![]() |
Wilmar Simanjorang (kemeja putih kedu dari kiri) dan Luhut Panjaitan (jaket hitam ke dua dari kanan). |
BERITASIMALUNGUN.COM-Wilmar Simanjorang, mantan Bupati Samosir yang kini sangat gencar
melawan perusakan kawasan Danau Toba, menunggu realisasi janji
Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan yang mengatakan segera akan
menutup PT Aquafarm Nusantara, saat memberi sambutan pada Sinode Am
Periode ke-XX di gedung GKPI Centre, Rambung Merah, Kabupaten
Simalungun, Selasa (29/9/2015).
“Sejak dua tahun lalu itu terus kami perjuangkan. Contoh PT Gorga
Duma Sari (GDS) sudah terpidana dan ditutup. Siapapun perusak lingkungan
hidup akan kita tolak. Jadi perusahaan keramba jaring apung, salah satu
perusak alam terbesar atas keindahan alam itu, yakni PT Aquafarm
Nusantara. Jadi ini sudah kita dorong dan selalu diupayakan agar
ditutup. Bukan hanya kepada Luhut saja, Presiden Jokowi pun sudah
disampaikan, tinggal menunggu realisasi saja,” tutur Wilmar.
Wilmar mengurai, sudah banyak pelanggaran lingkungan hidup dilakukan
PT Aquafarm Nusantar selama beroperasi di perairan Danau Toba.
“Jika dirunutkan, banyak pelanggaran PT Aquafarm itu. Sudah 2 tahun
kita buatkan pengaduan lengkap dengan data dan berkas. Karena setiap
bulannya saya menghadap Menteri Luhut dan Bapak Jokowi di Istana,”
jelasnya.
Disebutkan, pembersihan keramba jaring apung di kawasan Danau Toba
sudah disepakati Menteri Maritim, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri
Polhulkam dan Presiden Jokowi, dan penutupan PT Aquafarm Nusantara hanya
menunggu waktu saja.
“Kawasan Danau Toba diciptakan Tuhan sebagai panorama bentuk
keindahan alam dan bukan untuk industri peternakan atau perikanan,
melainkan keanekaragaman bebatuan, geologi, budaya, dan sesuai data.
Sudah disepakati bahwa Danau Toba secepatnya akan dibersihkan,” tegas
pria yang sudah pernah menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan
Hidup itu.
Ternyata selain PT Aquafarm Nusantara, beber Wilmar, sejumlah
perusahaan yang juga merusak kawasan Danau Toba, juga diorong agar
segera ditutup yakni PT GDS, PT Alegrindo, PT Toba Pulp Lestari.
“Selama ini akibat penebangan kayu, pelet ikan dan limbah hotel dan
limbah kotoran ternak, menyebabkan kualitas air danau buruk. Mau dibuat
mandi, gatal-gatal. Mau dibuat kegiatan lainnya, fungsi danau tidak
bisa,” ungkapnya.
Dampak lain, kata dia, jenis ikan yang bisa dinikmati warga Indonesia
dari Danau Toba hanya ikan busuk, sedangkan ikan segar diekspor dan
dinikmati orang luar.
“Sedangkan kita sebagai pemilik hanya tinggal makan ikan busuk.
Untung saja sebagai penetralisir diberikan Tuhan, eceng gondok,”
jelasnya.
Wilmar secara jelas mengatakan bahwa kehadiran PT Aquafarm Nusantara tidak ada untungnya bagi masyarakat dan Danau Toba.
“Apa yang kita dapat dari Aquafarm, hanya taik ikan dan pelet saja.
Penolakan terus bergulir sekalipun diberikan dana CSR. Meskipun mereka
rekrut warga sekitar sebagai pegawai, malah berubah menjadi lawan
mereka. Intinya tidak menguntungkan, lihat saja PAD Simalungun,
bertambah tidak atas kehadiran perusahaan itu?” cecarnya.
Dia lantas memberikan beberapa usulan untuk untuk menyelamatkan Danau
Toba dari kerusakan, yaitu moratorium penebangan kayu, tinjau kembali
izin perusahaan yang diduga menghancurkan kawasan Danau Toba, melengkapi
peralatan limbah hotel, supaya ada unit pengelolahan limbah dan
kotoran, limbah domestik dan rumah sakit.
“Jangan bangga mereka para pemilik perusahaan di kawasan danau, harus
ada restorasi dan revitalisasi. Mereka harus menjunjung tinggi nilai
aneka ragam budaya dan kearifan lokal serta harus mendukung dan menolak
perusakan lingkungan,” tandasnya. (Saddan)
0 Comments