Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Telan 140 Miliaran Rupiah, Ini Lho Tampilan Web Revolusi Mental

Telan 140 Miliaran Rupiah, Ini Lho Tampilan Web Revolusi Mental
WEB REVOLUSI MENTAL
Zaman sekarang ini jaringan internet dan sosial media memang punya kekuatan lebih dalam menyampaikan pesan. Jadi sudah bukan hal baru lagi ketika sebagian besar masyarakat atau pemerintah sekali pun ikut menyampaikan pesan atau aspirasinya melalui media tersebut.


Seperti baru-baru ini program komunikasi publik bernilai sekitar 140an miliar sudah diluncurkan oleh Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) pada Senin kemarin. Program yang kini sudah berwujud menjadi sebuah website yang bertajuk revolusimental.go.id ini nyatanya berhasil direalisasikan setelah pengajuan dana pada bulan Februari lalu, seperti dilansir melalui Merdeka.


Inilah tampilan website yang baru diluncurkan oleh Kementrian (PMK) ©Kaskus

Inilah tampilan website yang baru diluncurkan oleh Kementrian (PMK) ©Kaskus.



Sejak kabar ini merebak, netizen memang penasaran dengan program yang mereka nilai tidak masuk akal ini. Sehingga, dari sejak awal mereka sudah menanti-nanti hari peluncuran website komunikasi publik itu. Namun, apa yang mereka dapat ternyata di luar dugaan ekspetasi mereka. Tak pelak mereka pun sedikit kecewa dengan program ratusan miliaran tersebut.


Bagaimana tidak kecewa, netizen juga terhitung sebagai masyarakat yang melek teknologi tersebut menyebutkan bahwa website itu tidak pantas dengan nilai proyek yang disebutkan habis sekitar 140 miliaran rupiah. Menurut mereka nih, meski ditujukan untuk masyarakat agar bisa mengetahui informasi terkini tentang pemerintah. Tapi, bagi netizen ini tak lebih sebagai bentuk pemborosan yang baru.


Walaupun, kabarnya dana sekitar Rp 140 miliar program revolusi mental akan digunakan sebagai biaya sosialisasi. Salah satunya belanja iklan, produksi film, dialog publik dan mungkin salah satunya berbentuk website ini. Namun, netizen tetap bersikukuh bahwa dengan dana program sekian itu tampilan website revolusi mental tersebut harusnya jauh lebih baik dan tidak sampai overload. 


Sebagian kecil komentar dari netizen ©Kaskus

Sebagian kecil komentar dari netizen ©Kaskus.



Apalagi, desain tampilan website itu terkesan murahan dan diperkirakan mendapat bantuan soal domain dari kominfo. Dan sedikit banyak website ini akhirnya dirasa kurang layak dengan dana yang diajukan oleh departemen tersebut. Belum lagi, menurut mereka dengan website yang bentuknya seperti itu kemungkinan besar malah lebih mudah dicacati atau dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.


Beberapa dari netizen juga menambahkan bahwa desain tersebut juga mirip dengan tampilan website yang diluncurkan oleh Presiden Amerika Serikat saat ini. Wah, kalau menurut kalian bagaimana ya? Apa benar dana 140an miliar untuk setahun itu terlalu besar untuk program revolusi mental dan hasil proyek website awal yang seperti ini? (Kapanlagi.com).

***
Website www.revolusimental.go.id menjadi pembicaraan panas masyarakat, khususnya netizen. Baru saja diluncurkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, website ini segera tidak bisa diakses. Dalam situs tersebut tertera pemberitahuan bahwa servernya sedang mengalami overload.

"Mohon maaf, karena antusiasme masyarakat yang begitu tinggi, server kami mengalami overload. Untuk itu, kami sedang dalam proses upgrade server. Terima kasih untuk dukungan dan partisipasinya. Salam Revolusi Mental!" tulis dalam website tersebut, saat diakses merdeka.com, Rabu (26/8).

Bukan itu saja yang menjadi perhatian banyak orang. Beredar kabar untuk membangun website tersebut dibutuhkan dana dari APBN Rp 140 miliar. Pantaskah?

Menurut Pengamat ICT dari Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan bahwa pembuatan website dengan angka yang cukup fantastis itu tidak masuk akal dan perlu diinvestigasi.

Menurut Heru, anggaran sebesar ini untuk infrastruktur situs kompleks seperti internet banking memang hal lumrah. Tetapi, kalau nilai Rp 140 Miliar sekadar buat membangun website sederhana, maka sudah keterlaluan.

Pakar ICT ini menjelaskan perlu investigasi lebih lanjut, biaya tersebut untuk apa saja. Apakah sekadar bangun website atau sekaligus dana membangun tim lintas departemen, penyediaan perangkat server kapasitas UPS, aplikasi untuk android, BB maupun ios, atau juga ditambahkan tim analisis big data.

"Kalau sekadar bikin website, angka setinggi itu tidak masuk logika dan saya yakin ada dugaan unsur tindak pidana korupsi. Sementara kalau berikut lain-lain, perlu diinvestigasi dan dicek hasil satu item lain-lain itu. Bisa saja kasus seperti mark up UPS terulang kembali," kata Heru saat dihubungimerdeka.com, Rabu (26/8).

"Makanya, perlu diselidiki, infrastrukturnya seperti apa? Kalau memang besar, luas, dan kompleks serta macam-macam seperti internet banking, iya itu bisa triliunan. Tapi kalau sederhana ya terlalu mahal. Kuncinya perlu diinvestigasi, beli barang dan jasa apa saja, harga satuannya bagaimana dan pemenang lelangnya siapa," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza, ikut berkomentar. Jamal mengatakan, jika hanya sekadar desain website dengan anggaran Rp 140 Miliar rasanya terlalu berlebihan.

"Kalau untuk desain website ya, rasanya enggak sampai segitu. Tapi, mungkin saja itu mulai dari infrastrukturnya ya seperti perangkatnya, collocation website-nya, termasuk maintenance-nya. Intinya, lebih ke arah infrastrukturnya, bisa jadi harga segitu," ujarnya.

Jamal pun menambahkan, jika website itu baru saja diluncurkan kemudian mengalami down, bisa saja tim IT dari website tersebut sedang menjajal sejauh mana antusias dari masyarakat terhadap website tersebut.

"Karena overload kayak gitu berarti kan, perangkatnya kurang memadai yang menyebabkan seperti itu. Mungkin mereka saat ini sedang ngetes sejauh mana antusias masyarakatnya. Akan bisa masuk akal dengan harga Rp 140 miliar jika termasuk infrastruktur bukan hanya web desain saja," katanya.

Jamal mengaku baru tahu ada website, apalagi milik pemerintah, yang semahal itu di Indonesia. (Merdeka.com - )


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments