok yang kontroversial ini memang pantas
dihitung, mengingat sebagai calon petahana. Dia memiliki sumber daya
yang tak bisa dipandang sebelah mata. Selain sudah tahu cara membuat
menang pada Pilkada 2010 lalu, tentu juga dia akan memanfaatkan
protokolernya untuk menemui masyarakat. dan memanfaatkan para birokrat
secara diam-diam untuk membantunya.
Harus diakui Hulman merupakan Walikota yang banyak dinilai kalangan
gagal. Gagal karena dia tidak mengelola kota ini dengan segala
potensinya untuk bisa lebih maju dari sekarang.
Pernah beberapa anak buahnya yang menjadi kepala SKPD mengakui kalau
Hulman tidak pintar mengelola lini per lini SKPD-nya. Tidak ada
koordinasi yang tertata dengan sadar, semua mengalir seusai selera para
pimpinan SKPD.
Tapi memang Hulman juga harus diakui, membuat postur SKPD bekerja
nyaman, nyaris tanpa gonjang-ganjing. Kalau pun ada riak satu dua itu
mash normatif dan tidak mengganggu roda jalannya birokrasi. Semua kepala
SKPD diberikan rasa nyaman menjalankan tugas tanpa khawatir dicongkel
di tengah jalan. Itu satu poin.
Banyak juga kalangan menilai Hulman tak becus menata kota ini. Betul.
Ruang publik tampak kacau balau, nyaris tanpa penataan dan campur
tangan pemerintah. Sebaliknya banyak pembiaran berjalan di sana-sini
yang membuat banyak kalangan geram dan dongkol.
Pasar Dwikora sekitarnya, misalnya kalau pagi hari merupakan zona
sibuk, zona macet dan zona suka-suka. Jalan Patuan Nagari, nyaris tiga
perempatnya sudah disesaki para pedagang yang berjualan di jalan. Jalan
Patuan Anggi juga demikian sempitnya akibat aktifitas jualan masyarakat
kecil.
Pokoknya, di seputaran Pasar Dwikora kalau pagi hari semua serba
macet dan semrawut. Meski harus diakui kesemrawutan itu berlangsung
hanya sampai siang hari. Hulman biarkan saja itu. Tak ditata.
Lihat juga parkir di ruas jalan utama kota ini kian berlapis-lapis.
Jalan pun sudah kian menyempit akibat komersialisasi ruang publik, di
atas nama pendapatan asli daerah. Tengok juga Lapangan Haji Adam Malik
yang luar biasa rusak fisiknya akibat dipakai sebagai tempat bazar dan
pasar malam.
Lihat juga rekrutmen penerimaan siswa baru yang katanya sarat dengan
suap, kolusi, nepotisme, dan sistemnya yang tidak transparan. Lihat juga
pengelolaan Taman Bunga yang sudah kehilangan fungsinya sebagai taman
kota malah menjadi lokasi jualan dan kegiatan ekonomis.
Tegok pulak lahan Tanjung Pinggir yang sampai sekarang tak jelas
juntrungannya, sebagai gambaran ketidakmampuan Hulman mengelola kota
ini, dimana lima tahun berkuasa itu pun tak tuntas dia buat, apakah
sebagai lahan milik rakyat atau lahan milik Pemko yang bisa dimanfaatkan
buat rakyat.
Lihatlah PDAM Tirta Uli yang dikelola dengan cara yang memberatkan
masyarakat melalui tarif tinggi dan dugaan korupsi yang terjadi di BUMD
itu. Banyak lagi dan masih banyak lagi jika diulas satu demi satu.
Hulman memang gagal.
Tapi harus juga diakui secara jujur, salah satu penyakit akut di
negara ini yang sangat melukai hati masyarakat adalah korupsi. Begitu
banyaknya pejabat termasuk kepala daerah terjerat dengan korupsi.
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Tindakan
korupsi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap masyarakat. Jabatan yang
diberikan malah dipakai untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain
yang dekat dengan kekuasaan.
Itulah satu-satunya kelebihan Hulman. Dia tidak korupsi dalam
perspektif hukum positif. Tak bisa juga dipastikan Hulman tidak korupsi
atau menikmati uang negara di luar haknya. Tapi setidaknya belum ada
satu kasus korupsi pun yang menjerat Hulman yang barangkali sudah ada di
kejaksaan, kepolisian atau KPK yang sudah masuk tahap penyidikan.
Review, Pematangsiantar tiga kali dipimpin kepala daerah terjerat
kasus hukum karena korupsi. Teranyer adalah RE Siahaan. Mantan Ketua DPC
Partai Demokrat itu bahkan harus menjalani masa hukuman lebih lama
ketimbang dia menjabat sebagai walikota.
Pemahaman dan pengamatan banyak pihak di level elit, Hulman memang
gagal sebagai manajer birokrasi yang bermuara pada pelayanan publik yang
prima apalagi berharap seperti Risma, Ahok, Ridwan Kamil, jauh panggang
dari api. Hulman juga gagal sebagai manajer penataan kota dan
fasilitator untuk memberi ruang bertumbuhnya kota ini menjadi lebih
maju, lebih baik dan lebih dikagumi siapa saja.
Tapi Hulman sukses membersihkan image buruk soal Walikota
Pematangsiantar yang selalu bertindak korupsi. Hulman memang tidak
maksimal. Masih ada yang lebih baik dari dia? Jika ada ayo kita pilih
yang lain. Jika tidak ada, bagaimana?(###). (Penulis Adalah Redaktur Siantarnews.com)
0 Comments